Laman

Minggu, 20 Februari 2011

Si Miskin

SI MISKIN
BY: AHMAD SHOBARI

Kita sudah terlanjur berjanji memberi perlindungan kepada semua orang miskin dan anak-anak terlantar. Dan karena itu kita merawat dan menyantuni mereka dengan layanan profesional seperti yang dilakukan Departemen Sosial untuk memberi seluas mungkin peluang sosial ekonomi kepada kaum miskin agar mereka mampu bergulat secara nyata dan bersungguh-sungguh mengentaskan diri mereka sendiri dan bukan dientaskan oleh pihak lain dari jerat kemiskinan itu.

Si Miskin itu juga manusia seperti kita, warga Negara yang punya hak dan kewajiban sama seperti kita. Mereka berhak hidup mentereng, berhak menjadi anggota DPR dan punya mobil mewah dan dompet tebal. Dan karena itu kita hormati harkat dan martabat mereka sebagai orang-orang terhormat. Santunan, bantuan, layanan dan segala macam kewajiban social, kewajiban politik dan moral, terutama kewajiban keagamaan yang harus kita tunaikan kepada mereka tak boleh menyinggung dan melukai harga diri mereka.

Kaum Muslimat dan Muslimin yang shaleh dan tulus diundang Tuhan secara khusus untuk lebih mengasah kepekaan jiwa dan meningkatkan kepekaan sosial dan, kalau bisa, diharap bersikap asketik atau zuhud, sikap hidup hemat didunia demi tabungan akherat. Ikut menikmati dunia tapi tak didikte oleh dunia yang ibarat kata cuma sekejap mata karena ada janji alam keabadian atau hidup kekal dibalik dunia fana ini.

Muslimin dan Muslimat yang shaleh, tulus dan zuhud, diketuk hatinya oleh Tuhan untuk menoleh kekiri dan kekanan, kesemua tempat dimana si miskin bermukim. Dan mereka pun diingatkan bahwa dalam kekayaan mereka terdapat hak si miskin yang tak bisa mereka ingkari.

Terhadap KPK saya menyampaikan rasa hormat karena control yang mereka berikan akan mengurangi kemungkinan orang untuk menggelapkan kekayaan Negara dan untuk memperkaya diri sendiri yang akibatnya bisa membikin miskin pihak-piahk yang lain.

Tuhan tak pernah tidur dan komputernya tetap menyala terus bukan cuma 24 jam melainkan sepanjang masa yang tak kita ketahui berapa milyar tahun lamanya. Dan Dia yang tak pernah tidur itu pula yang diam-diam bersembunyi dibalik singgasana kemiskinan umatnya itu rupa-rupanya Tuhan berpihak pada si miskin. Tentu saja ini merupakan ungkapan metaforis dari pada ungkapan dalam arti sebenarnya.

Dan karena itu metafora kaum sufi selalu menyebutkan bila hendak bertemu Tuhan carilah ditengah rombongan si miskin yang mungkin diam-diam tanpa dikomando, tanpa diberi aba-aba oleh siapapun mereka serempak memuji asma dan sifat-sifatNya tidak dengan pujian verbal seperti orang-orang latah melainkan dengan degup jantung dan getaran jiwa mereka yang tulus, bahkan lebih tulus dari orang-orang disekitar kita yang merasa berhak atas sebutan sebagai orang yang tulus. Astaghfirullaah, maa-syaa-allah ! ampunilah kami ya Tuhan yang Maha Pengampun bila diam-diam adakalanya kami merasa seangkuh itu karena hal itu berarti bahwa kami lebih dungu dan lebih bebal secara spiritual dari pada si miskin.

Maka bila sekedar karena terlanjur atau karena bergurau orang berpendirian bahwa kemiskinan itu suci tentu saja miskin dalam katagori Depsos saya tak akan memberi komentar apa-apa pun. Kalau begitu adakah katagori kemiskinan yang lain? jawabnya "ada", namanya kemiskinan jiwa.

Orang yang hidup materialnya berlimpah boleh jadi mereka terserang kemiskinan jiwa itu. Para konglomerat dan para pejabat tinggi kita banyak yang mengidap kemisikinan jiwa. Ibarat orang minum air laut, setelah dua-tiga teguk air diminum perbawa haus semakin menerpa tenggorokan mereka, hingga dalam bayangan mereka berpuluh-puluh drum air tak bakal bisa membikin mereka puas. Semua orang dihadapan Tuhan hakikatnya hanyalah sekeping jiwa telanjang dan barangkali buruk dan hina, miskin dan papa. Maka tak salah bila didepan Tuhan manusia mengeluhkan kemiskinannya dan memohon petunjuk jalan pembebasan yang mesti mereka tempuh.

Tapi bila didepan Tuhan pun mereka ibaratnya bersikap angkuh, merampok uang rakyat dan sembunyi-sembunyi mengamankan harta rampokan itu agar tak dikenai pajak, tak wajib bayar zakat mal dan terutama buat menghindarkan diri dari keharusan mengakui terus terang pada publik berapa kekayaannya, maka orang seperti itu bukan cuma miskin melainkan, saya kira, rajanya semua orang yang miskin secara kejiwaan.

Si Miskin dalam kategori ini bisa juga disebut "si gila harta". Saya suka sekali dengan ungkapan sufi besar kita, Jalaluddin Rumi, dalam kitabnya Kearifan Cinta, ketika ia menyebutkan: "Bila ada orang yang gila harta menderita, maka orang suci akan datang untuk menyembuhkannya. Namun bila yang menderita itu adalah orang-orang suci, demi Allah, siapa bisa menyembuhkannya ?"

Ungkapan ini bisa kita modifikasi untuk memberi kita gambaran mengenai jiwa-jiwa keserakat, fakir dan papa yang tampil sebagai orang-orang gila harta, yang membuat negeri kaya ini hancur lebur menjadi debu dan hina dimata bangsa-bangsa lain di dunia.

Karena hancurnya negeri ini, disebabkan oleh ulah para pemimpin bangsa kita sendiri maka ungkapan kita bisa berbunyi begini: "Bila ada maling mencuri milik orang lain, maka polisi akan datang untuk menangkapnya dan menyerahkannya pada jaksa. Tapi bila yang maling itu polisi, jaksa dan para pejabat tinggi lain, duh Gusti, siapa yang bisa menangkapnya?, terutama jika wakil rakyat pun kebagian dan dengan gigih mereka bahkan membelanya."

Dalam pusisi Pelacur dan Biniku, penyair legendaris kita, Khairil Anwar,menggambarkan kebimbangan orang yang hendak melacur karena ingat akan isterinya. Barah menganga, melayang ingatan ke biniku, ngeri, ini luka terbuka, sekali lagi, terpandang.

Ada kekuatan kontrol sosial dan kontrol moral yang masih berfungsi pada penyair ini. Pejabat kita, karena kepejabatannya, merasa tak ada lagi kekuatan lebih unggul. Selingkuh, atau bahkan memperkosa ibu pertiwi mereka sendiri tak membuat orang-orang itu malu atau rikuh. Mungkin malu dan rikuh bukan isu moral yang relevan karena mereka sudah terlanjur merosot ke tahap yang sulit digambarkan.

Betapa rendahnya, mereka mentereng dan berduit, tapi hidup sebagai si miskin yang hina. Dan tampaknya mereka sadar, telah melecehkan harkat hidup mereka sendiri.

Sumber : http://sufiundergorund.blogspot.com/2010/03/si-miskin.html


"Doa Pemulung"

Pinggiran Jalan di salah satu sudut Kota Jakarta, waktu menunjukkan pukul 21.30 sebuah keluarga pemulung tampak sedang bersiap untuk beranjak tidur Sementara, lalu lintas yang hanya berjarak 5 meter dari “rumah” mereka seperti tak pernah tidur, suara-suara kendaraan dengan klaksonnya yang selalu saja berlomba untuk minta di dengar Dan tidak mau mengalah dengan kendaraan lain.

Ditengah kebisingan jalanan, ketiga anak pasangan pemulung itu, sudah terlelap, wallahu a’lam karena tidur mengantuk atau memang letih mencari rongsokan.

Tak sengaja, seorang ayah muda berdiri tepat dekat dengan mereka, sambil sesekali menatap “keluarga kecil” tersebut, Mata ayah muda itu juga berusaha untuk tetap “memonitor” kendaraan yang akan membawanya pulang.
Samar-samar, ayah muda itu mendengar sebuah dialog “keluarga kecil” tersebut, ehm, cukup menarik, inspiraitf Dan penuh hikmah, walaupun mencoba “berjuang nguping” dikarenakan suara kendaraan yang lalu lalang.

“Shalihah, mari Kita tidur, ingat, seharian tadi Kita begitu lelah mencari barang-barang rongsokan, coba kamu perhatikan wajah manis anak-anak Kita” ucap sang suami kepada istrinya yang memang belum juga tertidur seperti sedang memikirkan sesuatu, Dan sang istri hanya membalas dengan senyuman termanis.

“Iya kang, walaupun anak-anak Kita belum makan, namun mereka begitu lelap, semoga mereka diberi mimpi yang indah malam ini” ucap sang istri sambil mendekatkan dirinya kepada barisan anak-anaknya yang sudah berjajar dengan alas sehelai Koran Dan mencoba menatap wajah anak-anaknya dengan penuh cinta.

“Bidadariku, Kita berdo’a dahulu yuk sebelum tidur !” ajak sang suami sesaat sebelum istrinya merebahkan diri. “Meskipun Kita pemulung, yakinlah bahwa Allah Maha Mendengar do’a setiap hamba-Nya, Moga setelah berdo’a lapar Kita juga akan hilang”sambil mengusap pundak kekasih hatinya itu.

Dengan segera mereka berdua mengangkat tangan,
“Ya Allah, selamatkanlah istri Dan anakku,
Hindarkanlah hati mereka dari iri Dan dengki
Kepada penguasa Dan orang-orang kaya di
Tengah kelaparan mereka”
“Ya Allah, yang Maha Kuasa,
Jadikanlah kami hamba-hambaMu yang bersyukur,
Kuatkanlah jiwa kami Dan kami mohon bimbinganMu
Dalam hidup ini”

Ayah muda itu melihat buliran air Mata perlahan mengalir ke wajah mereka mereka berdo’a begitu khusyu, seperti tidak memperdulikan kondisi jalanan yang memang bising walaupun Hari kian malam.

Setelah berdo’a, suami pemulung itu berpesan kepada istrinya,
“Istriku yang cantik, Esok Hari perjalanan Kita masih sangatlah panjang, Usah kau tangisi nasib Kita Hari ini mari tidurlah lupakan sejenak, beban derita Kita lepaskan”

“Karawaci-karawaci, Islamic-Islamic”, suara kenek memecah kekhusyuan ayah muda itu ‘mengambil pelajaran’ dari keluarga pemulung itu.

Dan akhirnya ayah muda itu-pun memberhentikan kendaraan bus Dan dengan senyum senang, karena mendapatkan pelajaran berharga malam itu.

“Terima kasih ya Allah atas pelajaran malam ini, Kekayaan terbesar adalah keluarga, Ya Allah jadikanlah hambaMu ini seorang yang dapat membawa keluargaku kepada keridhaanMu, menjadi keluarga yang bersyukur Dan bersabar dalam menjalani hidup ini”. Bisik hati ayah muda itu di tengah suara pengamen di dalam busnya

Sumber : http://indosingleparent.blogspot.com/2010_05_01_archive.html


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)

Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan.
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan sumbernya ya... Syukron

Kumpulan Kata-kata Bijak Umar bin Khattab ra

Umar bin Khotob:
“duduklah dengan orang-orang yang bertaubat, sesungguhnya mereka menjadikan segala sesuatu lebih berfaedah.” (Tahfdzib Hilyatul Auliya I/71)

Umar bin Khotob:
“Kalau sekiranya kesabaran dan syukur itu dua kendaraan, aku tak tahu mana yang harus aku kendarai.”  (Al Bayan wa At Tabyin III/ 126)

Umar bin Khotob:
“Sesungguhnya kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka janganlah kita mencari kemuliaan dengan selainnya.” (Ihya’ Ulumuddin 4/203)

Umar bin Khattab:
“Hendaklah kalian menghisab diri kalian pada hari ini, karena hal itu akan meringankanmu di hari perhitungan.” (Shifatush Shafwah, I/286)

"Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar."  -Khalifah ‘Umar-

"Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku." -Khalifah ‘Umar-

"Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah.Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar." -Sayidina Umar bin Khattab-

"Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki."  -Sayidina Umar bin Khattab-

"Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya. Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina. Orang yang mencintai akhirat, dunia pasti menyertainya. Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga." -Sayidina Umar bin Khattab-

"Manusia yang berakal ialah manusia yang suka menerima dan meminta nasihat." -Umar bin Khatab-

"Barangsiapa yang jernih hatinya, akan diperbaiki Allah pula pada yang nyata di wajahnya." -Umar bin Khatab-

"Barangsiapa menempatkan dirinya di tempat yang dapat menimbulkan persangkaan, maka janganlah menyesal kalau orang menyangka buruk kepadanya." -Umar bin Khattab-

"Kebajikan yang ringan adalah menunjukkan muka berseri-seri dan mengucapkan kata-kata lemah-lembut." -Umar bin Khattab-


"Didiklah anak-anakmu itu berlainan dengan keadaan kamu sekarang kerana mereka telah dijadikan Tuhan untuk zaman yang bukan zaman engkau." -Umar bin Khattab-

Sumber : http://waterboyry.wordpress.com/category/tokoh/


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)

Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan.
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan Sumbernya ya... Syukron

Tiga Hal yang Harus Diwaspadai Hati

Kesedihan, memang hadir dalam kehidupan manusia. Namun, tak perlu ada kesedihan yang berlebihan. Sebab orang beriman, sepenuhnya sadar bahwa sesuatu yang ia miliki, masalah yang ia hadapi dari dan akan kembali kepada Allah.

