Laman

Rabu, 23 Februari 2011

Penyakit Makan Puji

Ngerasa bangga kalo disanjung, sangat seneng jika dihargai, & ketagihan akan kata2 pujian mungkin definisi dari istilah 'makan puji'. Ga tahu artinya dan ini juga baru denger dari bokap waktu ngomel2 ke nyokap (biasalah dalam rumah tangga). Tapi 1 hal yg tahu pasti sekarang gua sendiri lagi kena penyakit yg satu ini. Mungkin udah dari lama terjangkitnya, tapi baru sadar aja kali setelah belum lama ini denger langsung dari mulut bokap. Hmm... Kira2 ketularan dari siapa ya?? Apa jangan2 ini bawaan gen keturunan?? Ahh entahlah bukan urusan gua juga koq. Yang penting ini ga bikin muka jadi tambah jelek ato rambut merontok dini.

Untuk mastiin bahwa gua positif terjangkit penyakit makan puji, harus dilakukan beberapa test terlebih dahulu. Mulai dari fisik. Jujur, fisik ini ga bisa dibilang bagus (ya tapi ga bisa dibilang jelek juga :p ). Kulit gelap nyaris hitam, perut besar hampir membucit, tinggi badan juga ga bisa dibanggain. Gua bukannya ga bersyukur atas fisik ini, malahan sering banget bertrima kasih pada Sang Pencipta karna ga dilahirin cacat & diberi kesehatan yg sempurna tiap harinya. Oke cukup membahas hal lahiriah ini. Lanjut, yg namanya cowo sebagian besar pengen tampil keren ato seenggaknya ga kelihatan memalukan di depan umum. Ga terkecuali gua. Pengen banget dibilang "ih Mario lu keren banget sumpah deh.." tapi gimana caranya dengan fisik yg sekarang ini?? Mulailah melakukan perombakan diri, mulai dari sering2 cuci muka pake sabun Bior* dengan pemutih, ngurangin porsi makan, sampe ngegondrongin rambut biar terkesan tinggi (kalo ini emang dasarnya males ke tukang cukur). Ya intinya semua dilakukan biar ada yg memuji & menyanjung gua ato seenggaknya mengagumi fisik ini walau hanya dalam mimpi hahahahahaiii...

Test kedua. Kehidupan kedua di jejaring sosial Facebook. Pasti udah banyak lah yg tahu apa itu FB bahkan udah banyak yg punya akun nya. Dan juga pasti udah banyak yg tahu kalo saat kita update status, temen2 FB kita bisa komenin ato pun nge-like status tersebut. Nah ini dia. Awalnya sih gua ga peduli ada yg komen & like apa nggak di status ato tulisan Notes FB. Tapi makin ke sini hal ini cukup jadi perhatian utama kalo lagi buka FB. Karna menurut hemat gua, semakin banyak yg komen & like itu berarti makin banyak yg suka & menghargai apa yg tertulis. Mulailah putar otak untuk bikin tulisan yg catchy, lucu, menarik, & seaktual mungkin biar menarik banyak orang buat komen & like apa yg gua tulis. Sebenernya ada niatan nge-chat temen2 biar sudi komen ato nge-like apa yg ditulis, tapi err... dipending dulu deh cara itu. Puncaknya waktu Notes yg udah dari lama ditulis tiba2 di-like & dikomenin temen2. Ga cuma itu, bahkan gua pun dipuji berbakat nulis!! Ga percaya boleh dicek atuh Notes ini (hanya kebaca kalo udah jadi friend di FB): Inget Dosa. Jadilah gua mulai rajin menulis di Blog ini, ya itu juga dengan niatan dipuji orang & sukur2 ada penerbit yg rela ngebikin semua tulisan Blog ini jadi novel (ngarep.com).

Wokeh. Dengan 2 test di atas udah cukup membuktikan kalo gua emang positif terjangkit penyakit makan puji. Ya walau pun penjabaran di atas tampak lebay, tapi itu apa adanya koq. Ga ada penambahan bumbu apalagi pengurangan porsi (udah kayak nasi goreng aje). Tapi sebenernya mah gapapa juga, malahan ini penyakit bisa dibilang bikin gua jadi lebih tertata & produktif. Tertata hidupnya karna harus rajin mandi biar selalu terlihat oke. Juga produktif ya karna jadi rajin nulis di Blog ini. Tapi ngeri juga sih kalo ini penyakit makin mengganas & berlanjut ke stadium yg lebih tinggi, bisa2 ntar malah kepengen dipuji gara2 mutilasi orang ato jadi pelaku bom bunuh diri. Tidaaaakkk......!!!!!!

Sumber : http://mariozefanya.blogspot.com/2010_09_01_archive.html

Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

Manusia Bisa Belajar Dari Kehidupan 4 Hewan Yang Menakjubkan Ini

Allah SWT menciptakan berbagai makhluk hidup di alam raya ini, salah satunya adalah hewan. Hewan adalah salah satu makhluk hidup yang sangat dekat dengan kehidupan kita (manusia). Kita manusia, makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan Allah tentu tahu bahwa Hewan tidak mempunyai akal. Tapi dari ketidaksempurnaan itu, justru malah memberi kita hikmah tentang kehidupan yang kita jalani ini. Berikut ini adalah contoh-contoh hikmah yang bisa kita dapatkan dari kehidupan hewan.

1. Burung
Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan.

Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus menahan lapar. Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus berpuasa.

Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan, apalagi setelah lahannya banyak yang diambil manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri.
  • Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu.
  • Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya.
  • Kita lihat burung tetap optimis akan rizki yang dijanjikan Allah.
  • Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya.
  • Kita juga melihat bahwa burung pun memiliki tanggung jawab pada keluarganya.

Kalau kita bandingkan dengan burung, sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih. Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dari burung ? Kita seolah tidak mampu meghadapi masalah Banyak manusia yang mencoba lari dari masalah mereka. Banyak dari mereka yang lupa akan tanggung jawab pada diri sendiri maupu bagi keluarga. Mengapa manusia banyak yang putus asa dan bahkan ingin mengakhiri hidup agar terhindar dari masalah ?

2. Anjing
Islam memang mengharamkan hewan yang satu ini. Tapi walaupun begitu, anjing memiliki sifat yang mungkin tidak dimiliki oleh kita semua sebagai makhluk yang sempurna.

Anjing adalah hewan yang paling setia kepada majikannya. Bahkan dalam kisah ashabul kahfi, yang menjaga pemuda-pemuda muslim saat tidur didalam gua selama 309 tahun adalah anjing.

Dia rela menjaga majikan-majikannya sampai akhir hayatnya. Subhanallah…!

3. Semut
Banyak pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil dari kehidupan semut. Tentu saja yang tampak dari keistimewaanya adalah kebiasaan gotong royong dalam kehidupannya. Kepeduliannya terhadap sesama semut untuk saling membantu menjadi ciri khas yang bisa kita tiru. Sebesar dan seberat apapun pekerjaan yang dihadapi, semut-semut itu dapat menuntaskannya dengan kebersamaan dan kerja sama (team-work) yang baik.

Satu hal lagi yang bisa kita contoh dari perilaku kehidupan semut, yaitu bagaimana mereka rajin menabung. Dalam hal ini adalah mengumpulkan cadangan makanan untuk komunitasnya. Keberadaan mereka di dunia ini tidak menjadi beban bagi mahluk lainnya. Bahkan, kebiasaan para semut ini menabung makanan justru memberi efek manfaat bagi alam. Ternyata, kumpulan makanan yang mereka timbun dapat menyuburkan dan menggemburkan tanah disekitarnya.

4. Lebah
Lebah adalah sejenis serangga yang hidup berkelompok dalam sebuah tempat atau koloni.

Biasanya, kita dapat menjumpainya di daerah yang cenderung jauh dari pemukiman penduduk dan berada di tempat-tempat yang tinggi.

Dalam kelompoknya, lebah terbagi menjadi :
  1. Lebah Ratu yang berperan sebagai penghasil keturunan,
  2. Lebah Pekerja yang tugasnya mencari makanan, dan
  3. Lebah Tentara atau Penjaga yang bertugas untuk menjaga keamanan sekitar sarang tempat tinggal koloninya.

Setiap peran dijalani dengan penuh tanggung jawab. Sang Ratu merelakan dirinya bertambah gemuk dan gemuk, serta setia untuk menghasilkan telur-telur bakal generasi lebah yang baru. Sementara itu, lebah penjaga yang sekaligus juga sebagai pengasuh, dengan setia menjaga sekitar sarangnya. Apabila ada pengganggu mendekat, dengan sigap dia akan mempertahankan daerah teritorialnya. Jika perlu, lebah penjaga siap mengorbankan dirinya. Seekor lebah apabila menyengat musuhnya, kait penyengatnya akan tertinggal di dalam tubuh musuhnya. Dan biasanya lebah tersebut akan mati. Sebagian lagi dari lebah penjaga sibuk mengasuh bayi-bayi lebah mungil serta membangun sarangnya agar kokoh.

Sementara Lebah Pekerja sibuk berkeliaran mencari nektar bunga untuk dibawa pulang ke sarang sebagai suplay persediaan makanan koloninya. Tidak hanya sekadar banyaknya makanan yang ia kumpulkan, tapi ia pun sangat selektif dalam memilih makanannya. Yang ia hisap hanyalah nektar bunga tertentu saja.