Firman Allah Ta’ala:
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al-Baqoroh: 155).

Selain itu, orang yang optimis selalu mengucapkan kalimah istirjaa (pernyataan kembali pada Allah)
‘’(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘’Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun’’ (Al-Baqoroh: 156).

Dalam kitab Nashooihul ‘Ibad karya Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani, disebutkan hadits mengenai tiga hal yang harus diwaspadai. Hal-hal yang harus diwaspadai tersebut ialah:

Pertama, hindari kesedihan di pagi hari dan mengeluhkan kesulitan hidup kepada orang lain. Mulailah menempuh pagi hari kita dengan rasa syukur dan kebahagiaan. Bersyukur karena Allah masih memberikan umur dan kesehatan. Jika mengawali pagi hari dengan kesedihan, maka hidup yang dijalani pun akan terasa berat dan sulit.

Bila seseorang terbiasa bersedih di pagi hari, berarti seakan-akan ia mengeluhkan Allah. Mengeluhkan nasib yang Allah takdirkan untuk kita. Melakukan syikayah (pengaduan) atas nasib buruk yang dialami seseorang kepada orang lain termasuk pertanda tidak ridha atas bagian yang telah Allah berikan. Seseorang hanya pantas melakukan syikayah pada Allah, bukan pada selain-Nya. Lagi pula syikayah pada Allah adalah  doa.

Sungguh, Allah dekat jika kita mendekat. Sebaliknya, Allah akan jauh manakala kita pun menjauh. Doa, diucapkan dalam bahasa apa pun, jika kita ada keyakinan di hati kita pasti akan dikabulkan oleh-Nya. Hal ini ditegaskan Allah dalam surah berikut, ’’ Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’(QS. Al-Mu’min: 60).

Kedua, hindari kesedihan pagi hari karena urusan duniawi. Kesedihan yang terpancar pada hamba Allah di pagi hari berarti ia tidak puas dengan ketetapan Allah. Urusan duniawi memang penting. Namun, kesulitan duniawi tak perlu terus-menerus diratapi. Allah mengisyaratkan agar seorang hamba menyeimbangkan kehidupan duniawi dan ukhrowi. Karena, kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

’’Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.’’ (QS. Al-Qashash: 77).

Dalam ayat lain, Allah berfirman,
"Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu." (QS. Muhammad: 36).

Jika ditinjau dari sudut pandang psikologis, maka pakar psikologi Amerika, Dr. Dicks memberikan resep hidup bahagia yang mungkin mulai saat ini dapat diterapkan. Menurut Dr. Dicks hidup bahagia itu adalah seni keindahan yang memiliki sepuluh dimensi.

Sepuluh resep itu ialah melakukan pekerjaan yang kita cintai, memperhatikan kesehatan karena kesehatan merupakan ruh kebahagiaan, memiliki tujuan hidup, menjalani kehidupan apa adanya dan menerima dengan ikhlas segala ketetapan Tuhan, hidup hari ini dengan tidak menyesali masa lalu serta gelisah dengan masa yang akan datang, berpikir sebelum bertindak, hidup dengan memandang ke bawah (sederhana), membiasakan tersenyum dan berkawan dengan orang-orang yang optimis, berusaha membahagiakan orang lain, dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang bagus sebagai jalan menuju kebahagiaan.

Ketiga, hindari menghormati seseorang karena kekayaannya. Seseorang yang menghormati seseorang karena kekayaannya, berarti sungguh lenyaplah duapertiga agamanya. Harta dan tahta kerap membutakan mata hati manusia.

Terlebih di zaman yang semakin dahsyat ini, di mana segala sesuatu hanya dipandang dari segi materi belaka. Sebagai contoh, banyak orang yang kurang mampu tak bisa berobat dengan layak lantaran mereka tidak mempunyai uang. Padahal sejatinya, tidak ada yang abadi di dunia ini. Termasuk harta kekayaan. Semua itu akan lenyap. Hanya amal jariah, anak sholeh dan ilmu yang bermanfaat yang abadi sebagai bekal di akhirat nanti.

Allah menganjurkan agar kita menghormati seseorang karena ketinggian ilmunya, bukan kekayaannya. Karena seseorang yang memiliki keluasan ilmu pengetahuan lebih mulia derajatnya di hadapan Allah ketimbang orang yang memiliki banyak harta namun kosong ilmu.
’’Allah meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu dengan beberapa derajat.’’ (QS. Al-Mujaadalah: 11).

Bahkan, Allah menunjukkan jalan bahwa siapa yang ingin meraih kehidupan dunia, akhirat dan kedua-duanya (dunia-akhirat) hanya dengan ilmu.
’’Barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia, hendaklah dengan ilmu. Siapa yang ingin kehidupan akhirat dengan ilmu. Dan siapa yang menginginkan keduanya (dunia-akhirat), juga dengan ilmu.’’ (HR. Bukhori dan Muslim).

Sumber : http://mansakebumen.sch.id/index.php?option=news&it-linemodule=1&action=detail&id=48


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)

Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan.
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan Sumbernya ya... Syukron

Hikmah dan Rahasia Sholat

Setelah kita pahami urgensi sholat pada postingan sebelumnya, sekarang kita akan membahas mengenai hikmah dan rahasia sholat. Semoga dengan memahaminya, dapat memicu semangat kita untuk melaksakan sholat dengan lebih baik lagi.

Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata,
”Sholat itu diwajibkan dalam bentuk yang paling sempurna dan paling bagus, sehingga menjadi perantara seorang hamba kepada Robbnya. Di dalam sholat terkandung pengagungan kepada Alloh dengan seluruh anggota badan. Ucapan lisan, perbuatan kedua tangan dan kaki, kepala dan indera peraba dan seluruh bagian badan. Semuanya mengambil hikmah dalam ibadah yang agung ini. Di dalam sholat juga ada tahmid, tasbih, dan takbir, persaksian yang bear dan berdiri di hadaan Sang Pencipta dengan status hamba yang rendah dan tunduk. Ketundukan ini dapat terlihat dengan ucapan orang yang sholat, punggung yang membungkuk sebagai tanda keredahan dan khusyuk kepada Alloh. Kemudian bangkit dari ruku’ sebagai persiapan untuk lebih runduk lagi pada posisi berikutnya yaitu sujud. Maka dalam sujud ia meletakkan bagian tubunya yang mulia di atas tanah, ini sebagai bentuk ketundukan dan kerendahan kepada Alloh.” (Miftah daar as-Sa’adah: 2/320, Ibnul Qoyyim)

Keutamaan dan Manfa’at Mengerjakan Sholat:
1. Mencegah perbuatan keji dan mungkar
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
”Dan dirikanlah sholat. sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut:45)

Ibnu Abbas rodliyallohu ‘anhuma berkata: “Barangsiapa yang sholatnya tidak dapat memerintahkan kepada yang ma’ruf dan tidak bisa mencegah dari yang mungkar, maka tidaklah sholat melainkan menjadikan bertambah jauh kepada Alloh.” (Tafsir ath-Thobari: 20/99)

Imam Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas: “Dalam sholat terkandung dua perakara yaitu meningalkan perbuatan keji dan perbuatan mungkar. Sesungguhnya menekuni sholat akan membawa untuk meninggalkan perbuatan tersebut.” (Tafsir Ibnu Katsir: 6/28)

2. Penghapus dosa dan kesalahan.
Rasulullah bersabda,
“Permisalan sholat lima waktu bagaikan sungai mengalir yang banyak airnya, berada di depan pintu salah seorang di antara. Dia akan mandi di dalamnya sebanyak lima kali dalam sehari.” (HR. Muslim: 668)

3. Cahaya di dunia dan akhirat
Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang menjaga hsolat, maka baginya cahaya, dalil dan keselamatan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak menaganya, maka dia tidak memiliki cahaya, dalil dan keselamatan. Dia pada hari kiamat akan berkumpul bersama Qorun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Kholaf.” (HR. Ahmad: 2/169, ad-Darimi: 2/301, Imam al-Mundzir berkata: “Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengans anad yang bagus.” Targhib wa Tarhib: 1/440)

4. Pahala dan meninggikan derajat
Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berangkat ke rumah Alloh untuk menunaikan kewajiban yang Alloh wajibkan, maka kedua langkah kakinya: satu langkah menghapus kesalahan dan yang lainnya meninggikan derajat.” (HR. Muslim: 666)

Imam Ibnul Qoyyim berkata:
“Sesungguhnya sholat itu bisa menghapus kejelekan bagi orang yang menunaikan hak-hak sholat, dia menyempurnakan kekhusyukan sholat. Dia berdiri di hadapan Alloh dengan hati yang hadir dan berfikir. Orang yang semacam ini jika selesai sholat akan menjumpai keringanan dalam sholat, menjumpai semangat dan kelapangan hati setelah sholat.” (al-Wabilus shoib, 46)

5. Solusi dari berbagai permasalahan
Permasalahan dunia yang berat akan terasa ringan jika kita mengerjakan sholat. Karena shlat adalah penghibur dan penyejuk hati. Rosululloh sholollohu ‘alaihi wa salam bersabda:
“Bangkitlah wahai bilal, hiburlah kami dengan sholat.” (HR. Abu Dawud: 4986 dan Ahmad: 5/371. Dishohihkan oleh al-Albani dalam al-Misykah: 1253)

Bahkan Nabi sholollohu ‘alaihi wa salam setiap kali dirundung masalah, beliau melaksanakan sholat. Sahabat mulia Hudzaifah rodliyallohu ‘anhu berkata:
“Nabi sholollohu ‘alaihi wa salam apabila dirundung masalah beliau mengerjakan sholat.” (HR. Abu Dawud: 1319, Ahmad 5/388. Hadits ini dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam shohih abu dawud: 1319)

Hal itu tiada lain karena sholat adalah komunikasi antara hamba dengan robbnya. Berdiri di hadapan Alloh dengan sholat memiliki pengaruh kuat dalam memperbaiki jiwa orang yang sholat bahkan seluruh manusia. Karena sholat adalah penyejuk mata. Rosululloh sholollohu ‘alaihi wa salam bersabda:
“Telah dijadikan kesejukan mataku di dalam sholat.” (HR. an-Nasa’iL 3949, Ahmad: 4/330, Hakim: 2/160. Dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam at-TalkhisL 3/133)

Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata: “Ketahuilah, tiak ada keraguan bahwa sholat adalah penyejuk mata orang-orang yang tercinta, kelezatan jiwa-jiwa orang yang bertauhid, tamannya orang-orang yang beribadah, kelezatan hati orang yang khusyuk. Dia adalah rahmat Aloh yang dihadiahkan kepada hambanya yang beriman.” (Asror as-Sholat hlm. 55-56, Ibnul Qoyyim, Dar. Ibn Hazm)

6. Sehat dengan sholat
Ini termasuk manfaat sholat yang tersembunyi. Karena di dalam sholat terdapat gerakan badan yang bermanfaat, menguatkan anggota tubuh. Hal itu dilihat dari dua sisi:

Pertama: apa yang ada di dalam sholat dan sarana menuju sholat, dari mulai berjalan dan pergi menuju sholat, saat pulangnya kembali, gerakan bangun, duduk, ruku’ dan sujud yang berulang-ulang, demikian pula berwudlu yang berulang-ulang, semua pergerakan ini bermanfaat bagi kebugaran badan.

Kedua: bahwa maksud yang paling besar adalah menghadirkan hati, bermunajat kepada Alloh ‘azza wa jalla, tunduk dan berda kepada-Nya. Dan hal itu tanpa ada keraguan meyebabkan hati bersinar, melapangkan dada dan membuat jiwa bertambah lapang.

Dan telah diketahui oleh seluruh dokter bahwa usaha untuk menyenangkan hati, membuat jiwa senang adalah termasuk cara jitu untuk meraih kesehatan yang dapat mencegah penyakit, meringankan beban penyakit yang dirasa. Hal ini terbukti dan mujarab, terutama sholat malam, Rosululloh sholollohu ‘alaihi wa salam bersabda:
“Apabila seorang hamba bangun malam, kemudian dzikir kepada Alloh, terlepaslah satu ikatan. Apabila dia berwudlu terlepaslah satu ikatan lagi, jika di sholat maka akan terlepas seluruh ikatan. Maka pagi harinya jiwanya akan semangat dan bagus, jika tidak bangun, jadilah jiwanya jelek dan malas.” (HR. al-Bukhori: 1142 dan Muslim: 776),(ar-Riyadh an-Nadhiroh hlm. 17-18, Abdurrohman as-Sa’di),(Sumber: Majalah al-Furqon edisi 7 tahun ke-9 1431/2010)

Sumber : http://alilmunet.blogspot.com/2010/02/hikmah-dan-rahasia-sholat.html


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)

Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan.
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan Sumbernya ya... Syukron

Ibadah-Ibadah yang Mudah

Wahai sahabatku…
Berapa kali dalam sehari engkau pergi ke kamar mandi?
Maaf, jangan terkejut dengan pertanyaanku ini, sebelum engkau menjawab pertanyaan yang lain.

Pernahkah kamu berpikir menggapai pahala di saat engkau pergi ke kamar mandi?

Mungkin engkau akan heran dan berkata, “Apa yang bisa aku gapai…!?”

1.  Pahala mengulang doa masuk ke kamar mandi.
Ditambah pula dengan pahala mengikuti sunnah Rasulullah saw. dalam setiap kesempatan engkau masuk ke kamar mandi. Telah dijelaskan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim, dari Anas ra., bahwa saat Rasulullah akan masuk ke kamar mandi, beliau membaca,
“Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu dari godaan setan laki-laki dan setan perempuan.”

2.  Pahala mengulang doa keluar dari kamar mandi.
Ditambah pula dengan pahala mengikuti sunnah Rasulullah saw dalam setiap kesempatan engkau keluar dari kamar mandi. Dalam Sunan Abu Daud dan At-Tirmidzi diceritakan bahwa setiap kali keluar dari kamar mandi Rasulullah membaca,
“(Aku memohon) ampunan-Mu.”

3.  Ketika kamu memakai sandalmu saat akan memasuki kamar mandi, maka berusahalah untuk mengikuti sunnah Rasulmu, yang selalu memulainya dengan memakai sandal dari kaki kanan, dan melepas sandal dari kaki kiri. Abu Hurairah ra menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Jika seseorang di antara kalian memakai sandal, maka mulailah dari kaki kanan. Dan jika ia ingin melepasnya, maka mulailah dengan kaki kiri. Jadikanlah kaki kanan sebagai permulaan memakai dan hal terakhir yang dilepas.”

4.  Pahala mengikuti sunnah Rasulullah, saat engkau memasuki kamar mandi dengan kaki kiri dan keluar dari sana dengan kaki kanan.
Maka berusahalah, bagi siapa saja yang akan memasuki kamar mandi untuk mendahulukan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan. Kaki kiri selalu didahulukan untuk sesuatu yang “kotor”, dan kaki kanan untuk lainnya. Ada sebuah kaidah yang disitir oleh Imam Nawawi dan lainnya, yang menyatakan: Segala sesuatu yang memiliki nilai penghormatan selalu didahului dengan kanan, dan lainnya dengan kiri. Dalil penguat dari kaidah ini terdapat dalam banyak hadits shahih.

Ini adalah empat hal ringan yang bisa kamu kerjakan setiap harinya.

Jika kita andaikan bahwa manusia pergi ke kamar mandi 5 kali dalam sehari, maka berarti ia akan meraih 20 sunnah pahala dalam sehari. Dalam sepekan, ia akan mendapatkannya sebanyak 140 kali. Wahai, betapa banyak pahala yang hilang begitu saja dari manusia!

Aku tidak mengatakan bahwa setiap satu pekerjaan memiliki satu pahala. Sebab Allah bisa melipatgandakan pahala-pahala.

5.Pahala konsistensi terhadap dzikir yang dianjurkan dan amal-amal sunnah, di dalam waktu dan tempat-tempat tertentu.
Semua hal itu akan mendekatkan dirimu kepada Allah. Semoga Allah memasukkan kamu dalam deretan orang-orang yang senang berdzikir kepada-Nya. Berusahalah juga untuk menggapai cinta-Nya. Karena dengan mengikuti sunnah rasul dalam setiap perbuatanmu akan mengantarkanmu meraih cinta-Nya. Allah swt. berfirman kepada Rasul-Nya di dalam Al-Qur’an,
“Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imraan: 31).

Wahai saudariku…
Jika semangat untuk melaksanakan amal dan ibadah yang agung telah melemah, seperti menghafal Al-Qur’an, bangun malam, dan puasa pada siang hari, maka usahakanlah untuk tetap meraih pahala dengan mengerjakan hal-hal ringan dalam kegiatan sehari-hari yang mudah kamu lakukan. Begitu banyak amal ibadah yang mudah dilakukan, tetapi orang-orang melalaikannya. Padahal jika itu dilakukan, akan memperoleh kebaikan yang sangat besar. Andai dilakukan dengan ikhlas dan konsisten.

Contoh: mengucapkan dan menjawab salam, membaca alhamdulillah saat bersin dan menjawabnya, tersenyum, berkata-kata yang baik, memulai dengan kanan, menyebarkan kaset dan buku-buku Islam, dll.

Orang yang terpenjara adalah orang yang malas dan lalai untuk melakukan ibadah-ibadah yang mudah. Hal itu disebabkan kepandiran dan tidak adanya hidayah. Maka, janganlah engkau menjadi orang yang terpenjara!

Sumber : http://an-naba.com/ibadah-ibadah-yang-mudah/


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)

Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan.
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan Sumbernya ya... syukron

Bisa Nggak Kebahagiaan Diraih dengan Mengerjakan Perbuatan Keji?

Realita membuktikan bahwa banyak anak muda yang sengaja cari jalan untuk memuaskan nafsu seksual. Nonton saluran-saluran cabul, pergi ke tempat-tempat zina. Kalau ngobrol, topiknya selalu seks dan tubuh cewek. Pokoknya, kegiatan apa aja yang bisa nyalurin nafsu.

Bagi orang yang seperti ini mestinya ia mencamkan beberapa akibat perbuatan keji:


Pertama: Apakah kamu sudah melupakan Allah?
Seorang pemuda muslim pasti tahu bahwa Allah telah memberikan nikmat dan kesenangan yang cukup untuknya. Dan mengharamkan atasnya kelezatan-kelezatan yang bisa merusak akal, agama, harta, keturunan dan kehormatannya. Oleh karena itu seorang muslim dalam memuaskan kelezatannya berbeda dengan orang kafir yang terbakar dengan syahwatnya.

Siapa saja yang meneliti ayat-ayat Qur’an tentu dapat mengetahui penegasan syariat dalam pengharaman perbuatan keji walaupun dikatakan bisa mendatangkan kebahagiaan dan kelezatan sementara. Di antaranya:
Pengharaman zina.

Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu mendekati zina” (QS. Al-Isra’: 32).

Pengharaman (homoseksual).
Allah berfirman:
“Dan kepada Luth, Kami telah berikan hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan dia dari (adzab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik.” (QS. Al-Anbiya’: 74).

Pengharaman onani atau masturbasi.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Mukminun)

Sampai kepada firman Allah :
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Mukminun: 5-7).

Pengharaman melihat kepada gambar-gambar yang diharamkan.
Allah berfirman:
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya.” (QS. An-Nuur: 30).

Dan sabda Nabi :
“Janganlah ikuti pandangan pertama dengan pandangan berikutnya.”

Kedua: Perbuatan keji dan penyakit badan.
Salah seorang dari mereka menceritakan kisah seorang pemuda yang jatuh dalam zina di sebuah negeri yang jauh. Waktu bangun, pelacur yang menjadi teman kencannya sudah pergi dan nulis pesan di kaca rias di kamar itu: “Selamat, Anda telah menjadi anggota baru komunitas penderita AIDS.”

Pemuda itu panik banget. Ia menangis, sadar dari kebahagiaan semu dan berusaha mencari obatnya. Dan tak lama kemudian muncul bintik-bintik hitam pada tubuhnya, semakin lemah staminanya, terkuak rahasianya dan menyebarlah beritanya. Barulah ia menangis dan menangis hingga kering air matanya. Ia menangis dengan air mata bercucuran. Sementara malam kelam menyelimuti. Menyesali perbuatan dosa yang dilakukannya. Dosa terhadap Raja yang tunduk dan patuh seluruh raja kepada-Nya. Hilanglah kelezatan, dan tinggallah penyesalan. Sirnalah syahwat dan tinggallah keluhan dan aduhan, kebahagiaan apakah semacam ini?

Ketiga: Pengakuan dan penyesalan.
Salah seorang pemuda berkata, “Di hari-hari terakhir bulan Sya’ban, seorang teman menawariku berlibur ke sebuah negara yang melegalkan pelacuran dan minuman keras. Ia menawarkan tiket dan penginapan gratis bersamanya.” Ia melanjutkan ceritanya, “Aku sangat gembira dan menyiapkan koperku, lalu berangkat ke negara tersebut. Kami mengisi waktu dengan bebas yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Suatu malam, aku dan temanku berkumpul di sebuah tempat pelacuran, minum. Kami keluar dengan terhuyung-huyung karena mabuk berat. Aku lihat temanku tak sadarkan diri. Akupun membawanya ke hotel dan memanggil dokter. Temanku muntah darah. Setelah beberapa hari kami pulang ke tanah air, temanku terus menurun kesehatannya. Lalu aku menjenguknya di rumah sakit. Tenyata ia sudah meninggal dunia karena banyak perdarahan dalam yang hebat.

Ia melanjutkan ceritanya, “Sesudah temanku mening¬gal, aku menangis dan keluar. Aku membayangkan seandainya dirikulah orang yang telah menyia-nyiakan hidupnya itu demi mengejar kepuasan syahwat dan kebahagiaan semu yang berakhir dengankemalangan. Dan aku tak bisa menahan tangis dan langsung bertaubat kepada Allah. Aku pun menyambut Ramadhan dengan ibadah, shalat malam, i’tikaf dan membaca Al-Qur’an. Aku telah meninggalkan kehidupan fasik dan gila kepada kehidupan yang penuh dengan rasa aman, tenteram, tenang dan damai.

Keempat: Apakah engkau sudah lupa akhirat!
Rasulullah bersabda:
“Pada malam Isra’ aku didatangi dua orang lelaki lalu membawaku keluar menuju Baitul Maqdis. Kami menyinggahi sebuah tanur, ternyata dari dalamnya terdengar suara dan teriakan. Kami melihatnya ternyata di dalamnya terdapat beberapa orang lelaki dan perempuan tanpa busana. Lalu api dari bawah menjilati mereka sehingga mereka pun menjerit. Aku menanyakan tentang orang-orang itu. Keduanya menjawab, “Mereka adalah para pezina laki-laki dan perempuan.” (HR. Al-Bukhari secara lengkap).

Sumber : http://an-naba.com/page/10/


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)

Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan.
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan Sumbernya ya... Syukron

Perilaku yang Menghapus Pahala

Termasuk etika dalam bersahabat dan lebih luas lagi dalam bermasyarakat, adalah menjaga perasaan. Bahkan, Rasulullah SAW menjadikan itu sebagai salah satu prasyarat Muslim sejati. Rasul SAW mengatakan bahwa yang disebut Muslim adalah orang yang mulut dan tangannya membuat orang lain merasa damai. Kata-katanya tidak menyakiti, perilakunya tidak melukai. Dua-duanya menjadi satu-kesatuan utuh untuk membentuk karakter Muslim sejati.

Kata-kata bijak seseorang akan menjadi omong kosong jika perilakunya meresahkan. Dan, perilaku mulia seseorang akan menjadi percuma jika kata-katanya menyakitkan. Sebab itulah Allah mengingatkan,
''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.'' (QS Al-Baqarah [2]: 264).