Ada sebuah pelajaran berharga dari kebiasaan lebah saat ia menghisap nektar dari bunga. Ternyata, setiap kali ia mendatangi bunga untuk menghisap nektarnya, kaki-kaki mungilnya ikut menyebarkan serbuk sari. Saat hal ini terjadi, sesungguhnya ia sedang membantu proses penyerbukan bunga menjadi buah. Jadi, selain mendapatkan nektar dari bunga, iapun memberikan keuntungan terhadap tumbuh kembang bunga tersebut menjadi buah. Dengan demikian, dalam proses tersebut telah terjadi sebuah peristiwa yang saling membutuhkan keuntungan dan kepuasan bagi kedua pihak {win-win}.

Apabila yang dilakukan oleh lebah kita tiru, sesuatu yang hebat akan terjadi. Kondisi alam yang saat ini dinilai telah mengalami banyak kerusakan, sedikit demi sedikit akan berangsur membaik. Kebiasaan mengeksploitasi kekayaan alam dan sesama manusia tidak lagi terjadi. Kita tidak lagi menjadi otak dibalik gundulnya pegunungan, terbakarnya hutan, dan mengeringnya bumi karena kita sebagai manusia yang berakal mampu menebarkan manfaat seluas-luasnya seperti lebah. Kehadiran kita didunia ini benar-benar menghadirkan karunia bagi alam semesta (rahmatan lil alamin).

Semestinya kita semakin merunduk karena rasa malu yang semakin berat setelah tahu bahwa lebah yang kecil mungil itu ternyata jauh lebih cerdas kehidupannya. Maha- Karya yang dihasilkannya berupa madu tidak hanya berguna untuk kaumnya, saja tapi juga untuk seluruh mahluk hidup, termasuk manusia. Kitab suci telah menjelaskan tentang madu yang keluar dari perut lebah bahwa sesungguhnya didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Ini adalah sebuah jaminan langsung dari Pencipta.

Itulah beberapa hewan yang bisa memberi kita pelajaran lewat kebiasaan hidup mereka. Sebenarnya masih banyak hikmah yang dapat kita petik dari kehidupan hewan yang tidak mempunyai akal itu hanya kitanya saja yang tidak memperhatikan.

Sumber : http://www.zonamaya.info/2010/12/manusia-bisa-belajar-dari-kehidupan.html

Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

PENYAKIT PEMBAWAAN YANG TAK KELIHATAN

Iri dan dengki, sulit dipertemukan kesepakatan hati adalah penyakit yang tidak kentara, yang perlu dicari pemecahannya. setiap manusia selalu ingin dianggap bahwa dirinya ada (exist) dan selalu berperanan. Karena itu tidak mau kalau diremehkan, apalagi dipandang kurang berarti.

Sebenarnya amatlah baik bila dirinya mampu kemudian berambisi utuk mengambil peranan. Tetapi yang paling berbahaya, bila dirinya tidak mampu melakukan, tetapi selalu ingin mengambil bagian. Dan bila ditinggalkan, dianggapnya menghina atau meremehkan. prasangka atau teka teki selalu mencekam dalam hati.

Nabi Muhammad S.a.w.bersabda :
”Tiga perkara, dimana seorang tidak akan terlepas dari padanya, yakni: ” Prasangka, terbang hati (tidak ada persesuaian) dan dengki. Dan akan aku jelaskan padamu jalan keluar (way out) dari keadaan itu. Apabila engkau menyangka sesuatu, maka janganlah engkau telusuri (sampai mendetail ! Apabila hati engkau terbang dari sesuatu, maka teruskanlah dan lewat ! Dan apabila engkau dengki , maka janganlah engkau keterlaluan (melewati batas)!” Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dun-ya dari Abi Hurairah

Dalam salah satu riwayat lain Nabi Muhammad S.A.W. bersabda :
” Tiga perkara, tiada akan lepas seseorang daripadanya dan sedikit sekali orang yang terlepas daripadanya. Dalam riwayat ini , dikemukakan akan kemungkinan terlepas dari tiga perkara tersebut.

Dengki bisa terjadi karena cita-cita dan angan-angannya telah melambunng tinggi, akan tetapi ternyata tidak mampu menggapai, karena antara kemauan tidak serasi ,tidak seiring sejalan. Juga menurut ahli psikologi, bahwa rasa rendah diri, mudah menyebabkan seseorang itu marah dan tersinggung.

Sikap iri dan dengki, adalah penyakit umat yang turun temurun, sejak masa hingga kurun masa kini, yang mudah menular dan menjalar, mudah tumbuh dan kambuh.

Nabi Muhammad S.A.W. bersabda :
”telah terjangkit kepadamu penyakit ummat-ummat yang sebelum kamu, yaitu : dengki dan mudah tersinggung. Mudah tersinggung itu adalah ibarat gunting. Aku tidak mengatakan gunting Rambut, akan tetapi gunting Agama. Demi Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya! Engkau tidak akan masuk surga, Sehingga engkau beriman. Dan kamu belum tergolonng insan yang beriman, Sebelum kamu kasih mengasihi. Sudahkah aku beritakan kepadamu, apa Yang menetapkan demikian bagimu? Tebarkan Salam di antara kamu!”  (HR: Turmudzi dan As Zubair)

Salam adalah lambang perdamaian dan kerukunan yang di ajarkan dalam islam. I a berlaku tanpa pandang suku dan golongan, kedudukan maupun tingkat kekayaan. Sentuhan batin yang di kemukakan lewat salam, menyebabkan hubungan yang tadinya renggang dan penuh kecurigaan, akan berbalik menjadi mesra seketika. Tidak ada yang merasa dirinya berharga ataupun berharta, semua diperlakukan dalam kedudukan yang sama.


Nabi Muhammad s.a.w bersabda :
”Hampirlah kemiskinan itu mendekati kufur , dan hampir kedengkian itu mengalahkan takdir.” (HR: Baihaqi dari Anas)

Nabi Muhammad s.a.w bersabda :
”sesungguhnya akan menimpa umatku , penyakit Umat-umat yang lain.” Para Sahabat bertanya : ”Apakah penyakit Umat-umat yang lain itu? ” Nabi Muhammad s.a.w menjawab : ” Yaitu lupa nikmat, saling berbanyak-banyak harta ,berlomba-lomba tentang keduniaan , jauh menjauhi dan dengki mendengki, sehingga melampaui batas .Pada akhirnya terjadilah penmbunuhan. ” (diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dun-ya dan At Tabrani dari Abi Hurairah.)

~..~ JAZAKUMULLAH KHAIRAN ~..~

SEMOGA BERGUNA DAN DIJADIKAN PELAJARAN.

Sumber : http://atik085641095564.wordpress.com/2010/06/30/penyakit-pembawaan-yang-tak-kelihatan/


Dunia Pertopengan


Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

Penderitaan Nabi SAW

Baihaqi memberitakan dari Abdullah bin Ja’far ra. katanya: Apabila Abu Thalib telah meninggal dunia, mulailah Nabi SAW diganggu dan ditentang secara terang-terangan. Satu peristiwa, beliau telah dihadang di jalanan oleh salah seorang pemuda jahat Quraisy, diraupnya tanah dan dilemparkan ke muka beliau, namun beliau tidak membalas apa pun.

Apabila beliau tiba di rumah, datang salah seorang puterinya, lalu membersihkan muka beliau dari tanah itu sambil menangis sedih melihat ayahnya diperlakukan orang seperti itu. Maka berkatalah Rasulullah SAW kepada puterinya itu: ‘Wahai puteriku! Jangan engkau menangis begitu, Allah akan melindungi ayahmu!’ beliau membujuk puterinya itu.

Beliau pernah berkata: Sebelum ini memang kaum Quraisy tidak berani membuat sesuatu seperti ini kepadaku, sehinggalah selepas Abu Thalib meninggal dunia, mulailah mereka menggangguku dan mengacau ketenteramanku. Dalam riwayat yang lain, beliau berkata kepadanya karena menyesali perbuatan jahat kaum Quraisy itu: Wahai paman! Alangkah segeranya mereka menggangguku sesudah engkau hilang dari mataku! (Hilyatul Auliya 8:308; Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:134)

Thabarani telah memberitakan dari Al-Harits bin Al-Harits yang menceritakan peristiwa ini, katanya: Apabila aku melihat orang ramai berkumpul di situ, aku pun tergesa-gesa datang ke situ, menarik tangan ayahku yang menuntunku ketika itu, lalu aku bertanya kepada ayahku: ‘Apa sebab orang ramai berkumpul di sini, ayah?’ ‘Mereka itu berkumpul untuk mengganggu si pemuda Quraisy yang menukar agama nenek-moyangnya!’ jawab ayahku. Kami pun berhenti di situ melihat apa yang terjadi. Aku lihat Rasulullah SAW mengajak orang ramai untuk mengesakan Allah azzawajaila dan mempercayai dirinya sebagai Utusan Allah, tetapi aku lihat orang ramai mengejek-ngejek seruannya itu dan mengganggunya dengan berbagai cara sehinggalah sampai waktu tengah hari, maka mulailah orang bubar dari situ.