Karena itu, Muslim sejati adalah orang yang membawa rasa aman dengan apa pun yang ada pada dirinya dan bagi siapa pun yang ada di sekelilingnya. Abu Qasim al-Qusyairi dalam kitabnya al-Risalah al-Qusyairiyah, menulis kisah menarik tentang etika.

Suatu ketika, seorang ulama terkemuka bernama Hatim didatangi seorang perempuan yang hendak berkonsultasi tentang suatu hal. Berbarengan dengan saat bertanya, perempuan itu kelepasan (maaf) kentut. Hatim lalu berkata, ''Maaf, Anda bertanya apa? Mohon, angkat sedikit suara Anda agar saya dapat mendengarnya dengan baik.''

Perempuan itu berpikir, Hatim ini sepertinya memiliki pendengaran yang kurang baik dan pasti tidak mendengar kentut barusan. Maka, ia pun menyampaikan maksudnya. Selesai urusan, perempuan itu pun pulang dengan perasaan lega dan barangkali tak perlu malu kepada dirinya sendiri dan kepada Hatim, sebab telah kelepasan kentut di hadapan seorang ulama.

Sejak peristiwa itu, tersebar kabar bahwa Hatim adalah orang yang pendengarannya kurang baik. Dan bukan hanya kabar angin, orang-orang pun mengetahui sendiri bahwa Hatim memang demikian. Lalu, orang-orang menjuluki Hatim dengan al-asham atau si tuli. Sampai kemudian perempuan itu meninggal dunia.

Hatim lalu menceritakan keadaan diri bahwa sesungguhnya ia tidak benar-benar tuli. Apa yang ia lakukan hanya kepura-puraan. Saat perempuan itu kentut di hadapannya, ia pura-pura tidak mendengar. Dan, ia berjanji, kepura-puraan itu akan ia jaga selama si perempuan masih hidup, semata-mata karena tidak ingin membuat perempuan itu malu. Hatim ingin menjaga harga diri dan perasaan perempuan itu.

Meski demikian, sebutan al-Asham telah telanjur melekat pada diri Hatim. Sehingga, sampai saat ini, nama Hatim dalam karya-karya klasik selalu ditulis Hatim al-Asham atau 'Hatim Si Tuli.' Wa Allahu a'lam.

Sumber : http://mansakebumen.sch.id/index.php?option=news&it-linemodule=1&action=detail&id=46


Dosa Menghapus Amal

Jangan pernah menganggap remeh dosa-dosa yang kita lakukan, kadang ada dari kita yang menganggap karena kebaikan-kebaikan kita sudah banyak, seperti saum sunnah, shalat sunnah, sedekah, membaca Al Quran, zikir dan sebagainya, maka membuat kita meremehkan dosa-dosa yang kadang kerap kali kita lakukan, seperti berdusta, membuka aurat, bermaksiat dan sebagainya. Ketahuilah, bahwa semua amal kebaikan dan ibadah yang kita lakukan akan terhapus dan terbakar oleh dosa-dosa yang kita lakukan tersebut. Dan ketahuilah, jika seseorang menganggap remeh suatu dosa, maka berarti dia telah terpedaya oleh syaitan, walaupun orang itu telah banyak beramal.

Allah Swt memberikan contoh tentang orang yang telah mengumpulkan banyak kebaikan dan atau amal ibadah akan tetapi nanti di akhirat, amalan kebaikan yang diandalkannya tidak dapat banyak bermanfaat, dalam firmanNya sebagai berikut :
“Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.”   (QS. Al Baqarah {2} 266).

Ibnu Abbas ra ketika menjelaskan ayat di atas, beliau mengilustrasikan dengan orang kaya yang beramal karena taat kepada Allah, kemudian Allah mengutus setan padanya, lalu orang itu melakukan banyak kemaksiatan sehingga amal-amalnya terhapus (Tafsir Ibnu Katsir).

Janganlah sekali-kali kita meremehkan dosa karena kita menganggap sudah mempunyai amal kebaikan yang banyak. Ketahuilah bahwa belum tentu amal kebaikan yang kita kerjakan dihitung sebagai amal shaleh di sisi Allah, apakah karena kita tidak ikhlas atau tidak sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah Saw. Selain itu, amal kebaikan juga akan dapat terhapus dengan kemaksiatan-kemaksiatan.

Tsauban ra meriwayatkan sebuah hadits yang dapat membuat orang-orang shalih susah tidur dan selalu mengkhawatirkan amal-amal mereka. Tsauban ra berkata,  

Nabi Saw bersabda,
”Aku benar-benar melihat diantara umatku pada hari Kiamat nanti, ada yang datang dengan membawa kebaikan sebesar gunung di Tihamah yang putih, lalu Allah menjadikannya seperti kapas berterbangan, Tsauban bertanya, Ya Rasulullah, jelaskan kepada kami siapa mereka itu agar kami tidak seperti mereka sementara kami tidak mengetahui!, Beliau bersabda, Mereka adalah saudara-saudara kalian dan sebangsa dengan kalian, mereka juga bangun malam seperti kalian, akan tetapi apabila mendapat kesempatan untuk berbuat dosa, mereka melakukannya” (HR. Ibnu Majah, disahihkan oleh Syaikh Al-Bany dalam silsilatul Ahaadits Shahihah No,505)

Sekarang cuba tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, apakah selama ini kita rajin beribadah tapi masih tetap maksiat dan kerap kali masih melakukan perbuatan dosa? Jika iya, sadarlah segera, bertaubatlah selagi masih ada waktu. Kita tidak pernah tahu kapan kematian akan mendatangi kita. Aapakah kita tidak merasa takut, bila ternyata pada saat kematian mendatangi kita, kita masih berlumur dosa dan belum bertaubat, apakah kita tidak merasa takut, bahwa segala amal kebaikan dan amal ibadah yang kita lakukan terhapus oleh semua dosa dan maksiat yang masih terus kita lakukan? Mari kita segera bertaubat, sebelum terlambat.

Sumber : http://pembarisku.blogspot.com/2010/07/dosa-menghapus-amal.html


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan.
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan Sumbernya ya... Syukron

Terapi RUQYAH Islami

Rugyah untuk mengusir setan dari rumah

Rugyah untuk mengusir setan dari rumah yaitu dengan membaca surah Al Baqarah ayat 1-4, dilanjutkan dengan ayat kursi dan dua ayat setelahnya (surah Al Baqarah ayat 255, 256 dan 257), setelah itu tiga ayat terakhir di surah Al Baqarah (ayat 284, 285 dan 286). Ini berdasarkan hadits riwayat Muslim. Bila dibacakan kesepuluh ayat ini insyaallah maka setan tidak akan berani masuk ke rumah tersebut.


Pengobatan Terhadap Sihir

Bila seseorang terkena sihir kiriman maka pengobatannya pun harus dilakukan dengan cara yang syar'i, tidak boleh dengan mendatangkan tukang sihir tandingan. Ada beberapa cara yang diajarkan para ulama berdasarkan hadits-hadits dari Rasulullah saw:
  • Bila tempat sihir itu diketahui, seperti guna-guna yang ditanam di pekarangan rumah, atau di tempat tidur, maka hendaklah dihancurkan. Hal itu bisa diketahui dari pengakuan jin yang datang merasuki si tersihir bila sudah terlebih dahulu dilumpuhkan dengan ruqyah syar’iyyah.
  • Kalau ternyata sihirnya hanyalah pengiriman jin dan bukan melalui media barang, maka harus dilakukan terapi ruqyah syar’iyyah untuk mengusir jin dari tubuh yang kena sihir. (prakteknya bisa didengar dari kaset ini).
  • Di samping itu si penderita harus membantu kesembuhan dirinya dengan membaca ayat-ayat Al Quran, yaitu:
- Surah Al Fatihah
- ayat kursi
- Surah Al A’raf ayat 118-122
- Surah Yunus ayat 79-82
- Surah Thaaha ayat 65-70
- Surah Al Kafirun ayat 1-6
- Surah Al Ikhlash
- Surah Al Falaq dan An Nas
- Doa dan wirid seperti yang disebutkan dalam pasal tentang Ruqyah syar’iyyah setelah pasal ini.
- Pengobatan ini bisa dilakukan dengan mandi air daun bidara sebanyak tujuh lembar yang ditumbuk halus dan masukkan ke tempat air mandi.
  • Pengobatan bisa pula dilakukan dengan bekam, yaitu mengeluarkan darah dari anggota badan yang terkena sihir.


Beda Sihir Dengan Gangguan Jin

Sihir berupa santet atau teluh atau guna-guna pasti menggunakan jin. Sedangkan gangguan jin  belum tentu dari sihir. Sihir adalah pekerjaan manusia yang menyuruh jin untuk mengganggu manusia lain yang menjadi target. Sedangkan gangguan jin merupakan pekerjaan jin itu sendiri tanpa ada yang menyuruhnya.

Efek yang ditimbulkan juga berbeda. Orang yang disihir biasanya akan mengalami hal-hal seperti yang diinginkan si penyihir, mulai dari sakit, lupa ingatan, perubahan sikap sampai sakit parah yang bisa membawa kematian. Sedangkan gangguan jin biasanya merasuki jiwa manusia, sehingga orang yang diganggu jadi kesurupan.

Ada persamaan antara gangguan jin dan sihir, yaitu ia hanya bisa mengenai orang yang lemah imannya, dan sering melakukan maksiat. Sedangkan orang-orang yang sering berdoa dan berdzikir pagi dan petang, dengan akidah yang bersih dari noda-noda syirik akan terbentengi dari kedua gangguan tersebut. kalaupun ada yang kena, biasanya efeknya tak kan parah dan mudah diobati.


Hakikat Sihir

Penggunaan sihir tak bisa dilepaskan dari dunia jin. Hal itu karena dua hal:
Pertama:  karena yang pertama kali menyebarluaskan sihir setelah lama terpendam adalah setan dari bangsa jin, sebagaimana yang diterangkan Allah dalam surah Al Baqarah ayat 102:
“...Dan Sulaiman tidaklah kafir, tapi setan-setanlah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia..." 

kedua:   Sihir pada umumnya menggunakan bantuan jin, misalnya ilmu kesaktian, santet dan lain sebagainya. Sedangkan yang tidak menggunakan bantuan jin amatlah sedikit dan tidak terlalu membahayakan, seperti sulap dengan kecepatan tangan, atau hipnotis untuk pengobatan, dan umumnya tak bisa dikategorikan sihir yang musyrik.

Sayangnya, banyak orang yang tak menyadari bahwa ia menggunakan jin. Misalnya orang yang sakti dengan ilmu kebal, atau bisa mengobati orang setelah bertapa. Ia mengatakan bahwa ilmunya di dapat dari wangsit dari wali Fulan, atau ilham dari malaikat dan lain-lain.

Itu menunjukkan bahwa ia telah tertipu oleh jin. Ia pasti melakukan amalan sebelum mendapatkan ilmu itu. Amalan itu bisa berupa syirik, seperti mengadakan sesajen, atau bid’ah seperti melakukan puasa tertentu dan shalat tertentu yang tak pernah diajarkan rasulullah saw.

Dengan begitu ia telah berhasil disesatkan oleh setan, dan setan bersedia membantunya meski tanpa imbalan untuk menyesatkan orang lain yang percaya dengan kesaktiannya.


Kerasukan atau Kesurupan Jin, Adakah?

Tak perlu lagi meragukan bahwa kesurupan jin itu memang ada. Pertanyaannya, bagaimana jin itu bisa merasuki seseorang hingga hilang kesadarannya. Serta mengapa ia merasuki yang ini, bukan yang itu. Apakah ada kriteria tertentu yang bisa dirasuki dan yang tidak?

Semua pertanyaan itu bisa kita jawab dengan mencari penjelasannya dalam Al Quran dan sunnah, baik eksplisit maupun implicit. Sebelum menjawab masalah kesurupan jin ada baiknya kita mengetahui apakah jin bisa kontak fisik langsung dengan manusia. Dalam hadits dari Abu Sa’id tentang pemuda dan ular di rumahnya di atas, jelas adanya kontak fisik antara jin yang menjelma dengan manusia.

Kemudian dalam hadits Shafiyah jin bisa masuk ke tubuh manusia dan menjalar layaknya peredaran darah. Itu menunjukkan dalam wujud aslinya jin bisa masuk ke dalam tubuh manusia dan memberi efek tertentu pada fisik dan jiwa.

Kesurupan jin diakui keberadaannya dalam Al Quran di mana Allah berfirman:
“Orang-orang yang makan riba tak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran penyakit gila.”  (Qs. Al Baqarah : 275).

Dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbas ada seorang wanita yang datang kepada rasulullah saw minta disembuhkan dari penyakit ayan dengan doa. Rasulullah bersedia tapi menawarkan pilihan lain kalau dia mau, yaitu bersabar dan ia dijamin masuk surga. Ia menerima tawaran itu, tapi ia hanya minta kalau ayannya kambuh aurtanya tak terbuka. Rasulullah mendoakan agar auratnya tak terbuka. Sebagian ulama seperti Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan bahwa ayan yang menimpa wanita itu adalah akibat kesurupan jin.

Selain itu rasulullah juga pernah mengobati seorang anak kecil yang kesurupan jin hanya dengan meniup mulutnya sambil berkata: “Dengan nama Allah, aku hamba Allah, keluarlah wahai musuh Allah.” akhirnya jin itu pergi dan anak itu sembuh.


Jin bisa berubah wujud (menjelma)

Inilah wujud jin yang biasa dilihat oleh manusia biasa dengan kasat mata. Penampakan seperti yang dituturkan oleh mereka yang ikut acara-acara melihat jin itu memang ada dan tidak perlu diingkari. Namun, yang mereka lihat itu ada dua kemungkinan:
  • Bayangan yang diciptakan setan untuk menipu mata orang tertentu. Maka tak heran kalau dalam satu rombongan hanya salah seorang yang melihat penampakan dan yang lainnya tidak.
  • Jelmaan dari jin itu sendiri, karena ia baru bisa dilihat manusia setelah menjelma. Jelmaan itu bisa berwujud manusia, bisa pula binatang atau apa saja yang Allah izinkan kepadanya.

Dalam sunnah yang sahihah ada dua jelmaan dari jin sehingga bisa dilihat oleh para sahabat, yaitu dalam wujud manusia dan dalam wujud seekor ular. Penampakan dalam wujud seorang manusia dialami oleh Abu Hurairah RA. Suatu ketika ia ditugasi rasulullah saw untuk menjaga harta zakat. Tapi pada malam harinya ada seorang laki-laki yang mencuri harta itu. ia berhasil ditangkap oleh Abu Hurairah tapi kemudian dilepaskan lagi karena ia minta belas kasihan dan berjanji tak kan mengulangi perbuatannya itu lagi. Tapi janji tinggallah janji, malam berikutnya ia datang lagi, dan begitu seterusnya sampai tiga malam berturut-turut. Tiap kali ia mencuri ia selalu tertangkap, tapi kemudian dilepaskan oleh Abu Hurairah karena iba. Sampai kali ketiga ia tertangkap dan mencoba menebusnya dengan memberitahukan senjata pengusir setan kepada Abu Hurairah yaitu ayat kursi. Setelah itu rasulullah saw bersabda:
“Kali ini ia benar, meski sebetulnya ia adalah pembohong besar. Tahukah kau siapa dia?” jawab Abu Hurairah: “Tidak.” beliau meneruskan: “Dia adalah setan.”  (kisah lengkapnya dalam sahih Al Bukhari hadits no. 2311).

Sedangkan penampakan dalam wujud ular disebutkan dalam hadits riwayat Muslim dalam sahihnya no. 2236 dari Abu As Saib maula Hisyam bin Zuhrah. Ia pernah berkunjung ke rumah Abu Sa’id Al Khudri ra. Ia menceritakan:
Ketika itu aku dapatkan ia (Abu Sa’id) sedang shalat, sehingga aku duduk menunggu ia selesai. Tiba-tiba aku mendengar suara pada bejana tempat minum di sisi rumah. Aku menoleh ke sana, dan ada seekor ular. Akupun meloncat untuk membunuh ular itu. Namun, Abu Sa’id memberi isyarat agar aku duduk. Aku akhirnya duduk menunggu.
Selesai shalat, ia menunjukkan padaku sebuah rumah di kampungnya. Ia berkata: “Kau lihat rumah itu?” jawabku: “Ya.”

Ia kemudian bercerita:
Dulu di rumah itu tinggal seorang pemuda yang baru saja menjadi pengantin. Ketika itu kami berangkat bersama rasulullah saw ke Khandaq (dan pemuda itu ikut). Di tengah hari ia minta izin kepada rasulullah untuk bertemu istrinya. Rasulullah memberinya izin dan berpesan: “Bawa senjatamu! Aku kuatir nanti kau bertemu dengan orang-orang Bani Quraizhah di jalan.”

Pemuda tadi pulang dengan membawa senjatanya. Sesampainya di rumah, ia melihat sang istri berdiri di depan pintu. Langsung saja ia arahkan tombaknya kepada istrinya itu untuk dipukul. Ia cemburu mengapa berada di luar rumah. Tapi istrinya sempat berkata: “Tahan tombakmu. Masuklah ke dalam, nanti kau akan tahu mengapa aku berada di luar.”
Iapun masuk, dan ternyata ada seekor ular besar melingkar di atas ranjang. Si pemuda langsung menghunuskan tombaknya dan menusukkannya pada ular itu. terjadilah pergumulan. Ia keluar dan menancapkan tombak itu ke dinding rumah. Ular itu menggelepar di atas kepalanya. Tidak diketahui pasti mana yang lebih dulu mati, ular itu atukah sang pemuda (Kedua-duanya sama-sama mati).

Kami lalu menghadap rasulullah san melaporkan kejadian tersebut. kami katakan pada beliau: “Mohonlah pada Allah agar menghidupkan kembali sahabat kami ini.”

Beliau menjawab: “Sudahlah, mintakan saja ampun untuk teman kalian ini.”

Lalu beliau bersabda:
“Sesungguhnya di Madinah ini ada segolongan jin yang telah masuk Islam. Makanya, jika kalian melihat salah satu dari mereka (berwujud ular), berilah izin mereka sampai tiga hari. Bila setelah itu masih terlihat lagi, baru kalian boleh membunuhnya, karena ia adalah setan. Kuburkanlah sahabat kalian ini!”


Jin Bisa Masuk ke Tubuh Manusia

Dalam hadits dari Shafiyah istri rasulullah saw, rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya setan itu berjalan pada tubuh manusia layaknya aliran darah.” (HR. Bukhari)

Dari hadits ini semakin nyata kehalusan setan dan bangsa jin lainnya. Artinya, ia bisa masuk ke tubuh manusia dan membisikinya untuk berbuat jahat. Ini pula penjelasan mengapa orang bisa kerasukan. Hanya saja jin tidak bisa merasuki semua orang. Kalaupun ia bisa masuk, belum tentu ia bisa merasuki jiwa orang tersebut.


Jin Tak Dapat Dilihat

Jin adalah makhluk ghaib yang tak kan dapat dilihat oleh manusia biasa, kecuali yang diberikan izin oleh Allah seperti Nabi Sulaiman AS dan Nabi Muhammad saw. Hal itu terungkap dalam firman Allah tentang Iblis dan pengikutnya yang merupakan bagian dari jin:
“Sesungguhnya dia dan pengikutnya bisa melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tak bisa melihat mereka.”  (Qs. Al A’raf : 27).

Jin adalah makhluk halus, tapi bukan makhluk kecil seperti virus dan bakteri. Virus dan bakteri masih bisa dilihat wujudnya dengan menggunakan bantuan alat. Sedangkan jin tak bisa dilihat dengan alat apapun. Ia sama dengan ruh yang posturnya besar, tapi tak bisa dilihat dan diraba.

Adapun penampakan yang biasa terlihat oleh sebagian orang yang kemudian mempercayainya sebagai wujud dari hantu dan sebangsanya, maka itu tak lain jelmaan dari setan yang berusaha menakut-nakuti manusia yang lemah iman untuk merusak tauhidnya. Dengan adanya penampakan seperti itu, setan bisa menggoda manusia untuk berbuat syirik, seperti melakukan upacara pengusiran setan yang bid’ah dan berbau syirik, minta izin kepada penunggu suatu tempat sebelum melakukan sesuatu, sampai pada minta kekayaan yang bisa mengeluarkan dari agama. na’udzu billah min dzalik!!

Fenomena dalam masyarakat yang percaya pada adanya makhluk halus dan berbagai mitos adalah sesuatu yang sangat memprihatinkan. Kepercayaan itu sering kali menjurus pada kemusyrikan, dan minimal bid’ah salam akidah. Apalagi hal ini diperparah oleh tayangan televisi yang menyesatkan, seperti Gentayangan, Pemburu Hantu, Pesugihan dan lain-lain.

Akidah yang benar adalah akidah yang mempercayai adanya setan secara umum. Adapun penampakan yang dilihat oleh orang-orang yang memanggil setan dan lemah iman, hanyalah tipuan setan belaka, agar manusia tersesat dari jalan kebenaran. Olehnya, adanya mitos tentang hantu, genderuwo, kuntilanak, babi ngepet, nyi Roro Kidul dan lain sebagainya adalah jelmaan setan untuk menyesatkan orang-orang yang lemah iman.


WUJUD ASLI JIN

Wujud asli jin tak ada yang tahu secara pasti bagaimana bentuknya. Rasulullah saw tidak pernah menerangkan bentuk fisiknya secara mendetail. Beliau hanya pernah menyinggung bahwa kalau shalat berjama’ah shafnya renggang, maka setan akan masuk dan beliau melihatnya sebesar anak kambing (Haditsnya diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Al Mundziri dalam At Targhib wa At Tarhib mengatakan sanadnya “la ba`sa bihi” (tidak mengapa)).

Dalam hadits lain rasulullah menyatakan bahwa jin itu kalau diikat bisa jadi mainan anak-anak. Ini semua menunjukkan bahwa postur tubuh jin tidaklah terlalu besar dalam bentuk aslinya. Sedangkan bentuk rupanya juga tak dijelaskan secara rinci dalam Al Quran maupun sunnah yang sahih. Hanya saja dalam Al Quran diisyaratkan bahwa setan yang merupakan salah satu jenis jin itu buruk rupa. Hal ini terungkap dalam surah Ash Shaf ayat 64-65. Di sana Allah mengumpamakan buah zaqqum yang keluar dari neraka jahannam untuk dikonsumsi para penghuni neraka dengan kepala setan.


IBLIS DAN SETAN

Dalam AL Quran disebutkan suatu makhluk yang bernama Iblis. Ia mendurhakai perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam AS. Lalu siapakah Iblis ini? Apakah dia dari golongan jin ataukah malaikat, tapi yang jelas dia bukan manusia.

Ada sebagian pendapat ahli tafsir yang mengatakan bahwa Iblis adalah bagian dari malaikat, karena Allah SWT menyebutkan dalam firman-Nya:  
“Dan ingatlah ketika kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam!” lalu merekapun sujud kecuali Iblis.” (Qs. Al Baqarah : 34).

Dalam ayat ini Allah mengecualikan Iblis dari golongan malaikat. Individu yang dikecualikan dari suatu jenis menunjukkan bahwa individu tersebut berasal dari jenis yang dikecualikan itu. Pendapat ini bisa diterima akal. Akan tetapi dalam ayat lain Allah menegaskan dengan jelas bahwa Iblis termasuk jenis jin. Firman-Nya:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam!” maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin…..” (Qs. Al Kahfi : 50).

Ayat ini dengan tegas menjelaskan bahwa Iblis itu dari golongan jin. Pertanyaan berikutnya, apakah Iblis itu nenek moyang jin sebagaimana Adam nenek moyan manusia? Belum ada dalil yang secara spesifik menyebutkan bahwa Iblis adalah nenek moyang jin, namun sebagian ulama berpendapat demikian. Wallahu a’lam.

Setelah Iblis durhaka kepada Allah, tidak mau sujud kepada Adam dan terusir dari surga akibatnya, maka diapun disebut setan. Sebutan setan ini berlaku untuk semua jin yang jahat dan menyesatkan manusia, dan merupakan anak buah dari Iblis. Iblis telah meminta kepada Allah untuk tetap hidup sampai hari kiamat, agar bisa menyesatkan manusia dan menjadi temannya nanti di neraka. Permintaan ini dikabulkan Allah, tapi Allah tetap akan menyiksanya dan orang-orang yang mengikutinya di hari pembalasan nanti. Allah SWT berfirman:
“Iblis berkata: “Berilah aku penangguhan (umur) sampai hari mereka dibangkitkan (kiamat).” Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi penangguhan.”  (Qs. Al A’raf : 14-15)

Selanjutnya Allah SWT berfirman lagi:  
“Sesungguhnya barangsiapa yang di antara mereka (manusia) yang mengikutimu, maka akan aku jadikan mereka isi neraka jahannam bersama dengan kamu semua.” (Qs. Al A’raf : 18).