Kemudian aku lihat seorang wanita datang kepada beliau membawa air dan sehelai kain, lalu beliau menyambut tempat air itu dan minum darinya. Kemudian beliau mengambil wudhuk dari air itu, sedang wanita itu menuang air untuknya, dan ketika itu agak terbuka sedikit pangkal dada wanita itu. Sesudah selesai berwudhuk, beliau lalu mengangkat kepalanya seraya berkata kepada wanita itu: Puteriku! lain kali tutup rapat semua dadamu, dan jangan bimbang tentang ayahmu! Ada orang bertanya: Siapa dia wanita itu? jawab mereka: Itu Zainab, puterinya – radhiallahu anha.
(Majma’uz-Zawa’id 6:21)


Dalam riwayat yang sama dari Manbat Al-Azdi, katanya: Pernah aku melihat Rasulullah SAW di zaman jahiliah, sedang beliau menyeru orang kepada Islam, katanya: ‘Wahai manusia sekaliani Ucapkanlah ‘Laa llaaha lliallaah!’ nanti kamu akan terselamat!’ beliau menyeru berkali-kali kepada siapa saja yang beliau temui. Malangnya aku lihat, ada orang yang meludahi mukanya, ada yang melempar tanah dan kerikil ke mukanya, ada yang mencaci-makinya, sehingga ke waktu tengah hari.

Kemudian aku lihat ada seorang wanita datang kepadanya membawa sebuah kendi air, maka beliau lalu membasuh wajahnya dan tangannya seraya menenangkan perasaan wanita itu dengan berkata: Hai puteriku! Janganlah engkau bimbangkan ayahmu untuk diculik dan dibunuh … ! Berkata Manbat: Aku bertanya: Siapa wanita itu? Jawab orangorang di situ: Dia itu Zainab, puteri Rasuluilah SAW dan wajahnya sungguh cantik. (Majma’uz Zawa’id 6:21)

Bukhari meriwayatkan dari Urwah r.a. katanya: Aku bertanya Amru bin Al-Ash ra. mengenai apa yang dideritai Nabi SAW ketika beliau berdakwah mengajak orang masuk Islam, kataku: ‘Beritahu aku tentang perbuatan yang paling kejam yang pernah dibuat oleh kaum musyrikin terhadap Rasulullah SAW? Maka Amru berkata: Ketika Nabi berada di Hijir Ka’bah, tiba-tiba datang Uqbah bin Abu Mu’aith, lalu dibelitkan seutas kain pada tengkuk beliau dan dicekiknya dengan kuat sekali. Maka seketika itu pula datang Abu Bakar ra. lalu dipautnya bahu Uqbah dan ditariknyanya dengan kuat hingga terlepas tangannya dari tengkuk Nabi SAW itu. Abu Bakar berkata kepada Uqbah: ‘Apakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan ‘Tuhanku ialah Allah!’ padahal dia telah membawa keterangan dari Tuhan kamu?!’ (Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:46)

Suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah, dari Amru bin Al-Ash ra. katanya: Aku tidak pemah lihat kaum Quraisy yang hendak membunuh Nabi SAW seperti yang aku lihat pada suatu hari di bawah lindungan Ka’bah. Mereka bersepakat merencanakan pembunuhan beliau sedang mereka duduk di sisi Ka’bah. Apabila Rasulullah SAW datang dan bersembahyang di Maqam, lalu bangunlah Uqbah bin Abu Mu’aith menuju kepada Rasulullah SAW dan membelitkan kain ridaknya ke tengkuk beliau, lalu disentaknya dengan kuat sekali, sehingga beliau jatuh tersungkur di atas kedua lututnya. Orang ramai yang berada di situ menjerit, menyangka beliau telah mati karena cekikan keras dari Uqbah itu.

Maka ketika itu segeralah Abu Bakar ra. datang dan melepaskan cekikan Uqbah dari Rasulullah SAW itu dari belakangnya, seraya berkata: Apa ini? Adakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan ‘Tuhanku ialah Allah!’ Uqbah pun segera berundur dari tempat Rasuluilah SAW itu kembali ke perkumpulan teman-temannya para pemuka Quraisy itu. Rasulullah SAW hanya bersabar saja, tidak mengatakan apa pun. Beliau lalu berdiri bersembahyang, dan sesudah selesai sembahyangnya dan ketika hendak kembali ke rumahnya, beliau berhenti sebentar di hadapan para pemuka Quraisy itu sambil berkata: ‘Hai kaum Quraisy! Demi jiwa Muhammad yang berada di dalam genggaman Tuhan! Aku diutus kepada kamu ini untuk menyembelih kamu!’ beliau lalu mengisyaratkan tangannya pada tenggorokannya, yakni beliau rnenjanjikan mereka bahwa mereka akan mati terbunuh. ‘Ah, ini semua omong kosong!’ kata Abu jahal menafikan ancaman Nabi SAW itu. ‘Ingatlah kataku ini, bahwa engkau salah seorang dari yang akan terbunuh!’ sambil menunjukkan jarinya ke muka Abu jahal. (Kanzul Ummal 2:327)

Ahmad memberitakan dari Urwah bin Az-Zubair dari Abdullah bin Amru ra. bahwa Urwah pernah bertanya kepada Abdullah: ‘Tolong beritahu aku apa yang pernah engkau lihat dari kaum Quraisy ketika mereka menunjukkan permusuhannya kepada Rasulullah SAW?’. Abdullah bercerita: Aku pernah hadir dalam salah satu peristiwa ketika para pemuka Quraisy bermusyawarah di tepi Hijir (Ka’bah), mereka berkata: Apa yang kita tanggung sekarang lebih dari yang dapat kita sabar lagi dari orang ini! Dia telah mencaci nenek-moyang kita, memburuk-burukkan agama kita, memporak-perandakan persatuan kita, dan mencerca tuhan-tuhan kita, siapa lagi yang dapat bersabar lebih dari kita … !’

Di tengah mereka berbincang-bincang itu, tiba-tiba muncullah Rasulullah SAW datang dan langsung menghadap sudut Ka’bah, lalu beliau bertawaf keliling Ka’bah, dan apabila beliau berlalu di tempat kaum Quraisy itu sedang duduk, mereka melontarkan beberapa perkataan kepadanya, namun beliau hanya berdiam diri belaka. Apabila beliau bertawaf kali kedua, mereka tetap menyampaikan kata-kata mengejek, namun beliau tidak berkata apa pun. Tetapi pada tawaf keliling ketiga, bila mereka mengejek-ngejek lagi, beliau lalu berhenti seraya berkata kepada mercka: ‘Hai pemuka Quraisy!

Dengarlah baik-baik! Demi jiwa Muhammad yang berada di dalam genggaman Tuhan, sebenarnya aku ini mendatangi kamu untuk menyembelih kamu!’ Mendengar itu, semua orang yang di situ merasa berat sekali, sehingga setiap seorang di antara mereka merasakan seolah-olah burung besar datang untuk menyambarnya, sampai ada orang yang tidak sekeras yang lain datang untuk menenangkan perasaan beliau supaya tidak mengeluarkan kata-kata yang mengancam, karena mereka sangat bimbang dari kata-katanya. ‘Kembalilah sudah, wahai Abu Al-Qasim!’ bujuk mereka. ‘Janganlah engkau sampai berkata begitu! Sesungguhnya kami sangat bimbang dengan kata-katamu itu!’ Rasuluilah SAW pun kembalilah ke rumahnya.

Kemudian pada hari besoknya, mereka datang lagi ke Hijir (Ka’bah) itu dan berbicarakan permasalahan yang sama, seperti kemarin, dan aku duduk di antara mereka mendengar pembicaraan mereka itu. ‘Kamu semua cuma berani berkata saja, cuma berani mengumpat sesama sendiri saja, kemudian apabila Muhammad mengatakan sesuatu yang kamu tidak senang, kamu lalu merasa takut, akhirnya kamu membiarkannya!’ kata yang satu kepada yang lain. ‘Baiklah,’ jawab mereka.’ Kali ini kita sama-sama bertindak, bila dia datang nanti.’ Dan seperti biasa Rasulullah SAW pun datang untuk bertawaf pada Ka’bah, maka tiba-tiba mereka melompat serentak menerkamnya sambil mereka mengikutinya bertawaf mereka mengancamnya: ‘Engkau yang mencaci tuhan kami?’ kata yang seseorang. ‘Engkau yang memburuk-burukkan kepercayaan kami, bukan?’ kata yang lain. Yang lain lagi dengan ancaman yang lain pula. Maka setiap diajukan satu soalan kepada Rasulullah SAW itu, setiap itulah dia mengatakan: ‘Memang benar, aku mengatakan begitu!’ Lantaran sudah tidak tertanggung lagi dari mendengar jawaban Nabi SAW itu, maka seorang dari mereka lalu membelitkan kain ridaknya pada leher beliau, sambil menyentakkannya dengan kuat. Untung Abu Bakar ra. berada di situ, lalu dia segera datang melerai mereka dari menyiksa Nabi SAW sambil berkata: ‘Apakah kamu sekalian mau membunuh seorang yang mengatakan ‘Tuhanku ialah Allah! ‘diulanginya kata-kata itu kepada kaum Quraisy itu, dengan tangisan yang memilukan hati. Kemudian aku lihat kaum Quraisy itu meninggalkan tempat itu. Dan itulah suatu peristiwa sedih yang pernah aku lihat dari kaum Quraisy itu yang dilakukan terhadap Nabi SAW – demikian kata Abdullah bin Amru kepada Urwah bin Az-Zubair ra. (Majma’uz Zawa’id 6:16)

Bazzar dan Thabarani telah memberitakan dari Abdullah bin Mas’ud r. a. katanya: Satu peristiwa, ketika Rasulullah SAW bersembahyang di Masjidil Haram, dan ketika itu pula Abu jahal bin Hisyam, Syaibah dan Utbah keduanya putera dari Rabi’ah, Uqbah bin Abu Mu’aith, Umaiyah bin Khalaf dan dua orang yang lain, semua mereka tujuh orang, mereka sekalian sedang duduk di Hijir, dan Rasuluilah SAW pula sedang asyik bersembahyang, dan apabila beliau bersujud, selalunya beliau memanjangkan sujudnya. Maka berkatalah Abu Jahal: ‘Siapa berani pergi ke kandang unta suku Bani fulan, dan mengambil taiknya untuk mencurahkan ke atas kedua bahunya, bila dia sedang sujud nanti?’ ‘Aku!’ jawab Uqbah bin Abu Mu’aith, orang yang paling jahat di antara yang tujuh di situ. Lalu Uqbah pergi mengambil taik unta itu, dan diperhatikannya dari jauh, apabila Rasulullah SAW bersujud dicurahkan taik unta itu ke atas kedua bahunya.


Berkata penyampai cerita ini, Abdullah bin Mas’ud ra.: Aku melihat perkara itu, tetapi aku tidak berdaya untuk menghalangi atau melawan kaum Quraisy itu. Aku pun bangun dan meninggalkan tempat itu dengan perasaan kesal dan sedih sekali. Kemudian aku mendengar, bahwa Fathimah, puteri Rasulullah SAW datang dan membuangkan kotoran itu dari bahu dan tengkuk beliau. Kemudian dia mendatangi mereka yang melakukan perbuatan buruk itu, sambil memaki mereka, tetapi mereka diam saja, tidak menjawab apa pun. Ketika itu Rasulullah SAW pun mengangkat kepalanya, sebagaimana beliau mengangkat kepala sesudah sempurna sujud. Apabila sudah selesai dari sembahyangnya, beliau lalu berdoa: Ya Allah! Ya Tuhanku! Balaslah kaum Quraisy itu atas penganiayaannya kepadaku! Balaslah atas Utbah, Uqbah, Abu Jahal dan Syaibah! Sekembalinya dari masjid, beliau telah ditemui di jalanan oleh Abul Bukhturi yang di tangannya memegang cambuknya.

Bila Abul Bukhturi melihat wajah Nabi SAW dia merasa tidak senang, karena dia tahu ada sesuatu yang tidak baik terjadi terhadap dirinya: ‘Hai Muhammad! Mengapa engkau begini?’ tegur Abul Bukhturi. ‘Biarkanlah aku!’ jawab Nabi SAW ‘ Tuhan tahu, bahwa aku tidak akan melepaskanmu sehingga engkau memberitahuku, apa yang terjadi pada dirimu terlebih dulu?!’ Abul Bukhturi mendesak Nabi SAW untuk memberitahunya apa yang telah terjadi. Apabilla dilihatnya beliau masih mendiamkan diri, dia berkata lagi: ‘Aku tahu ada sesuatu yang terjadi pada dirimu, sekarang beritahu!’ pinta Abul Bukhturi lagi Apabila Nabi SAW melihat bahwa Abul Bukhturi tidak mau melepaskannya, melainkan sesudah beliau memberitahunya apa yang terjadi, maka beliau memberitahunya apa yang terjadi: ‘Abu jahal membuat angkara!’ beritahu Nabi SAW ‘Abu jahal lagi? Memang sudah aku kira, apa yang dibuat kepadamu kali ini?!’ tanya Abul Bukhturi lagi. ‘Dia menyuruh orang meletakkan kotoran unta ke atas badanku ketika aku sedang bersujud dalam sembahyangku,’ jelas Nabi SAW ‘Mari ikut aku ke Ka’bah,’ bujuk Abul Bukhturi.

Abul Bukhturi dan Nabi SAW pun pergi ke Ka’bah dan terus menuju ke arah tempat duduk Abu jahal. Abul Bukhturi kelihatan marah sekali. ‘Hai Bapaknya si Hakam!’ teriak Abul Bukhturi. ‘Engkau yang menyuruh orang meletakkan kotoran unta ke atas badan Muhammad ini?’ katanya dengan keras. ‘Ya,’ jawab Abu Jahal. ‘Apa yang engkau mau?’ Abul Bukhturi tidak banyak bicara, melainkan ditariknya cambuknya lalu dipukulnya kepala Abu jahal berkali-kali. Orang ramai di situ lari berhamburan, dan teman-teman Abu jahal hiruk-pikuk menyalahkan Abul Bukhturi. ‘Celaka kamu!’ jerit Abu Jahal memprotes, dan badannya terlihat kesakitan karena pukulan cambuk Abul Bukhturi itu.’ Dia layak diperlakukan begitu, karena dia menimbulkan permusuhan di antara kita sekalian, agar terselamat pula dia dan kawan-kawannya… !’ tambah Abu jahal lagi. (Majma’uz Zawa’id 6:18)

Menurut Ahmad yang meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra. katanya: Aku lihat semua orang yang dijanjikan Nabi SAW akan mati itu, semuanya terbunuh di medan Badar, tiada seorang pun yang terselamat. (Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:44)

Sumber : http://teukuegypt.blogspot.com/2010_03_01_archive.html


Penderitaan Nabi SAW

Bukhari meriwayatkan dari Urwah r.a. katanya: Aku bertanya Amru bin Al-Ash ra. mengenai apa yang dideritai Nabi SAW ketika beliau berdakwah mengajak orang masuk Islam, kataku: 'Beritahu aku tentang perbuatan yang paling kejam yang pernah dibuat oleh kaum musyrikin terhadap Rasulullah SAW? Maka Amru berkata: Ketika Nabi berada di Hijir Ka'bah, tiba-tiba datang Uqbah bin Abu Mu'aith, lalu dibelitkan seutas kain pada tengkuk beliau dan dicekiknya dengan kuat sekali. Maka seketika itu pula datang Abu Bakar ra. lalu dipautnya bahu Uqbah dan ditariknyanya dengan kuat hingga terlepas tangannya dari tengkuk Nabi SAW itu. Abu Bakar berkata kepada Uqbah: 'Apakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan 'Tuhanku ialah Allah!' padahal dia telah membawa keterangan dari Tuhan kamu?!' (Al-Bidayah Wan-Nihayah 3:46)

al-amin
Suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah, dari Amru bin Al-Ash ra. katanya: Aku tidak pemah lihat kaum Quraisy yang hendak membunuh Nabi SAW seperti yang aku lihat pada suatu hari di bawah lindungan Ka'bah. Mereka bersepakat merencanakan pembunuhan beliau sedang mereka duduk di sisi Ka'bah. Apabila Rasulullah SAW datang dan bersembahyang di Maqam, lalu bangunlah Uqbah bin Abu Mu'aith menuju kepada Rasulullah SAW dan membelitkan kain ridaknya ke tengkuk beliau, lalu disentaknya dengan kuat sekali, sehingga beliau jatuh tersungkur di atas kedua lututnya. Orang ramai yang berada di situ menjerit, menyangka beliau telah mati karena cekikan keras dari Uqbah itu.

Maka ketika itu segeralah Abu Bakar ra. datang dan melepaskan cekikan Uqbah dari Rasulullah SAW itu dari belakangnya, seraya berkata: Apa ini? Adakah engkau hendak membunuh orang yang mengatakan 'Tuhanku ialah Allah!' Uqbah pun segera berundur dari tempat Rasuluilah SAW itu kembali ke perkumpulan teman-temannya para pemuka Quraisy itu.

Rasulullah SAW hanya bersabar saja, tidak mengatakan apa pun. Beliau lalu berdiri bersembahyang, dan sesudah selesai sembahyangnya dan ketika hendak kembali ke rumahnya, beliau berhenti sebentar di hadapan para pemuka Quraisy itu sambil berkata: 'Hai kaum Quraisy! Demi jiwa Muhammad yang berada di dalam genggaman Tuhan! Aku diutus kepada kamu ini untuk menyembelih kamu!' beliau lalu mengisyaratkan tangannya pada tenggorokannya, yakni beliau menjanjikan mereka bahwa mereka akan mati terbunuh. 'Ah, ini semua omong kosong!' kata Abu jahal menafikan ancaman Nabi SAW itu. 'Ingatlah kataku ini, bahwa engkau salah seorang dari yang akan terbunuh!' sambil menunjukkan jarinya ke muka Abu jahal. (Kanzul Ummal 2:327)

Sumber : http://imamazhari.blogspot.com/2010/03/penderitaan-nabi-saw-2.html


Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

WANITA-WANITA AHLI NERAKA

 Bismillahhirahmannirrahiim...


Telah disebutkan dalam Al-Quran bahwa ;
"Jumlah kaum wanita di dalam neraka lebih banyak daripada kaum lelaki."