Anak buah Iblis yang bertugas menggoda manusia inilah yang disebut setan. Pekerjaan mereka adalah menggoda anak keturunan Adam demi melaksanakan sumpah Iblis sebagaimana yang diabadikan Al Quran:
“Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, maka aku benar-benar akan (menyesatkan) mereka (manusia) dari jalan-Mu yang lurus. Lalu aku akan mendatangi mereka dari muka, belakang dan samping kanan dan kiri. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan dari mereka bersyukur.” (Qs. Al A’raf : 16-17).

Selanjutnya Allah mengingatkan kepada segenap keturunan Adam dalam firman-Nya:
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kalian dapat diperdaya oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan ibu bapa kalian (Adam dan Hawa) dari surga.” (Qs. Al A’raf : 27).


HAKIKAT JIN

Jin berasal dari bahasa arab, olahan dari kata جَنَّ – يَجَنُّ yang berarti menjadi gelap, dan kata أَجَنَّ – يُجِنُّ yang berarti membungkus atau menutupi. Makanya makhluk yang tersembunyi dan tak bisa terlihat ini dinamakan jin. Allah SWT menciptakan tiga jenis makhluk yang dibekali akal dan diberi tugas untuk beribadah, yaitu malaikat, jin dan manusia.

Khusus untuk malaikat, ia adalah jenis makhluk yang memang diciptakan untuk selalu taat, dan mempunyai syariat tersendiri yang tidak sama dengan jin dan manusia. Adapun jin, meski memiliki dimensi yang berbeda, tapi ia hidup bersama dengan manusia dalam alam dunia, serta diharuskan mengikuti ajaran yang dibawa oleh nabi Muhammad saw sebagai syariat mereka. Dengan itulah mereka akan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan mereka di dunia, sama persis dengan manusia.

Jin diciptakan dari api, sebagaimana yang diterangkan Allah dalam firman-Nya:
“Dan Dia (Allah) menciptakan jin dari nyala api.” (Qs. Ar Rahman (55): 15)

Dalam firman-Nya yang lain:
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Qs. Al Hijr (15):27).

Dalam hadits disebutkan dari Aisyah ra, rasulullah saw bersabda:
“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala, dan Adam diciptakan dari sesuatu yang digambarkan untuk kalian (tanah).” (Sahih Muslim no. 2996).


RUQYAH dari Al Ustadz Maliki Sami’un, Lc

Saudaraku!!  
Ruqyah syariyah adalah cara pengobatan yang telah dilakukan oleh Rasululloh SAW. dan para sahabatnya. Beliau bersabda “Barang siapa yang bisa memberi manfaat kepada saudaranya hendaklah ia berikan manfaat tsb”. Dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi bersabda :”Tidak apa-apa dengan ruqyah selama tidak ada kesyirikan di dalamnya”. Sehingga penulis buku “Arraddul-Mubin“. Menyimpulkan berdasarkan fatwa-fatwa Al Lajnah Da’imah bahwa ada 4 hal yang boleh dilakukan dalam proses pengobatan Ruqyah Syar iyah, :
  1. Yang dibaca dalam ruqyah adalah ayat dan doa-doa Rasululloh yang ada dalam sunnahnya dan doa-doa   lain dengan syarat berbahasa arab dan diketahui maknanya.
  2. Amar ma’ruf nahi munkar, meruqyah yaitu mendakwahinya dengan batasan-batasan syar’i, seperti menyuruh dia bertaubat, mengajak ia masuk Islam dan melarang berbuat kezaliman.
  3. Memukul jin yang masuk ke dalam tubuh manusia jika ia enggan keluar dengan baik
  4. Meruqyah air untuk diminum dan dipakai mandi bagi orang yang sakit.

Demikian, semoga ruqyah bagian dari menghidupkan sunah Rasululloh SAW. sehingga Allah berikan berkah dan manfaat bagi kaum muslimin.

Al Ustadz Maliki Sami’un, Lc.


Pengertian Terapi Ruqyah Islami

Terapi ruqyah Islami adalah tempat pelayanan / pengobatan / terapi dari penyakit fisik dan non fisik melalui metode ruqyah. Masyarakat lebih mengenal metode terapi ruqyah Islami dengan membaca doa-doa yang bersumber dari Al-quran dan hadist nabi.

Pengertian Ruqyah
Ruqyah secara bahasa artinya jampi-jampi atau mantera. Ruqyah sacara syar'i adalah jampi-jampi atau matera yang dibacakan oleh seseorang untuk mengobati penyakit atau menghilangkan ganguan jin atau sihir atau untuk perlindungan dan lain sebagainya dengan hanya menggunakan ayat-ayat Al-quran dan atau doa-doa yang bersumber dari hadist-hadist dari Rarulullah shallallahu'alaihi wassalam  dan atau doa-doa yang bisa dipahami maknanya selama tidak mengandung kesyirikan. Ruqyah merupakan salah satu metode pengobatan yang telah dikenal sejak lama, bahkan sebelum nabi Muhammad saw diutus.

Ruqyah secara umum terbagi menjadi 2 macam;
  1. Ruqyah yang diperbolehkan oleh syar'iah islam yaitu terapi ruqyah Islami (ruqyah sar'iyah)
  2. Ruqyah yang tidak diperbolehkan oleh sya'iah islam. Yaitu ruqyah dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tidak dipahami maknanya atau ruqyah yang mengandung unsur-unsur kesyirikan. Rarulullah shallallahu'alaihi wassalam besabda "perlihatkan pada ku Ruqyah kalian, dan tidak apa-apa melakukan ruqyah selama tidak mengandung unsur syirik (HR. Muslim).

Dalam Islam ditemukan beberapa dalil yang membolehkan penggunaan ruqyah sebagai pengobatan penyakit. Seluruh ulama sepakat bahwa jenis ruqyah yang disebutkan dalam hadits (terapi ruqyah Islami) maka mengamalkannya adalah sunnah. Sedangkan ruqyah yang berbau syirik, seperti dengan menyebut nama seorang wali untuk menyembuhkan gangguan jin, atau dengan menggunakan hal-hal yang tak lazim dalam syariat adalah terlarang.

Di samping metode ruqyah yang diajarkan Rasulullah saw dalam hadits-hadits beliau, ada juga metode ruqyah yang merupakan hasil kreasi sebagian orang yang dianggap ahli agama (kiai, atau ustadz). Inilah yang menjadi persoalan. Banyak ruqyah hasil kreasi itu terasa janggal, bahkan menyebutkan beberapa nama yang tak dimengerti. Satu contoh metode ruqyah yang dilakukan seorang kiyai yaitu dengan mengucapkan beberapa kalimat dengan hitungan tertentu dan disertai puasa tujuh hari, dan di malam harinya yang bersangkutan harus melaksanakan shalat hajat. Perbuatan semacam ini jelas tak ada petunjuknya di masa rasulullah saw, sehingga dapat digolongkan ke dalam bid’ah (terapi ruqyah yang tidak Islami). Dari mana ia bisa menentukan bacaan tersebut, serta jumlah dan syarat puasanya. Bukankah puasa merupakan ibadah yang hanya boleh ditentukan oleh Allah dan rasul-Nya?

Olehnya, kaum muslimin yang menjaga tauhid jangan terpengaruh dengan cara-cara ruqyah bid’ah semacam ini, dan senantiasa mengamalkan apa yang diajarkan rasulullah saw saja. Lagi pula bisa jadi kalaupun ruqyah itu membuahkan hasil dengan hilangnya penyakit atau perginya jin dari tubuh orang yang kesurupan, maka itu hanyalah permainan jin semata, agar banyak orang yang terjebak ke dalam bid’ah semacam ini.

Syarat terapi ruqyah Islami (syar'iah) yang telah disepakati oleh para ulama minimal ada 3 ;
  • Dengan menggunakan firman Allah (ayat-ayat Al-quran) atau menggunakan nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
  • Mempergunakan bahasa arab atau bahasa yang dimengerti maknanya.
  • Berkeyakinan bahwa zat ruqyah tidak berpengaruh apa-apa kecuali atas izin Allah SWT.


Perdukunan dan RUQYAH Syirk'iyah

Fenomena yang terjadi di masyarakat adalah mendatangi dukun bila mendapat gangguan jin atau tersihir. Inilah kesalahan fatal, karena dukun yang dipercaya mengobati pada hakikatnya juga budak jin, sehingga bila ia berhasil mengeluarkan jin dari tubuh penderita, berarti ia menggunakan jin lain untuk itu. Akibatnya si penderita dikuasai oleh jin lain suruhan si dukun.

Islam dengan tegas melarang praktik perdukunan dan berobat dengan dukun yang menggunakan kekuatan magic atau jin. Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal dan menanyakan sesuatu lalu ia percaya, maka shalatnya tak diterima selama empat puluh hari.” (HR. Muslim).

Dalam sabdanya yang lain:
“Barangsiapa yang mendatangi dukun dan mempercayai apa yang ia ucapkan, berarti ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad saw.” (HR. Abu Daud, Ahmad dan At Turmudzi).

Oleh karena itu, setiap muslim tidak boleh berobat ke dukun bila terkena gangguan jin atau sihir. Tetapi berobatlah dengan ahli ruqyah atau para ulama yang bersih akidahnya dan mengerti tata cara ruqyah syar’iyyah.

Selain dukun ada pula cara lain yang biasa digunakan masyarakat, yaitu jimat dan tangkal. Jimat itupun bermacam-macam, ada yang bertuliskan ayat Al Quran kemudian ditambahi permohonan kepada nama-nama aneh, seperti Ahuj, Kahij, Mahij dan lain sebagainya. Bila ditanya terkadang pemakainya mengatakan itu adalah nama malaikat. Padahal malaikat tak kan pernah datang berhubungan langsung kepada manusia, kecuali para nabi dan rasul. Semua itu adalah tipuan jin yang mengaku sebagai malaikat untuk menyesatkan mereka.

Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya jampi, jimat, dan tiwalah adalah syirik.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Tiwalah adalah sesuatu yang digantungkan oleh suami atau istri untuk mendapatkan kecintaan pasangannya.
Fenomena lain adalah amalan bid’ah yang dilakukan sebagian orang yang jauh dari sunnah. Mereka mencampur adukkan kebaikan dan kejahatan, melebur tauhid dengan syirik. Misalnya amalan seseorang kalau ingin sembuh dari gangguan jin, maka harus puasa tujuh hari tujuh malam, sambil shalat itu dan shalat ini. Sesudah itu membaca wirid-wirid yang tak pernah diajarkan dalam hadits dla’if sekalipun. Yang seperti ini adalah bid’ah dan pelakunya bisa sesat dan mendapatkan dosa.Oleh karenanya jika kita mendapati persoalan-persoalan ghoib (jimat, amalan-amalan yg tidak sesuai dengan tuntunan, klenik-klenik, kesurupan, ganguan makluk halus, dll) maka kembalikan kepada yang memiliki yang Ghoib yaitu Allah SWT. Ikutilah yang telah dicontohkan oleh Rasullullah SAW yaitu dengan Ruqyah. Insyaallah Ruqyah Syari'yah dapat menghindarkan kita dari Musryik.


RUQYAH SYAR'IYYAH

Metode ruqyah yang diajarkan rasulullah saw terkumpul dalam hadits-hadits sahih, dan tak terlalu sulit menghafalkannya. Siapapun bisa melakukannya, asal saja punya keimanan akan sunnah tersebut, dan paham bahwa itulah petunjuk nabawi.

Ada beberapa riwayat yang menjelaskan bacaan apa saja yang disunnahkan dalam <span>ruqyah syar’iyah</span> ini, serta apa khasiat masing-masing bacaan.

1.  Surah Al Fatihah untuk menghilangkan gigitan binatang berbisa: Dari Abu Sa’id Al Khudri RA, ia berkata:
“Sekelompok sahabat nabi saw melakukan sebuah perjalanan. Mereka singgah di sebuah kampung orang-orang Arab. Di sana mereka minta dijamu, tapi tak ada penduduk kampung itu yang bersedia menjamu mereka. Kebetulan si kepala kampung digigit binatang berbisa. Warganya sudah berusaha mengobati dengan segala cara tapi tak juga berhasil. Akhirnya ada di antara mereka yang mengatakan: “Coba kalian datangi rombongan yang tadi minta dijamu oleh kita, mungkin di antara mereka ada yang bisa mengobati.”

Merekapun mendatangi rombongan para sahabat tadi. mereka berkata: “Wahai rombongan, pimpinan kami digigit (binatang berbisa) dan kami telah berusah mengobatinya, tapi tak berhasil. Apakah di antara kalian ada yang bisa mengobati?”