Naudzubillahhimindzalik..
semoga kita para muslimah tidak termasuk salah satu diantaranya,
oleh sebab itu kiranya inilah yang bisa dijadikan suatu blokade agar
kita tidak sampai tergelincir.. (ayo bareng2 instropeksi..yuuu…)


Ciri-ciri wanita ahli neraka diantaranya, yaitu:
  • Membuka Aurat
Rasulullah SAW bersabda:
Ada dua golongan ahli neraka yg aku belum melihat sebelumnya. Yang pertama adalah lelaki pelaku kemaksiatan selama hidupnya, dan wanita-wanita yang memakai pakaian terbuka yg tubuhnya berlenggak-lenggok dan kepalanya seperti punuk unta. Semuanya tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya”


Peringatan untuk wanita yang membuka auratnya, menutupnya namun masih terlihat jelas lekukannya, yang semua tingkah perilakunya ingin menarik perhatian lelaki.. Bagaimana mereka bisa masuk surga bila mencium baunya saja tidak akan pernah??Naudzubillah Ya Rabb,

  • Memakai wangi-wangian
Agama Islam adalah agama bersih yang menyukai keindahan,wangi-wangian dan membenci bau-bauan yang tidak sedap. Namun yang berlebihan adalah tidak baik, dimana kebanyakan dari kita memakai wangi-wangian agar kita ‘dilirik’ dan makin ‘laku’ di antara para lelaki.untuk apa sih??? APA yang kau cari?? jika begitu kita tidak ada bedanya dong dengan wanita penghibur yang ingin diperhatikan semua laki2 agar bayarannya makin mahal? niatkanlah memakai wangi-wangian secukupnya untuk mengusir bau badan, dan untuk memberikan rasa nyaman pada diri kita.

  • Berlebihan dalam berhias
Para wanita-wanita yang berlebih-lebihan dalam memakai pakaian (alias dandan dan bergaya) diumpamakan seperti buah yang sudah masak dari pohonnya kemudian dihinggapi seekor lalat dan menggerogotinya. Maka wanita yang baik adalah yang menjaga kehormatan dirinya,menutup auratnya, sehingga ia nampak anggun dan terpuji di hadapan Allah SWT.

ALLAH berfirman :
” Dan hendaklah mereka menutupi kain kudung ke dadanya” (An Nur:31)

  • Menyerupai laki-laki
Allah telah menciptakan manusia ke dalam 2 jenis yang BERBEDA, yaitu laki-laki dan wanita.Telah ditetapkan pula kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis.Maka tidaklah pantas jika para laki-laki meniru wanita, dan wanita meniru lelaki.
Rasulullah SAW bersabda:
“Allah akan melaknati para lelaki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki”


Hey ibu-ibu, se tangguh apapun kita ini adalah ibu-ibu, yang berkewajiban melahirkan dan membesarkan anak-anak kita dengan penuh kelembutan. Ingatlah selalu kepada fitrah kita sebagai wanita =)



Bismillah,,, semoga kita dijauhkan dari ciri2 di atas… aamiiin


Sumber : http://dinrip.wordpress.com/2011/01/13/wanita-wanita-ahli-neraka/


Beberapa akhlak Wanita Islam,
Assalamualikum,Wr Wb,,

Wanita Islam merupakan bagian dari masyarakat yang tidak dapat dipisah-kan dan mempunyai posisi yang sangat penting. Ia mempunyai kewajiban terhadap Allah, dirinya sendiri, keluarga, lingkungan dan terhadap Islam. Pada kali ini akan sedikit dibahas tentang kewajiban seorang muslimah terhadap dirinya sendiri, lingkungan dan Islam.

Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
Kewajiban seorang muslimah terhadap dirinya adalah berhias dengan akhlaq yang mulia sebagai cermin dari keimanan yang ada di dalam dirinya.

Diantara akhlaq mulia yang harus dimiliki seorang muslimah adalah :

1. Hati yang lembut dan perasaan yang sensitif.
Rasulullah sebagai panutan bagi seluruh umat Islam terkenal mempunyai hati yang sangat lembut.


2. Jujur.
Sifat ini mutlak harus ada pada diri setiap muslimah. Jujur dalam bersikap sehari-hari, selalu berhati-hati dengan segala ucapannya agar lidahnya tidak tergelincir pada perkataan yang dusta.


3. Berani & mempunyai fisik yang kuat.
Bagaimana seorang muslimah yang berani dan kuat ? Asma binti Abu Bakar adalah salah seorang wanita yang dapat dijadikan contoh. Dimana dalam masa kehamilannya beliau berjalan melintasi padang pasir dan menaiki bukit terjal sambil membawa bekal bagi Rasulullah dan ayahnya Abu Bakar yang ketika itu bersembunyi di gua Tsaur. Sedang-kan keberanian dalam berpendapat dapat kita ambil contoh teguran Kaulah binti Sa’labah kepada Ummar bin Khattab yang pada masa kekhalifahannya hendak membatasi harga mahar.


4. Menjauhi teman yang buruk.
Pada prinsipnya teman yang buruk adalah teman yang menjauhkan kita dari mengingat Allah dan mengajak kita pada perbuatan yang mengundang murka Allah. Teman seperti inilah yang harus kita hindari, karena akhlaq seseorang itu dapat dilihat dari akhlaq teman karibnya.


Kewajiban terhadap Lingkungannya
Seorang muslimah hidup dalam suatu lingkungan masyarakat dan saling berinteraksi dengan mereka. Dalam berinteraksi dengan sesamanya, seorang muslimah harus memiliki hal-hal sebagai berikut :

1. Sikap adil.
Ia harus mampu bersikap adil kepada orang-orang di sekitar-nya. Tidak membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.


2. Keperdulian terhadap orang lain.
Tanggap terhadap situasi dan keadaan saudaranya yang sedang mempunyai masalah. Perduli bukan berarti hanya mengetahui bagaimana keadaan saudaranya, tetapi juga berusaha untuk menunjukkan perha-tiannya sebagai bukti dari keper-duliannya itu.


3. Hati yang pengasih.
Seorang muslimah harus memiliki rasa sayang terhadap sesamanya dan mampu untuk menunjukkan rasa sayangnya itu.


4. Menjaga hak-hak orang lain.
Apa yang menjadi hak orang lain adalah merupakan kewajiban bagi diri kita untuk memenuhinya. Sebagai contoh, hak seornag muslim dari muslim yang lain adalah dikunjungi ketika ia sakit.


Kewajiban terhadap Islam
Diantara kewajiban muslimah terhadap Islam adalah keikutsertaanya dalam menyebarkan syiar-syiar Islam. Dengan selalu berprilaku baik, menjaga adab-adab yang islami, dan membina hubungan baiknya dengan masyarakat, maka secara tidak langsung ia telah turut andil dalam menyebarkan nilai-nilai Islam. Dari sinilah orang dapat melihat dan merasakan indahnya islam sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Selain itu seorang muslimah juga dituntut untuk dapat berperan aktif dalam membina masyarakatnya sesuai dengan kemampuan dan kelebihan masing-masing. Aisyah ra adalah salah satu istri Rasulullah yang pandai tentang ilmu hadits, fiqih, dan kedokteran. Kemampuan tersebut beliau ajarkan kepada para muslimah lainnya dalam rangka keikutsertaannya membina masyarakat pada saat itu.

Demikianlah kewajiban seorang muslimah yang harus ia jalankan. Dengan mengetahui kewajiban-kewajiban tersebut diharapkan bahwa setiap muslimah akan sadar, bahwa dia hidup bukan untuk dirinya sendiri, dan dia juga islam bukan untuk dirinya sendiri, tetapi juga hidup dan islam bagi masyarakatnya, dan harus turut serta dalam menyebarkan nilai-nilai islam tersebut. Tanggung jawabnya begitu besar, dan kelak akan dimintai pertanggung-jawabannya di hari akhir.

Sumber : http://dinrip.wordpress.com/2011/01/13/beberapa-akhlak-wanita-islam/


Sepuluh Akhlak Yang Harus Dimiliki Muslim/Muslimah
Akhlak : Dalam bahasa, akhlak (budi pekerti) berarti kebiasaan atau watak. Secara terminologi, akhlak berarti kebiasaan, tabiat, atau watak di dalam diri yang menjadi sumber terjadinya perbuatan, tanpa unsur rekayasa ataupun reka-reka. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa akhlak adalah tindakan tanpa rekayasa.

Sepuluh Akhlak Muslim/Muslimah :
(1). Tidak menyakiti orang lain.
“Orang Muslim adalah orang yang orang-orang Muslim lainnya selamat dari (keusilan) lidah dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah atas dirinya” (HR. Al-Bukhari dari Abdullah bin Amru).

Hadis tersebut menyatakan bahwa Muslim terbaik adalah Muslim yang menunaikan hak-hak kaum Muslimim lainnya dalam menjalankan hak-hak Allah, artinya orang Muslim harus mencegah diri dari menyakiti orang lain. Penyebutan lidah dan tangan adalah manifestasi cara menyakiti orang lain, baik secara verbal maupun fisik. Balas menyakiti orang yang menyakiti kita sebenarnya tidak menjadi masalah, tetapi yang lebih afdal adalah bersabar dan mengharapkan pahala di sisi Allah (Q.S. Al-Ahzaab 58).

Manifestasi perilaku tidak menyakiti orang lain adalh dengan :
  • Tidak menyakiti tetangga ; pesan berinteraksi secara baik dengan tetangga gencar disampaikan melalui peringatan bahwa tetangga adalah salah satu pintu masuk surga dan bahwasanay mereka kelak menjadi saksi kita di akhirat
  • Menjaga mulut Ldah kelak menjadi cambuk siksaan di hari kiamat. Menjaga lidah adalah jalan menuju keselamatan. Semakin banyak berbicara akan semakin banyak tersilap. Oleh karena itu, berpikirlah sebelum berbicara dan jangan berbohong, berkata kasar, ghibah, mengejek, dll.
  • Tidak menyakiti anak-anak Hindari mengejek dan meremehkan anak-anak, pilih kasih dalam memperlakukan mereka, atau mendoakan mereka celaka.

(2). Menyingkirkan benda menyakitkan dari jalan.
“Iman itu ada tujuh puluh sekian atau enam pulih sekian cabang. Yang paling utama adalah ucapan laa ilaaha illallaah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan benda dari jalanan dan malu termasuk cabang keimanan.” (HR.Muslim dari Abu Hurairah r.a).

Menyingkirkan benda yang menyakitkan dari jalan adalah salah satu bentuk manifestasi dzikir yang bisa menjauhkan manusia dari api neraka.

(3). Malu.
Malu adalah perhiasan wanita yang paling indah dan elok, bahkan merupakan sebagian dari iman dan Nabi SAW sendiri pun terkenal sangat pemalu. Hal ini karena malu menganjurkan kebaikan dan menghindarkan keburukan. Malu mencegah kealpaan untuk bersyukur kepada yang memberi nikmat dan mencegah kelalaian menunaikan hak orang yang memiliki hak.

Disamping itu, malu juga mencegah berbuat/berkata kotor demi menghindari celaan dan kecaman. Malu adalah rasa yang membuat seorang mukmin urung melakukan maksiat karena perasaan serba salah jika sampai dilihat oleh Allah. Malu yang berlebihan adalah rasa sungkan yang justru merupakan kelemahan ental dan sering menimbulkan banyak masalah. Sikap keterlaluan perempuan dalam tertutup dan mengurung diri dari pergaulan dengan laki-laki bukanlah rasa malu, melainkan lebih merupakan faktor kesungkanan. Kewajiban dalam rasa malu ada empat:
  1. Berpakaian menutup aurat.
  2. Memandang menahan pandangan matanya.
  3. Berbicara tidak bergaya centil dan manja ketika berbicara.
  4. Pergaulan tidak berdesakan dengan lelaki.

(4). Santun berbicara.
“Sesungguhnya seseorang mengatakan satu patah kata yang ia pandang tidak ada masalah. Padahal, sepatah kata itu enyebabkan ia harus mendekam di neraka selama tujuh puluh tahun.” (HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a)

Kesantunan berbicara dimanifestasikan dalam tiga hal :
  1. Berbicara pelan jangan mengeraskan suara diatas volume yang dibutuhkan pendengar karena hal itu tidak sopan dan menyakitkan. Wanita yang bersuara keras menunjukkan ia belum terdidik sempurna dan masih membutuhkan evaluasi panjang dengan dirinya sendiri.
  2. Memperhatikan pembicaraan lawan bicara dan tidak menjatuhkan harga dirinya hal ini dapat dicapai dengan tersenyum, berbicara sesuatu yang menjadi perhatian/kesenangan lawan bicara, dan simak lawan bicara dengan penuh perhatian.
  3. Tidak memotong pembicaraan

(5). Jangan berbohong.
“Tidak beriman seorang hamba dengan keimanan yang sepenuhnya sampai ia meninggalkan bohong meski dalam bercanda dan meninggalkan perdebatan meskipun dalam posisi benar” (H.R. Ahmad dari Abu Hurairah r.a.)

Iman dan kebohongan tidak bisa menyatu dalam hati seorang mukmin. Kebohongan akan mengarah kepada kemunafikan. Keduanya seperti dua sisi mata uang yang bersisian. Tidak ada yang bernama bohong putih atau bohong hitam, kebohongan kecil tetaplah ditulis sebagai kebohongan. Sikap seperti membanggakan diri, bercanda, dan berkelakar juga dapat menjerumuskan kepada kebohongan. Bentuk kebohongan terbesar terhadap Allah adalah kebohongan dalam berniat, berjanji, dan beramal. Bohong yang diperbolehkan adalah bohong untuk mendamaikan dua orang yang bersiteru, bohong dalam perang, dan bohong untuk menyenangkan suami/istri.

(6). Tinggalkan perdebatan.
“Sesungguhnya tadi aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang Lailatul Qadar, namun di tengah jalan si Fulan dan Fulan sedang bertengkar mulut, maka dihapuskanlah (pengetahuan tentang itu). Semoga (penghapusan) ini lebih baik bagi Anda sekalian. Telisiklah ia pada malam ketujuh, kesembilan, dan kelima (terakhir bulan Ramadhan)” (H.R. Al-Bukhari dari Ubadah bin Ash-Shamit)

Rasulullah hendak memberikan kabar gembira mengenai waktu turunnya lailatul qadr secara pasti, tetapi pengetahuan tentang ini dilupakan darinya karena mendengar perdebatan. Berdebat tidak baik karena ia membuka kesempatan kepada syaitan untuk turut melakukan provokasi didalamnya. Debat dapat memunculkan fitnah, keraguan, menghapuskan amalan, mengeraskan hati, melahirkan dendam, dll.

Arena yang paling disukai setan adalah permusuhan dimana tiap pihak berusaha untuk menunjukkan aib pihak lain dan menyucikan dirinya sendiri, dan debat dijadikan saran untuk memperoleh kemenangan semu. Dengan meninggalkna debat, itu adalah bukti kepercayaan kepada diri sendiri, keimanan pada manhaj, dan keyakinan kepada Allah SWT. Debat yang diperbolehkan adalah dengan menggunakan argumentasi yang lebih baik dan santun. Bertahan dengan cara yang baik dengan berdiskusi dan memaparkan argumentasi secara santun, sembari meminta maaf dan memaafkan kesalahan ucap.

(7). Jangan bakhil (pelit).

Predikat paling buruk yang disandang oleh wanita muslimah adalah jika ia disebut wanita bakhil/pelit. Orang bakhil yang paling bakhil dapat dibagi tiga :
  1. Orang yang bakhil dengan dunia di jala akhirat.
  2. Orang yang bakhil pada dirinya sendiri dengan dalih zuhud meninggalkan keduniaan.
  3. Orang yang mendengar nama Nabi SAW disebut dihadapannya namun ia tidak bershalawat. Salah satu makar orang bakhil adalah memeluk erat-erat uangnya semasa hidup, namun begitu diambang kematian ia lantas membagi-bagikan apa yang dimilikinya kepada ahli waris.

Berikut manifestasi yang mengekspresikan sifat tidak bakhil :
  1. Mengeluarkan zakat wajib.
  2. Memberikan shadaqah.
  3. Menyuguhi tamu.
  4. Memberikan hadiah. Satu lagi menifestasi bakhil dalam kehidupan rumah tangga ialah bakhil dengan tidak melontarkan kata-kata manis dan perasaan-perasaan mulia, khususnya dengan suami.

(8). Tepiskanlah rasa dengki.
"Surga yang luas disediakan khusus untuk orang-orang yang menahan amarah dan memaafkan manusia." (Ali Imran 133-134).

Abu Hamid Al-Ghazali mengatakan dalah Ihya Ulumuddin bahwa,
“Marah bertempat di hati. Kemarahan yang hebat berarti mendidihnya darah di dalam hati menuntut pembalasan yang merupakan makanan marah dan syahwatnya, dan ia tidak akan tenang kecuali dengan penuntasannya.”

Dengki didefenisikan sebagai memendam permusuhan di dalam hati dan menunggu-nunggu kesempatan pemuasannya. Muncul ketika merasa muak dan jengkel terhadap seseorang. Dengki akan melahirkan 8 buah kezaliman terhadap orang lain :
  1. Hasud
  2. Mencaci maki saat terjadi bala cobaan
  3. Mendiamkan
  4. Melecehkan, berpaling, menjauh
  5. Ghibah
  6. Mengolok-olok
  7. Menyakiti fisik
  8. Menahan kucuran kemurahan (pemberian dan silaturrahim) Jika orang shahih jengkel, maka berbuat adil.

Jika orang budiman jegkel, maka mereka bertindak mulia. Jika orang naif jengkel, mereka bertindak semena-mena. Untuk mencapai status Ash-Shiddiiqiin (orang-orang budiman) maka ada tiga tangga yang harus dilalui, yaitu :
  1. Menahan amarah
  2. Memaafkan kesalahn manusia
  3. Berbuat baik kepada orang yang memusuhi

(9). Dilarang iri/hasud.
Hasud adalah reaksi jiwa dan oenyakit hati yang menganggap nikmat Allah yang diterima seesorang terlalu banyak untuknya sembari mengangan-angankan raibnya kenikmatan tersebut dari mereka. Faktor penyebab diantaranya : • Permusuhan, kebencian, kemarahan, kedengkian.
  1. Takabur dan arogan
  2. Kegearan pada dunia
  3. Ambisi kekuasaan
  4. Kebusukan jiwa dan kekerdilan dari kebaikan Hasud adalah senjata makan tuan yang menghasilkan mudarat dunia dan keagamaan.