Salah seorang dari rombongan ini menjawab: “Ya, aku bisa meruqyah, tapi demi Allah, kami sudah minta dijamu oleh kalian, dan tak ada yang mau menjamu kami. Maka aku tak akan meruqyah, kecuali kalau kalian memberi imbalan.”
Akhirnya mereka menyepakati daging kambing sebagai imbalannya. Mereka berangkat dan si sahabat tadi menyembur (bagian yang digigit) sambil membacakan surah Al Fatihah, sehingga si kepala kampung itu langsung sembuh seolah bebas dari ikatan. Ia berjalan seolah tak terjadi apa-apa padanya. Ia lalu berkata kepada warganya, penuhilah janji kalian!”

Setelah mendapatkan daging itu, mereka berkata, “Ayo bagi-bagi!” tapi sahabat yang meruqyah enggan dan berkata, “jangan dulu, sampai kita melaporkan hal ini kepada Rasulullah saw. Setelah itu baru kita laksanakan apa yang ditetapkan pada kita.”

Merekapun mendatangi Rasulullah saw dan melaporkan hal itu kepada beliau. (setelah menerima laporan) beliau bersabda: “Siapa yang memberitahumu bahwa ia (surah Al Fatihah) itu untuk ruqyah?! Bagikanlah daging itu dan sisakan untukku sedikit.” Lalu beliau tertawa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2.  Surah Al Fatihah untuk menyembuhkan orang gila

"Dari Kharijah bin Shalt At Tamimi dari pamannya yang mendatangi Rasulullah saw untuk masuk Islam. Dalam perjalanan pulang ia melewati suatu kaum yang terdapat seorang gila di antara mereka. Ia dipasung dengan besi. Keluarganya berkata, “Kami dapat kabar bahwa orang ini datang membawa kebaikan. Apakah kamu bisa menyembuhkan orang gila ini?” Maka aku meruqyahnya dengan surah Al Fatihah, dan ternyata ia sembuh. Mereka memberi aku seratus ekor kambing sebagai hadiah. Kutemui Rasulullah saw dan kujelaskan padanya apa yang terjadi. Beliau berkata padaku, “Apakah hanya itu yang kau baca, kau tidak membaca yang lain? Kalau demikian ambillah (hadiah itu) ini bukan ruqyah yang batil, ini adalah hasil dari ruqyah yang hak.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan lainnya).


3.  Ruqyah untuk menghilangkan sakit di anggota badan : Dari Utsman ra bahwa ia pernah mengeluh kepada rasulullah akan rasa nyeri yang ia alami, maka rasulullah saw bersabda: “Siapa saja di antara kalian yang merasa nyeri, maka letakkan tangan kanannya di atas bagian yang terasa nyeri itu dan ucapkan doa ini:
“Aku berlindung dengan kekuatan dan kekuasaan Allah dari kejahatan semua yang aku temukan dan aku khawatirkan.” Bacalah itu sebanyak tujuh kali.” (HR. Muslim).

4.  Ruqyah untuk orang yang sedang sakit: Doa ini dibacakan sambil memegang bagian yang sakit atau yang ada penyakitnya:
Artinya: “Ya Allah, tuhan manusia, singkirkanlah penyakit ini, sembuhkanlah ia dengan kesembuhan yang tak meninggalkan efek samping. Engkaulah yang maha penyembuh, tak ada obat selain obat (dari)-Mu.” (H.R. Muslim dan lainnya).

5.<span>  Ruqyah untuk mengobati luka, kudis, bisul dan sejenisnya</span>: Caranya dengan mengoleskan air liur ke jari telunjuk, lalu dicolekkan ke tanah sampai menempel sedikit. Kemudian tanah itu diusapkan ke luka atau bisul sambil mengucapkan:
Artinya: “Dengan nama Allah, tanah bumi kita, dengan air liur salah seorang dari kita, untuk menyembuhkan penyakit kita dengan izin tuhan kita.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah. Lafaz ini saya ambil dari sunan Ibni Majah nomor hadits 3521).

6.  Ruqyah untuk mengusir setan dari rumah: yaitu dengan membaca surah Al Baqarah ayat 1-4, dilanjutkan dengan ayat kursi dan dua ayat setelahnya (surah Al Baqarah ayat 255, 256 dan 257), setelah itu tiga ayat terakhir di surah Al Baqarah (ayat 284, 285 dan 286). Ini berdasarkan hadits riwayat Muslim. Bila dibacakan kesepuluh ayat ini maka setan tidak akan berani masuk ke rumah tersebut.

Sumber : http://layanan-terapi-ruqyah-islami.blogspot.com/


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)

Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan.
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan Sumbernya ya.... Syukron

Pribadi dan Biografi singkat Fatimah Az-Zahra’ (sa)

Fatimah (sa) adalah salah seorang puteri Rasulullah saw. Ia merupakan wanita yang paling mulia kedudukannya. Kemuliannya diperoleh sejak menjelang kelahirannya, ketika kelahirannya dibidani oleh 4 wanita suci.

Ketika menjelang kelahirannya ibunda tercintanya Khadijah Al-Khubra (sa) meminta tolong kepada wanita-wanita Qurays tetangganya. Tapi mereka menolaknya sambil mengatakan kepadanya bahwa ia telah mengkhianati mereka mendukung Muhammad. Saat itu ia bingung kepada siapa harus minta tolong untuk melahirkan puteri tercintanya. Saat kebingungan Khadijah (sa) mengatakan:  
“Aku terkejut luar biasa ketika aku menyaksikan empat wanita yang berwajah cantik dilingkari cahaya, yang sebelumnya aku tidak aku kenal mereka. Mereka mendekatiku, Saat aku dalam keadaan yang cemas, salah seorang dari mereka menyapaku: Aku adalah Sarah ibunda Ishaq; dan yang tiga yang menyertaiku adalah Maryam ibunda Isa, Asiah puteri Muzahim, dan Ummu Kaltsum saudara perempuan Musa. Kami semuanya diperintahkan oleh Allah untuk mengajarkan ilmu kebidanan kami jika anda bersedia. Sambil mengatakan hal itu, mereka duduk di sekitarku dan memberkan pelayanan sampai puteriku Fatimah (sa) lahir.”


Fatimah (sa) berbicara saat dalam Kandungan
Sejak masih dalam kandungan ibundanya Fatimah (sa) sering menghibur dan mengajak bicara ibunya. Rasulullah saw bersabda:
“Jibril datang kepadaku dengan membawa buah apel dari surga, kemudian aku memakannya lalu aku berhubungan dengan Khadijah lalu ia mengandung Fatimah”. Khadijah berkata: “Aku hamil dengan kandungan yang ringan. Ketika engkau keluar rumah janin dalam kandunganku ngajak bicara denganku. Ketika aku akan melahirkan janinku aku mengirim utusan pada perempuan-perempuan Quraisy untuk dapat membatu melahirkan janinku, tapi mereka tidak mau datang bahkan mereka berkata: Kami tidak akan datang untuk menolong isteri Muhammad. Maka ketika itulah datanglah empat perempuan yang berwajah cantik dan bercahaya, dan salah dari mereka berkata: Aku adalah ibumu Hawa’; yang satu lagi berkata: Aku adalah Asiyah binti Muzahim; yang lain berkata: Aku adalah Kaltsum saudara perempuan Musa; dan yang lain lagi berkata: Aku adalah Maryam binti Imran ibunda Isa. Kami datang untuk menolong urusanmu ini. Kemudian Khadijah berkata: Maka lahirlah Fatimah dalam kedaan sujud dan jari-jarinya terangkat seperti orang sedang berdoa.” (Dzakhâir Al-‘Uqbâ, halaman 44)

Menjelang usia 5 tahun, Fatimah (sa) ditinggal wafat oleh ibunda tercintanya. Sehingga ia harus menggantikan posisi ibunya, berkhidmat kepada ayahnya, membantu dan menolong Rasululah saw. Sehingga ia mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Tidak jarang Fatimah (sa) menyaksikan ayahnya disakiti orang-orang kafir Quraisy. Ia menangis saat-saat menyaksikan ayahnya menghadapi ujian yang berat akibat prilaku orang-orang kafir Quraisy. Bahkan tangan Fatimah yang berusia kanak-kanak yang membersihkan kotoran di kepala ayahnya saat melempari Rasulullah saw dengan kotoran.


Fatimah Az-Zahra (sa) buah surga dan tidak pernah haid
Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:  
“Ketika aku diperjalankan ke langit, aku dimasukkan ke surga, lalu berhenti di sebuah pohon dari pohon-pohon surga, dan aku tidak melihat yang lebih indah dari pohon yang satu itu, daunnya paling putih, buahnya paling harum. Kemudian aku mendapatkan buahnya lalu aku makan. Buah itu menjadi nuthfah di sulbiku. Setelah aku sampai di bumi aku berhubungan dengan Khadijah kemudian ia mengandung Fatimah. Setelah itu setiap aku rindu bau surga aku mencium bau Fatimah.” (tafsir Ad-Durrul Mantsur tentang surat Al-Isra’: 1; Mustadrak Ash-Shahihayn 3: 156)


Gelar Az-Zahra’ bagi Fatimah (sa)
Abban bin Tughlab pernah bertanya kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Mengapa Fathimah digelari Az-Zahra’? Ia menjawab: “Karena Fathimah (sa) memacarkan cahaya pada Ali bin Abi Thalib tiga kali di siang hari. Ketika ia melakukan shalat sunnah di pagi hari, dari wajahnya memancar cahaya putih sehingga cahayanya memancar dan menembus ke kamar banyak orang di Madinah dan dinding rumah mereka diliputi cahaya putih. Mereka heran atas kejadian itu, lalu mereka datang kepada Rasulullah saw dan menanyakan apa yang mereka saksikan. Kemudian Nabi saw menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah. Lalu mereka mendatanginya, ketika sampai di rumahnya mereka melihat Fathimah sedang shalat di mihrabnya. Mereka melihat cahaya di mihrabnya, cahaya itu memancar dari wajahnya, sehingga mereka tahu bahwa cahaya yang mereka saksikan di rumah mereka adalah cahaya yang terpancar dari wajah Fathimah (sa).

Ketika Fathimah (sa) melakukan shalat sunnah di tengah hari cahaya kuning memancar dari wajahnya, cahaya itu menembus ke kamar rumah orang banyak, sehingga pakaian dan tubuh mereka diliputi oleh cahaya berwarna kuning. Lalu mereka datang kepada Rasulullah saw dan bertanya tentang apa yang mereka saksikan. Nabi saw menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah (sa), saat itu mereka melihat dia sedang berdiri dalam shalat sunnah di mihrabnya, cahaya kuning itu memancar dari wajahnya pada dirinya, ayahnya, suaminya dan anak-anaknya, sehingga mereka tahu bahwa cahaya yang mereka saksikan itu adalah berasal dari cahaya wajah Fathimah (sa).