Orang yang dihasudi justru berada diatas angin sebab ia memperoleh beragam keuntungan dengan kehasudan orang yang menghasudinya, di dunia maupun di akhirat. Obat penyembuh hasud adalah ilmu dan amal. Ilmu : orang alim adalah orang yang tidak hasud pada orang yang lebih tinggi dan tidak melecehkan orang lebih rendah (tingkat keilmuannya). Amal : dengan amal proses pengurungan hasud bisa berjalan dengan sempurna.

(10). Pantang terpedaya (Ghurur)
Ghurur adalah bentuk kelalaian dan keterpedayaan dan merupakan predikat yang menempel pada setiap penipu. Ghurur memiliki tiga sumber utama :
  1. Tertipu oleh angan kehidupan dunia –> merasa Allah memberinya kehidupan dunia yang melebihi orang lain dan beranggapan karunia tersebut sebagai kelebihan, bukan sebagai kemurahan, dan mungkin mengandung ujian dan cobaan apakah ia bersyukur atau malah kufur.
  2. Tertipu oleh janji setan –> setan senantiasa memberi bisikan yang membesarkan dirinya sehingga tidak lagi peduli pada dosa besar dan kecil.
  3. Tertipu oleh angan ampunan Allah –> Allah mencela kalangan ahlul kitab, orang munafik, dan pemaksiat atas ilusi dan keterpedayaan mereka o Ilusi ahlul kitab –> bahwa dengan kekuatan yang dimiliki, mereka bisa mengalahkan Allah. o Ilusi orang munafik –> mereka berpikir bahwa di akhirat kelak mereka bisa mengatakan hal yang sama yang pernah mereka katakan kepada kaum mukminin sewaktu di dunia, bahwa mereka bersama-sama kaum mukminin.

Manifestasi ghurur cukup beragam, diantaranya :
  1. Meremehkan amalan-amalan ringan
  2. Mencemooh kaum papa dan fakir miskin, enggan bergaul dengan mereka.

Untuk mengatasinya, letakkanlah gumpalan pahala di depan mata Anda ketika melakukan amalan-amalan sepele dan ringan.

Sumber : http://dinrip.wordpress.com/2011/01/13/sepuluh-akhlak-yang-harus-dimiliki-muslimmuslimah/


Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

Melihat Yang Dibawah Untuk Perkara dunia Dan Diatas untuk perkara Akhirat

“Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk (rupa) [al kholq], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in. Betapa banyak orang yang terkesima dengan kilauan harta orang lain. Tidak pernah merasa cukup dengan harta yang ia miliki. Jika sudah mendapatkan suatu materi dunia, dia ingin terus mendapatkan yang lebih. Jika baru mendapatkan motor, dia ingin mendapatkan mobil kijang. Jika sudah memiliki mobil kijang, dia ingin mendapatkan mobil sedan. Dan seterusnya sampai pesawat pun dia inginkan.

Itulah watak manusia yang tidak pernah puas. Melihat Orang Di Bawah Kita dalam Hal Harta dan Dunia Sikap seorang muslim yang benar, hendaklah dia selalu melihat orang di bawahnya dalam masalah harta dan dunia. Betapa banyak orang di bawah kita berada di bawah garis kemiskinan, untuk makan sehari-hari saja mesti mencari utang sana-sini, dan masih banyak di antara mereka keadaan ekonominya jauh di bawah kita. Seharusnya seorang muslim memperhatikan petuah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal ini. Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,
“Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya):
[1] Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka,
[2] beliau memerintahkanku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. …” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk (rupa) [al kholq], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Hajar mengatakan,
“Yang dimaksud dengan al khalq adalah bentuk tubuh. Juga termasuk di dalamnya adalah anak-anak, pengikut dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kenikmatan duniawi.” (Fathul Bari, 11/32)

Agar Tidak Memandang Remeh Nikmat Allah Dengan memiliki sifat yang mulia ini yaitu selalu memandang orang di bawahnya dalam masalah dunia, seseorang akan merealisasikan syukur dengan sebenarnya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Al Munawi –rahimahullah- mengatakan,

“Jika seseorang melihat orang di atasnya (dalam masalah harta dan dunia), dia akan menganggap kecil nikmat Allah yang ada pada dirinya dan dia selalu ingin mendapatkan yang lebih. Cara mengobati penyakit semacam ini, hendaklah seseorang melihat orang yang berada di bawahnya (dalam masalah harta dan dunia). Dengan melakukan semcam ini, seseorang akan ridho dan bersyukur, juga rasa tamaknya (terhadap harta dan dunia) akan berkurang. Jika seseorang sering memandang orang yang berada di atasnya, dia akan mengingkari dan tidak puas terhadap nikmat Allah yang diberikan padanya. Namun, jika dia mengalihkan pandangannya kepada orang di bawahnya, hal ini akan membuatnya ridho dan bersyukur atas nikmat Allah padanya.”


Al Ghozali –rahimahullah- mengatakan,
“Setan selamanya akan memalingkan pandangan manusia pada orang yang berada di atasnya dalam masalah dunia. Setan akan membisik-bisikkan padanya: ‘Kenapa engkau menjadi kurang semangat dalam mencari dan memiliki harta supaya engkau dapat bergaya hidup mewah[?]’ Namun dalam masalah agama dan akhirat, setan akan memalingkan wajahnya kepada orang yang berada di bawahnya (yang jauh dari agama). Setan akan membisik-bisikkan, ‘Kenapa dirimu merasa rendah dan hina di hadapan Allah[?]” Si fulan itu masih lebih berilmu darimu’.” (Lihat Faidul Qodir Syarh Al Jaami’ Ash Shogir, 1/573)

Itulah yang akan membuat seseorang tidak memandang remeh nikmat Allah karena dia selalu memandang orang di bawahnya dalam masalah harta dan dunia. Ketika dia melihat juragan minyak yang memiliki rumah mewah dalam hatinya mungkin terbetik, “Rumahku masih kalah dari rumah juragan minyak itu.” Namun ketika dia memandang pada orang lain di bawahnya, dia berkata, “Ternyata rumah tetangga dibanding dengan rumahku, masih lebih bagus rumahku.” Dengan dia memandang orang di bawahnya, dia tidak akan menganggap remeh nikmat yang Allah berikan. Bahkan dia akan mensyukuri nikmat tersebut karena dia melihat masih banyak orang yang tertinggal jauh darinya.

Berbeda dengan orang yang satu ini. Ketika dia melihat saudaranya memiliki Blackberry, dia merasa ponselnya masih sangat tertinggal jauh dari temannya tersebut. Akhirnya yang ada pada dirinya adalah kurang mensyukuri nikmat, menganggap bahwa nikmat tersebut masih sedikit, bahkan selalu ada hasad (dengki) yang berakibat dia akan memusuhi dan membenci temannya tadi. Padahal masih banyak orang di bawah dirinya yang memiliki ponsel dengan kualitas yang jauh lebih rendah. Inilah cara pandang yang keliru.

Namun inilah yang banyak menimpa kebanyakan orang saat ini. Dalam Masalah Agama dan Akhirat, Hendaklah Seseorang Melihat Orang Di AtasnyaDalam masalah agama, berkebalikan dengan masalah materi dan dunia. Hendaklah seseorang dalam masalah agama dan akhirat selalu memandang orang yang berada di atasnya. Haruslah seseorang memandang bahwa amalan sholeh yang dia lakukan masih kalah jauhnya dibanding para Nabi, shidiqn, syuhada’ dan orang-orang sholeh. Para salafush sholeh sangat bersemangat sekali dalam kebaikan, dalam amalan shalat, puasa, sedekah, membaca Al Qur’an, menuntut ilmu dan amalan lainnya.

Haruslah setiap orang memiliki cara pandang semacam ini dalam masalah agama, ketaatan, pendekatan diri pada Allah, juga dalam meraih pahala dan surga. Sikap yang benar, hendaklah seseorang berusaha melakukan kebaikan sebagaimana yang salafush sholeh lakukan. Inilah yang dinamakan berlomba-lomba dalam kebaikan. Dalam masalah berlomba-lomba untuk meraih kenikmatan surga, Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam keni’matan yang besar (syurga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh keni’matan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al Muthaffifin: 22-26)

Al Qurtubhi mengatakan,
“Berlomba-lombalah di dunia dalam melakukan amalan shalih.” (At Tadzkiroh Lil Qurtubhi, hal. 578)

Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala juga berfirman,
“Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (QS. Al Ma’idah: 48)

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron: 133)

Inilah yang dilakukan oleh para salafush sholeh, mereka selalu berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana dapat dilihat dari perkataan mereka berikut ini yang disebutkan oleh Ibnu Rojab –rahimahullah-. Berikut sebagian perkatan mereka. Al Hasan Al Bashri mengatakan,
“Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.”

Wahib bin Al Warid mengatakan,
“Jika kamu mampu untuk mengungguli seseorang dalam perlombaan menggapai ridho Allah, lakukanlah.”