Ketika Fathimah (sa) melakukan shalat sunnah di punghujung siang saat mega merah matahari telah tenggelam wajah Fathimah memancarkan cahaya merah sebagai tanda bahagia dan rasa syukur kepada Allah Azza wa Jalla. Cahaya itu menembus ke kamar orang banyak sehingga dinding rumah mereka memerah. Mereka heran atas kejadian itu. Kemudian mereka datang lagi kepada Rasulullah saw menanyakan kejadian itu. Nabi saw menyuruh mereka datang ke rumah Fathimah (sa). Ketika sampai di rumah Fathimah mereka melihat ia sedang duduk bertasbih dan memuji Allah, mereka melihat cahaya merah memancar dari wajahnya. Sehingga mereka tahu bahwa bahwa cahaya yang mereka saksikan itu berasal dari cahaya wajah Fathimah (sa). Cahaya-cahaya itu selalu memancar di wajahnya, dan cahaya itu diteruskan oleh putera dan keturunannya yang suci hingga hari kiamat.” (Bihârul Anwar 43: 11, hadis ke 2)


Fatimah (sa) digelari penghulu semua perempuan
Fatimah (sa) mendapat gelar penghulu semua perempuan (sayyidatu nisâil ‘alamîn).
Aisyah berkata: Fatimah (sa) datang kepada Nabi saw dengan berjalan seperti jalannya Nabi saw. Kemudian Nabi saw mengucapkan: “Selamat datang duhai puteriku.” Kemudian beliau mempersilahkan duduk di sebelah kanan atau kirinya kemudian beliau berbisik kepadanya lalu Fatimah menangis. Kemudian Nabi saw bersabda kepadanya: “Mengapa kamu menangis?” Kemudian Nabi saw berbisik lagi kepadanya. Lalu ia tertawa dan berkata: Aku tidak pernah merasakan bahagia yang paling dekat dengan kesedihan seperti hari ini. Lalu aku (Aisyah) bertanya kepada Fatimah tentang apa yang dikatakan oleh Nabi saw. Fatimah menjawab: Aku tidak akan menceritakan rahasia Rasulullah saw sehingga beliau wafat. Aku bertanya lagi kepadanya, lalu ia berkata: (Nabi saw berbisik kepadaku): “Jibril berbisik kepadaku (Rasulullah saw), Al-Qur’an akan menampakkan padaku setiap setahun sekali, dan ia akan menampakkan padaku tahun ini dua kali, aku tidak melihatnya kecuali datangnya ajalku, dan engkau adalah orang pertama dari Ahlul baitku yang menyusulku.” Lalu Fatimah menangis. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Tidakkah kamu ridha menjadi penghulu semua perempuan ahli surga atau penghulu semua isteri orang-orang yang beriman?” Kemudian Fatimah tertawa. (Shahih Bukhari, kitab Awal penciptaan, bab tanda-tanda kenabian dalam Islam; Musnad Ahmad 6: 282, hadis ke 25874)

Fatimah (sa) menyerupai Nabi saw
Aisyah Ummul mukminin berkata:
“Aku tidak pernah melihat seorangpun yang paling menyerupai Rasulullah saw dalam sikapnya, berdiri dan duduknya kecuali Fatimah puteri Rasulullah saw. Selanjutnya Aisyah berkata: Jika Fatimah datang kepada Nabi saw, beliau berdiri menyambut kedatangannya, dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya. Demikian juga jika Nabi saw datang kepadanya ia berdiri menyambut kedatangan beliau dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya…”  (Shahih At-Tirmidzi 2: 319, bab keutamaan Fathimah; Shahih Bukhari, bab Qiyam Ar-Rajul liakhihi, hadis ke 947; Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-Shahabah, bab Fadhail Fathimah)


Marah Fatimah (sa) Marah Rasulullah saw
Rasulullah saw bersabda:
“Fatimah adalah bagian dari diriku, barangsiapa yang membuatnya marah ia telah membuatku marah.” (Shahih Bukhari, kitab awal penciptaan, bab manaqib keluarga dekat Rasulullah saw; Kanzul Ummal 6: 220, hadis ke 34222)


Sakit Fatimah (sa) Sakit Rasulullah saw
Rasulullah saw bersabda:
“Fatimah adalah bagian dari diriku, menggoncangkan aku apa saja yang menggoncangkan dia, dan menyakitiku apa saja yang menyakitinya.” (Shahih Bukhari, kitab Nikah; Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-Shahabah, bab Fadhail Fathimah; Musnad Ahmad bin Hanbal 4: 328, hadis ke 18447)


Sebagian Karamah Fatimah Az-Zahra’ (sa)
Jabir Al-Anshari, salah seorang sahabat Nabi saw berkisah bahwa beberapa hari Rasulullah saw tidak makan sedikit pun makanan sehingga diriku lemas, kemudian beliau mendatangi isteri-isteriku untuk mendapatkan sesuap makanan, tapi tidak mendapatkannya di rumah mereka.

Lalu beliau mendatangi Fatimah (sa) dan berkata: “Wahai puteriku, apakah kamu punya makanan untuk aku? aku lapar.” Fatimah (sa) berkata: Demi Allah, demi ayahku dan ibuku, aku tidak punya makanan.
Ketika Rasulullah saw keluar dari rumah Fatimah (sa), ada seorang perempuan mengirimkan dua potong roti dan sepotong daging, lalu Fatimah (sa) mengambilnya dan meletakkannya dalam mangkok yang besar dan menutupinya. Fatimah (sa) berkata: “Sungguh makanan ini aku akan utamakan untuk Rasulullah saw daripada diriku dan keluargaku. Padahal mereka juga membutuhkan sesuap makanan.”

Fatimah (sa) berkata:
“Lalu aku mengutus Al-Hasan dan Al-Husein kepada kakeknya Rasulullah saw.” Kemudian Rasulullah saw datang padaku. Aku berkata: “Ya Rasulallah, demi ayahku dan ibuku, Allah telah mengkaruniakan kepada kami sesuatu, lalu aku menyimpannyan untuk kupersembahkan kepadamu.”

Fatimah (sa) berkata: “Ada seseorang mengantarkan makanan padaku, lalu aku meletakkannya dalam mangkok besar dan aku menutupinya. Saat itu juga dalam mangkok itu penuh dengan roti dan daging. Ketika aku melihatnya aku ta’ajjub. Aku tahu bahwa itu adalah keberkahan dari Allah swt, lalu aku memuji Allah swt dan bershalawat kepada Nabi-Nya.”

Rasulullah saw bertanya: “Dari mana makanan ini wahai puteriku?” Fatimah menjawab: “Makanan ini datang dari sisi Allah, sesungguhnya Allah mengkaruniakan rizki kepada orang yang dikehendaki-Nya dari arah yang tak terduga.” Kemudian Rasulullah saw mengutus seseorang kepada Ali (sa) lalu ia datang. Rasulullah saw, Ali, Fatimah, Al-Hasan, Al-Husein (sa) dan semua isteri Nabi saw makan makanan itu sehingga mereka merasa kenyang, dan makanan itu tetap penuh dalam mangkok itu.

Fatimah (sa) berkata: “Lalu aku juga mengantarkan makanan itu pada semua tetanggaku, Allah menjadikan dalam makanan itu keberkahan dan kebaikan yang panjang waktunya. Padahal awalnya makanan dalam mangkok itu hanya dua potong roti dan sepotong daging, selebihnya adalah keberkahan dari Allah swt.”

Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda kepada Fatimah dan Ali (sa): “Segala puji bagi Allah yang tidak mengeluarkan kalian berdua dari dunia sehingga Allah menjadikan bagimu (Ali) apa yang telah terjadi pada Zakariya, dan menjadikan bagimu wahai Fatimah apa yang telah terjadi pada Maryam. Inilah yang dimaksudkan juga dalam firman Allah swt: “Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrabnya, ia dapati makanan di sisinya.” (Ali-Imran: 37).

Kisah dan riwayat tersebut terdapat di dalam: Tafsir Al-Kasysyaf tentang tafsir surat Ali-Imran: 37;Tafsir Ad-Durrul Mantsur, tentang ayat ini; kitab-kitab yang lain).

Sumber : http://dheryudi.wordpress.com/2008/12/12/pribadi-dan-biografi-singkat-fatimah-az-zahra%E2%80%99-sa/


Ketika Fatimah Menanggalkan Pakaian Kesombongan
Semasa hidupnya, Ali bin Abi Thalib dan istrinya, Fatimah Az-Zahra dapat saja hidup dengan mudah dan harta yang berlimpah. Karena mereka adalah putri dan menantu Nabi Muhammad SAW. Namun hal itu tidak pernah mereka lakukan.
Ada sebuah kisah mengenai suatu hari dimana Rasulullah datang mengunjungi Fatimah, dan mencari cucu-cucunya. Fatimah menjawab, “Pagi ini tidak ada sesuatu di rumah yang dapat dicicipi, sehingga Ali mengatakan,’Saya akan pergi dengan keduanya ke rumah seorang Yahudi.”

Rasulullah kemudian menyusulnya dan melihat kedua cucunya sedang memainkan sisa kurma. Rasul bertanya, “Wahai Ali, mengapa engkau tidak menyuruh kedua anakku ini pulang sebelum mereka kepanasan?” Ali menjawab, “Pagi ini tak ada sesuatu pun yang kami miliki di rumah. Bagaimana jika engkau duduk dulu, wahai Rasulullah, sampai aku mengumpulkan buah untuk Fatimah?”

Begitulah yang dilakukan Ali bin Abi Thalib, pejuang Islam yang perkasa. Ia tak segan menimba air untuk seorang Yahudi, dimana untuk setiap timba ia mendapat sebutir kurma. Setelah terkumpul cukup untuk ia dan keluarganya, ia pun kembali ke rumah.

Pernah satu hari, menurut cerita Imran bin Hushain, Fatimah muncul di depan Rasulullah dengan wajah kekuning-kuningan dan pucat akibat kelaparan. Rasulullah lalu berkata, “Mendekatlah Fatimah.”
Setelah itu beliau berdoa, “Ya Allah yang mengenyangkan orang yang lapar dan mengangkat orang yang jatuh, janganlah engkau laparkan Fatimah binti Muhammad.”
Imran bersaksi, “Darah tampak kembali di wajahnya dan hilanglah kekuning-kuningannya.”

Kesederhanaan hidup Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra adalah sesuatu yang dijaga, sebagai bentuk sikap istiqamah agar tidak mendewakan dunia. Rasulullah pun ikut terjun langsung menjaga akhlak keluarga buah hatinya.
Sebuah kisah datang dari Musa bin Ja’far, ketika Fatimah bertemu dengan ayahnya, mengenakan kalung. Segera ayahnya berpaling darinya. Fatimah pun memutuskan kalung itu, lalu melemparnya.

Gembira, Rasulullah pun berkata, “Wahai Fatimah, engkau adalah dariku.”

Tidak lama kemudian lewatlah seorang pengemis. Rasulullah memberikan kalung Fatimah kepadanya. Kemudian beliau berkata, “Allah sangat marah kepada orang yang menumpahkan darahku dan menyakitiku lewat keturunanku.”
Memang sangat menyakitkan bagi Rasulullah, melihat Fatimah mengenakan perhiasan dunia, sementara masih banyak kaum muslim yang papa. Asma binti Umais pernah bercerita bahwa ia sedang berada di rumah Fatimah ketika Rasulullah masuk dan melihat kalung emas bertengger di leher Az-Zahra. Kalung tersebut diberikan oleh Ali.

Rasulullah langsung berkata, “Anakku, janganlah engkau membuat orang-orang berkata, ’Fatimah binti Muhammad memakai pakaian kesombongan.” Fatimah langsung mencopot dan menjualnya hari itu juga. Hasil penjualannya ia gunakan untuk memerdekakan seorang budak wanita mukmin. Rasulullah sangat gembira ketika berita itu sampai kepadanya.

Suatu hari Rasulullah sedang bepergian. Saat itu Ali baru mendapat ghanimah (harta rampasan perang), lalu membawanya ke Fatimah. Dua gelang perak diambil Az-Zahra, juga menggantungkan tirai di atas pintunya.
Salah satu kebiasaan Rasulullah ketika bepergian adalah selalu datang ke rumah Fatimah sebelum berangkat dan segera sesudah pulang. Maka begitu ia mendapati kedua gelang perak di tangan Fatimah saat pulang dari perjalanan, ia pun langsung beranjak pergi.

Fatimah menangis. Ia panggil Hasan dan Husein. Diberikannya gelang perak pada yang satu, dan tirai pada saudaranya, lalu dikirimnya mereka kepada sang ayah. Az-Zahra berpesan, “Pergilah kalian ke tempat ayahku, ucapkan salam kepadanya dan katakan kepadanya, ’Kami tidak akan melakukannya lagi, dan ini kami serahkan kepadamu.”
Saat Rasulullah menerima pesan tersebut, ia pun mencium kedua cucunya, memeluknya, lalu mendudukkan mereka masing-masing di atas pahanya.

Lalu gelang perak itu dipotong-potong dan membagi-bagikannya pada sekelompok Muhajirin yang tak punya tempat tinggal dan harta. Sedangkan tirai dibagikan kepada orang-orang diantara mereka yang tidak berpakaian.
Kemudian Rasulullah berdoa, “Allah mengasihi Fatimah. Sungguh ia akan memberinya pakaian surga dengan sebab tirai ini, dan akan memberinya perhiasan surga dengan sebab kedua gelang ini.”

Begitulah Rasulullah beserta keturunannya hidup. Dengan kesederhanaan, kebersahajaan, dan bahkan kemiskinan serta kelaparan. Bagaimana mereka bisa kenyang, sedangkan perut orang-orang miskin tak punya makanan sedikit pun. Bagaimana mereka bisa memakai perhiasan, sedangkan kaum muslim masih ada yang tidak berpakaian. Bagaimana mereka bisa memakaikan anak-anak mereka, Hasan dan Husein, perhiasan perak, sementara mereka mendengar rintihan kaum fakir. Sungguh akhlak dan kepekaan sosial yang begitu mulia. Melebihi indahnya perhiasan dunia.

Sumber : http://dheryudi.wordpress.com/2008/12/12/ketika-fatimah-menanggalkan-pakaian-kesombongan/


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)

Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan.
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan Sumbernya ya... Syukron