Sebagian salaf mengatakan,
“Seandainya seseorang mendengar ada orang lain yang lebih taat pada Allah dari dirinya, sudah selayaknya dia sedih karena dia telah diungguli dalam perkara ketaatan.” (Latho-if Ma’arif, hal. 268)

Namun berbeda dengan kebiasaan orang saat ini. Dalam masalah amalan dan pahala malah mereka membiarkan saudaranya mendahuluinya. Contoh gampangnya adalah dalam mencari shaf pertama. “Monggo pak, bapak aja yang di depan”, kata sebagian orang yang menyuruh saudaranya menduduki shaf pertama. Padahal shaf pertama adalah sebaik-baik shaf bagi laki-laki dan memiliki keutamaan yang luar biasa. Seandainya seseorang mengetahui keutamaannya, tentu dia akan saling berundi dengan saudaranya untuk memperebutkan shaf pertama dalam shalat, bukan malah menyerahkan shaf yang utama tersebut pada orang lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebaik-baik shaf bagi laki-laki adalah shaf pertama, sedangkan yang paling jelek bagi laki-laki adalah shaf terakhir. Sebaik-baik shaf bagi wanita adalah shaf terakhir, sedangkan yang paling jelek bagi wanita adalah shaf pertama.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Seandainya setiap orang tahu keutamaan adzan dan shaf pertama, kemudian mereka ingin memperebutkannya, tentu mereka akan memperebutkannya dengan berundi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mari kita saling berlomba dalam meraih surga dan pahala di sisi Allah! Kekayaan Paling Hakiki adalah Kekayaan Hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita melihat kepada orang yang berada di bawah kita dalam masalah dunia agar kita menjadi orang yang bersyukur dan qana’ah yaitu selalu merasa cukup dengan nikmat yang Allah berikan, juga tidak hasad (dengki) dan tidak iri pada orang lain. Karena ketahuilah bahwa kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati yaitu hati yang selalu merasa cukup dengan karunia yang diberikan oleh Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bukhari membawakan hadits ini dalam Bab “Kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan hati (hati yang selalu merasa cukup).” Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim)

Seandainya seseorang mengetahui kenikmatan yang seolah-olah dia mendapatkan dunia seluruhnya, tentu betul-betul dia akan mensyukurinya dan selalu merasa qona’ah (berkecukupan). Kenikmatan tersebut adalah kenikmatan memperoleh makanan untuk hari yang dia jalani saat ini, kenikmatan tempat tinggal dan kenikmatan kesehatan badan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
“Barangsiapa di antara kalian merasa aman di tempat tinggalnya, diberikan kesehatan badan, dan diberi makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dia telah memiliki dunia seluruhnya.” (HR. Tirmidzi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Oleh karena itu, banyak berdo’alah pada Allah agar selalu diberi kecukupan. Do’a yang selalu dipanjatkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah do’a:
“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina” (Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan ghina) (HR. Muslim)

An Nawawi –rahimahullah- mengatakan, “”Afaf dan ‘iffah bermakna menjauhkan dan menahan diri dari hal yang tidak diperbolehkan. Sedangkan al ghina adalah hati yang selalu merasa cukup dan tidak butuh pada apa yang ada di sisi manusia.” (Syarh Muslim, 17/41) Ya Allah, berikanlah pada kami sifat ‘afaf dan ghina. Amin Yaa Mujibas Sa’ilin. Semoga kita selalu mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan dimudahkan untuk beramal sholeh. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Sumber : http://dinrip.wordpress.com/2011/01/12/melihat-yang-dibawah-untuk-perkara-dunia-dan-diatas-untuk-perkara-akhirat/


Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

Manfaatkan Sisa Umurmu Sebaik-baiknya

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,
“Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari, dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari”.

Ini adalah anjuran beliau agar seorang mukmin senantiasa mempersiapkan diri terhadap datangnya kematian. Sedangkan mempersiapkan datangnya kematian adalah dengan amal shalih. Dan beliau juga menganjurkan agar memendekkan angan-angan.

Maksudnya adalah janganlah menunggu amal-amal yang bisa dikerjakan di malam hari untuk pagi hari. Bahkan bersegeralah beramal. Begitu pula tatkala pagi hari. Janganlah terbetik di dalam hatimu bahwa engkau akan bertemu dengan sore hari sehingga engkau pun akhirkan amal-amal pagimu untuk malam hari.

Ketika engkau berada di waktu sore janganlah mengatakan, “Nanti, masih ada waktu pagi”. Betapa banyaknya seseorang yang berada di sore hari tidak menjumpai waktu pagi. Demikian juga ketika engkau berada di waktu pagi janganlah mengatakan, “Nanti, masih ada waktu sore.” Karena betapa banyaknya seseorang yang berada di waktu pagi tetapi tidak menjumpai sore hari dikarenakan ajal menjemputnya.

Kalaupun engkau bisa menjumpai waktu pagi atau sore, belum tentu engkau bisa melakukan pekerjaan yang engkau tunda dikarenakan kesibukan menghampirimu atau sakit menimpamu.
Hal ini telah diingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya,
“Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu pada keduanya (yaitu): nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhariy dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma)

Ketika datang waktu sakit dia baru merasakan betapa nikmatnya sehat. “Kenapa ketika sehat saya tidak menggunakannya untuk beramal shalih?” Ketika datang waktu sibuknya dia baru sadar betapa nikmatnya waktu luang. “Kenapa ketika punya waktu luang saya tidak menggunakannya untuk melakukan kebaikan?” Penyesalan selalu datang kemudian.

Kemudian Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu juga menyatakan,
“Dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu”
Yakni bersegeralah beramal shalih ketika sehat sebelum datangnya masa sakit. Karena seseorang ketika dalam keadaan sehat maka mudah baginya untuk beramal shalih, dikarenakan dia dalam keadaan sehat, dadanya lapang, dan jiwanya dalam keadaan senang. Sedangkan orang yang sakit dadanya sempit dan jiwanya dalam keadaan tidak gembira sehingga tidak mudah baginya untuk beramal.

Hal ini pun sebagai anjuran dari beliau untuk menjaga dan mempergunakan waktu sehat dengan sebaik-baiknya serta beramal dengan sungguh-sungguh padanya. Dikarenakan khawatir dia akan mendapatkan sesuatu yang akan menghalanginya untuk beramal.

Pergunakan Umurmu dengan Sebaik-baiknya!
“Dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum datang kematianmu”
yakni bersegeralah pergunakan waktu hidupmu selama engkau masih hidup (untuk beramal shalih) sebelum engkau mati. Sebagai peringatan untuk menjaga dan mempergunakan masa hidup dengan sebaik-baiknya. Karena sesungguhnya seseorang apabila mati maka terputuslah amalnya.

Telah shahih hal ini dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana beliau bersabda,
“Apabila seseorang meninggal dunia maka terputuslah darinya amalnya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

Demikian juga akan hilanglah angan-angannya dan muncullah penyesalannya yang besar karena keteledorannya dalam menjaga umurnya.

Dan ketahuilah bahwa kelak akan datang kepadanya suatu waktu yang panjang. Yakni tatkala dia berada di bawah tanah di mana dia tidak mampu lagi untuk beramal dan tidak memungkinkan pula baginya untuk berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Maka hendaknya bersegera beramal selagi masih hidup.

Sungguh alangkah luas dan tingginya pengertian hadits ini yang mengandung berbagai macam kebaikan.
Jangan Panjang Angan-angan!

Sebagian ‘ulama menyatakan, “Allah Ta’ala mencela panjang angan-angan di dalam firman-Nya,
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong). Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (Al-Hijr:3)

‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,
"Dunia berjalan meninggalkan manusia sedangkan akhirat berjalan menjemput manusia, dan masing-masing memiliki generasi. Maka jadilah kalian generasi akhirat dan janganlah kalian menjadi generasi dunia. Karena hari ini (di dunia) yang ada hanyalah amal dan belum dihisab sedangkan besok (di akhirat) yang ada adalah hisab dan tidak ada lagi amal.”
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis-garis lalu bersabda, “Ini adalah manusia, ini angan-angannya dan ini adalah ajalnya. Maka tatkala manusia berjalan menuju angan-angannya tiba-tiba sampailah dia ke garis yang lebih dekat dengannya (daripada angan-angannya , pent).” Yakni ajalnya yang melingkupinya." (HR. Al-Bukhariy no.6418)

Inilah peringatan dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memendekkan angan-angan dan merasakan dekatnya ajal dan takut kalau ajal datang kepadanya dengan tiba-tiba. Barangsiapa yang tidak mengetahui ajalnya (dan semua orang tentunya tidak tahu kapan ajalnya datang , pent.) maka dia layak untuk berjaga-jaga akan kedatangannya dan menunggunya karena khawatir jika ajal mendatanginya disaat dia terpedaya dan lengah.

Maka seorang mukmin hendaklah dia senantiasa menjaga dirinya dengan mempergunakan umurnya sebaik-baiknya dan menentang angan-angan maupun hawa nafsunya karena manusia sering terpedaya oleh angan-angannya.

‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati kami yang sedang memperbaiki gubuk kami. Lalu beliau bertanya, “Apa ini?” Kami menjawab, “Gubuk ini telah rusak/reyot, kami sedang memperbaikinya. Maka beliau pun bersabda,
”Tidaklah aku melihat urusan ini (dunia) melainkan lebih cepat dari gubuk ini.” (HR. At-Tirmidziy no.2335)

Kita memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar mengasihi kita dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang zuhud terhadap dunia, aamiin.


Sumber : http://dinrip.wordpress.com/manfaatkan-sisa-umurmu-sebaik-baiknya/

Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron