Orang  munafik  adalah orang yang paling  jahat dari semua orang dan layak  untuk  mendapatkan hukuman di hari  kiamat. Ini karena mereka  berperilaku  sebagai Muslim, tetapi mereka  adalah musuh yang paling  jahat dari semua  musuh karena mereka  menyembunyikan kekufuran dan  syirik. Pentingnya  mempelajari kemunafikan  adalah sebagaimana  pentingnya mempelajari  Tauhid karena keduanya saling  berkaitan. Jika  kita tidak mempelajari  kufur, syirik dan nifaq, tidak  dapat disangkal  lagi, kita bisa jatuh ke  dalamnya, dan selanjutnya  menjadi Kafir. Jika  seseorang tidak  mengetahui karekteristik dari  Musyirikin, dia akan  menjadi Musyrik. Dan  sama halnya jika kita tidak  mempelajari  kareteristik munafik kita akan  menjadi munafik. Hanya Mu’min  dan  Muslim sejati yang takut melakukan  nifak atau kufur, dan hanya   muwwahid yang takut untuk melakukan syirik.  Satu-satunya orang yang   dengan bebas melakukan kufur, nifak dan syirik  adalah Kafir. Perhatian   pertama bagi setiap Muslim adalah menjauhi  kufur, syirik dan nifak,  dan  kemudian beribadah kepada Allah semata.
Allah SWT Berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya  orang-orang munafik itu  (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah  dari neraka. Dan kamu  sekali-kali tidak akan mendapat seorang  penolongpun bagi mereka.” (QS An  Nisaa’, 4: 145) 
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari oleh  Ibnu Abi Mulaikah, yang berkata,
“Aku  bertemu tiga puluh Shahabat Nabi  SAW dan masing-masing dari mereka  takut menjadi orang munafik, dan tidak  ada dari mereka yang berkata  bahwa dia sekuat Jibril atau Mika’il.” Dan  Hasan (Al Basri) berkata:  ‘Hanya orang yang beriman yang takut dari  kemunafikan, dan hanya orang  munafik yang merasa aman darinya  (kemunafikan). (Shahih Al Bukhari Kitabul Iman Bab 36) 
Dan Nabi Ibrahim A.S. berkata:
“Ya  Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah),  negeri yang aman, dan  jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada  menyembah berhala-berhala.”  (QS Ibrahim, 14: 35)
Seseorang  harus berfikir setelah membaca  wahyu bahwa jika Shahabat Nabi SAW  dahulu takut dari kemunafikan, untuk  alasan yang lebih besar tidakkah  seharusnya kita takut dari itu? Jika  seseorang terbaik seperti Nabi  Ibrahim A.S. takut terhadap syirik,  tidakkah seharusnya kita takut  juga? Namun sangat menyedihkan melihat  realitas hari ini sangat jarang  kita menemukan orang yang takut  melakukan dosa, membiarkan diri sendiri  menjadi kafir, munafiq atau  musyrik! Orang-orang kelihatannya  berfikiran bahwa mereka akan masuk  surga secara langsung dan melewati  hari pengadilan dengan mudah.
Selanjutnya kita seharusnya  tidak menjadi naif dan realistis terhadap  berbagai kemungkinan menjadi  Kafir, Musyrik atau Munafik dengan  mengambil tindakan pencegahan dan  kekebalan. Sebaik-baik yang bisa kita  lakukan adalah dengan  melaksanakan semua perintah Allah dan mempelajari  tauhid. Kemudian  setelah itu, apakah kita mati sebagai Muslim atau Kafir  ada di tangan  Allah SWT ; dan semoga Allah SWT meneriman ibadah kita  dan menjadikan  kita mati dalam keadaan iman dan Tauhid, Amin.
Rasulullah  SAW mengajarkan kita untuk selalu meminta kepada Allah SWT  untuk mati  dalam keadaan iman dan Tauhid disamping fakta bahwa Allah  adalah yang  mengendalikan hati kita dan dia bisa membalikkannya sesuai  dengan  keinginanNya, kapanpun Dia inginkan:
“Yaa Allah   ampunilah hidup kami dan perbuatan kami, kehadiran kami dan kealpaan   kami, muda kami dan tua kami, laki-laki kami dan perempuan kami. Yaa   Allah, siapa saja dari kita menjaga hidup, menjaganya hidup pada Islam   dan siapa saja dari kami Kamu matikan, karenanya untuk mati dalam iman,   Yaa Allah janganlah mencabut balasan kami dan tidak tunduk kepada  fitnah  setelah kematiannya.”  
Jika ada  kemungkinan menjadi kafir,  tidakkah Nabi Muhammad SAW telah  mengajarkan kita untuk memohon kepada  Allah untuk menjadikan hidup kita  dengan Islam dan mati dalam keadaan  beriman. Mari kita sekarang,  dengan izin Allah SWT mempelajari sebagian  karekteristik Munafik (agar  kita terhindar darinya, Insya Allah.
 
Karakteristik Munafik:
 1. Mereka mengklaim Beriman
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“orang-orang  munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui,  bahwa  sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah." Dan Allah mengetahui  bahwa  sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui  bahwa  sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (QS Al Munafiqun, 63:1) 
Allah  menjelaskan orang munafik sebagai orang yang mengklaim bahwa  mereka  beriman, namun mereka realitasnya Kafir. Dia SWT menyebut mereka   pembohong dan Kafir disamping fakta bahwa mereka dengan tegas mengklaim   dengan lidah mereka bahwa mereka Muslim dan mengucapkan ‘Laa ilaaha  illa  Allah’. Ini adalah sebuah titik yang menakutkan bagi semua Muslim   sebagaimana kita semua mengklaim menjadi beriman, namun bagaimana kita   mengetahui bahwa kita tidak murtad? Dalam ayat yang lain Allah SWT   berfirman:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah  beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu”. (QS An Nisa, 4: 60) 
Selanjutnya  kita semua seharusnya berhati-hati ketika mengklaim sebagai  Muslim  tidak menjamin kita untuk menjadi orang-orang penghuni jannah  (surga),  dan tidak selamat dari kemunafikan. Tanpa memenuhi perintah  Allah,  menjauhi Thaghut dan meminta Allah untuk menjaga kita tetap  beriman,  kita mungkin tidak sengaja jatuh ke dalam perangkap  kemunafikan, syirik  dan kufur.
Ada dua tipe nifaq, nifaq akbar (nifaq besar)  dan nifaq asghar (nifaq  kecil). Seseorang dengan nifaq akbar  benar-benar kafir walau  berpura-pura menjadi Muslim. Selanjutnya dia  tidak berfikir untuk  dirinya bahwa dia adalah seorang beriman, tetapi  dia hanya mengklaim  menjadi Muslim dengan tujuan untuk kemulian  hidupnya. Nifaq asghar bisa  ditemukan dalam diri seorang Muslim, yang  melakukan keimanan dia adalah  seorang Muslim dan juga mengklaim begitu.  Dengan demikian ada dua  tingkatan kemunafikan, yakni seseorang itu  kafir namun berpura-pura  menjadi Muslim (nifaq akbar), dan jenis  lainnya adalah dia seorang  Muslim yang nyata-nyata melakukan perbuatan  kemunafikan.
 2.Mereka tidak mempunyai Talazum
At  Talazum berarti kesatuan antara iman dan perbuatan, yaitu mengatakan   dan melaksanakan apa yang kita imani. Setiap Muslim dan kafir mempunyai   Talazum; seorang Muslim beriman kepada Allah dan memanifestasikan hal   ini dalam perbuatannya (seperti shalat) dan perkataan (bertasbih).   Sebagaimana, setiap Kafir membenci Allah dan dien-Nya dan selanjutnya   kita melihat mereka secara lisan mendeklarasikan perang melawan Islam   dan kepada kaum Muslimin (melalui perkataan), dan melakukan keyakinan   ini dengan membunuhi wanita, anak-anak dan orang tua Muslim yang tidak   bersalah.
Sementara itu, orang munafik tidak mempunyai  Talazum , artinya apa yang  dia sembunyikan dan ditampakkan tidaklah  sama dan menjadikam mereka  orang yang paling rumit dari semua orang.  Ini karena mereka mengatakan  apa yang mereka tidak imani dan tidak  melaksanakan Islam secara utuh.  Allah SWT berfirman:
“Di  antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan   Hari kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang   beriman.”  (QS Al Baqarah, 2:8) 
 3. Mereka menipu Allah dan Muslim
Allah SWT berfirman dalam Qur’an:
“Mereka  hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka  hanya  menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS Al  Baqarah, 2;9) 
“Dan  Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah  akan  membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat  mereka  berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di  hadapan  manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit  sekali.”  (QS An Nisa, 4: 142) 
Orang  Munafik menipu diri mereka dengan mengklaim sebagai orang beriman,   padahal, faktanya mereka adalah Kafir. Mereka mencari kemulian dalam   kehidupan mereka dengan mengucapkan Syahadat padahal faktanya mereka   tidak mempunyai kemuliaan bagi hidup ini karena mereka bukanlah Muslim.   Allah SWT telah membuat dua camp (golongan/kelompok) ; camp Islam dan   camp Kufur, namun orang-orang munafik ini menginginkan mereka bisa   berada pada kedua camp tersebut pada saat yang bersamaan. Mereka ingin   manfaat dari hak-hak Islam dan iman seperti warisan, kehormatan,   kemuliaan, persaudaraan, rasa hormat, perayaan ied, pahala dan   sebagainya, tetapi juga ingin mengikuti doktrin dan jalan hidup orang   kafir.
 4. Mereka mempunyai penyakit dalam hati mereka
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dalam hati mereka ada penyakit (keraguan dan kemunafikan), lalu  ditambah Allah penyakitnya.” (QS Al Baqarah, 2:10) 
Dalam  tafsir Ibnu Katsir, dia menjelaskan bahwa istilah ‘penyakit’ dalam   ayat ini berarti ‘keraguan’. Selanjutnya, kita selalu melihat mereka   yang mempunyai tanda-tanda munafik, sering ragu terhadap ulama, Allah   SWT dan Mujahidin dan sebagainya. Keraguan mereka terdapat dalam banyak   aspek dien, seperti hidup setelah mati, surga dan hari pengadilan;   selanjutnya mereka melangkah terlalu jauh dengan meninggalkan ikatan   Islam.
 5. Mereka pembohong, pengingkar janji dan tidak bisa dipercaya
Melanjutkan ayat di atas, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”  (QS Al  Baqarah, 2:10) 
“Dan  apabila orang-orang munafik datang kepadamu,  mereka berkata: "Kami  mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar  Rasul Allah." Dan Allah  mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar  Rasul-Nya; dan Allah  mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik  itu benar-benar orang  pendusta.”  (QS Al Muafiqun, 63:1) 
Karakteristik  paling umum dari orang Munafik adalah bahwa mereka  pembohong, selalu  mengingkari janji dan tidak bisa dipercaya dimana saja  kita mempercayai  mereka dengan sesuatu. RasuluLlah SAW juga bersabda  dalam hadits yang  telah umum:
“Tanda-tanda munafik ada tiga, ketika  dia berbicara dia berbohong,  ketika dia berjanji mengingkarinya dan  ketika dia dipercaya dia  khianat.” (Shahih Al Bukhari, Kitabul Iman Bab 24: tanda-tanda Munafik  No 33) 
 6. Mereka menjadi kasar ketika berdebat
Berkaitan  dalam bimbingan dan pengetahuan, orang-orang munafik dikenal  menjadi  orang yang sangat argumentatif dan membantah ketika dia terlibat   diskusi atau debat. Ketika mereka tidak bisa memberikan jawaban untuk   masalah tertentu atau menghadirkan kasus mereka dengan baik mereka   menjadi kasar (menggunakan kata-kata kotor, menggunakan sumpah dan   sebagainya) dan menjengkelkan. Rasulullah SAW berkata dalam sebuah   riwayat yang berbeda atas hadits yang sama:
“Dan ketika dia berdebat dia menjadi kasar”  (Al Bukhari No 34) 
 7. Mereka mengkhianati perjanjian dan kontrak
Seorang  Muslim tidak pernah membatalkan perjanjiannya karena hal itu  adalah  dosa besar dalam Islam dan dosa lainnya adalah munafik.  Rasulullah SAW  bersabda dalam hadits di atas, tetapi dalam riwayat yang  berbeda:
“Dan ketika dia mempunyai perjanjian dia mengkhianatinya.”  (Al Bukhari  No 34) 
Lebih  lanjut Rasulullah SAW telah menginformasikan kepada kita kehinaan  itu  adalah ketika seseorang yang dengan sengaja melanggar perjanjiannya:
"Bagi  setiap pengkhianat dia akan mempunyai sebuah panji pada hari  kiamat,  memproklamirkan ini adalah begini dan begini yang telah  mengkhianati  perjanjiannya."  (Riyadus Salihin No 1585) 
 8. Mereka penyebab fitnah dan keburukan, namun mengklaim pembuat  kedamaian
Orang-orang  munafik selalu berkomentar dan memperhatikan kesalahan orang  lain, dan  tidak pernah berfikir tentang kesalahan dan dosa mereka  sendiri.  Mereka selalu membuat fitnah dan kerusakan, tetapi menunjuk  jari mereka  kepada orang lain selain mereka. Allah SWT berfirman:
“Dan  bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di  muka  bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang  mengadakan  perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang  yang  membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”  (QS Al Baqarah, 2:  11-12)
Dalam  ayat ini Allah SWT menginformasikan kepada kita bahwa orang  munafik  adalah penyebab fitnah (kerusakan), namun mengklaim telah  melakukan  perbaikan. Yang lebih mengejutkan lagi mengetahui bahwa mereka   benar-benar para pengacau. Mereka dengan yakin percaya bahwa mereka   baik, melaksanakan perdamaian di muka bumi, tetapi Allah SWT   menginformasikan kepada kita bahwa mereka benar-benar murtad.
 9. Mereka berhukum kepada thaghut
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Apakah  kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah   beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang   diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal   mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud   menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.”  (QS An Nisa, 4: 60) 
Dalam  ayat ini Allah SWT memperingati kita beberapa poin yang telah   disebutkan di atas, seperti bahwa mereka mengklaim telah beriman kepada   apa yang telah diturunkan oleh Allah SWT. Tetapi Dia juga   menginformasikan kepada kita tentang karakteristik lain dari orang   munafik, yakni berhukum kepada Thaghut.
Berhukum kepada  selai Allah adalah syirik akbar, namun, orang-orang  munafik ini  dijelaskan bahwa mereka orang yang tidak hanya secara rutin  berhukum  kepada selain Allah, tetapi juga mencari dan mempunyai  keinginan untuk  merujuk kepada selain Allah untuk menyelesaikan  perselisihan. Mereka  adalah orang-orang yang terus membenarkan  kemurtadannya dan dalam kasus  yang lebih buruk mereka mungkin mengutip  ayat di luar konteks dengan  tujuan untuk membenarkan kerusakan mereka.
 10. Mereka memuaskan telinga seseorang, mempunyai hafalan Al-Qur’an  dan argumentasi yang masuk akal.
Salah  satu dari kemampuan terbesar dan berpengaruh adalah bahwa mereka  bisa  menyesatkan dan menjatuhkan orang-orang dengan argumen  ‘mengagumkan’  mereka atau membacakan ayat-ayat. Allah SWT berfirman  dalam Al-Qur’an:
“Dan  apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu  kagum.  Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka.  Mereka  adalah seakan-akan kayu yang tersandar[1477]. Mereka mengira  bahwa  tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka  itulah  musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga  Allah  membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari   kebenaran)?” (QS Al Munafiqun, 63: 4) 
Lebih lanjut Rasulullah SAW bersabda:
“Akan  ada sebagian orang diantara kalian yang shalatnya mengalahkan   shalatmu, dan yang puasanya mengalahkan puasamu, dan ibadahnya   mengalahkan ibadahmu. Mereka akan membaca Al-Qur’an tetapi tidak   melebihi kerongkongan mereka. Mereka akan meninggalkan Islam seperti   anak panah dari busurnya…’  (Al Bukhari, Kitab Fadilah Al-Qur’an Bab 3g Hadits no 5058) 
 11. Mereka takut dari Al-Qur’an yang ditujukan kepada mereka, dan  tidak melihat kesalahan mereka sendiri
Adalah  Sunnah Rasulullah SAW dan Shahabatnya untuk membaca Al-Qur’an  dimana  kita bisa mengaplikasikanya untuk diri kita, dan seolah-olah  Allah  berbicara kepada kita secara langsung. Namun orang-orang Munafik  tidak  suka untuk mengakui kesalahan mereka dan membaca Al-Qur’an  sebagaimana  Allah menujukan kepada mereka. Lebih lanjut Allah SWT  berfirman:
“Orang-orang  yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka  sesuatu surat  yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati  mereka....”  (QS At Taubah, 6: 64) 
Selanjutnya,  dimana saja kita mempelajari dien kita seharusnya selalu   mengaplikasikannya untuk diri kita, memperhatikan untuk mengoreksi   kesalahan kita sebelum mengoreksi kesalahan orang lain.
 12. Menghina orang-orang Beriman dan Islam
Allah SWT berfirman dalam kelanjutan ayat di atas :
“…Katakanlah  kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah  dan  rasul-Nya)." Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu  takuti  itu.”  (QS At Taubah, 9: 64) 
Ayat  ini diturunkan pada saat perang Tabuk tentang orang-orang Munafik  yang  terus mengejek orang-orang beriman, berkata bahwa hafalan Al-Qur’an   mereka hanya memberikan perut besar. Sindiran dan ejekan seperti ini   sangat umum terlihat hari ini dari orang-orang moderat yang menjual kaum   Muslimin dan yang mengejek Mujahidin dan aktifis Muslim yang bekerja   untuk melihat bendera Islam tegak di seluruh penjuru dunia.
Sangat  umum mendengar orang-orang munafik berkata ‘lihatlah orang-orang  ini,  mereka percaya berjuang untuk Khilafah atau mendukung Jihad atau   ‘bagaimana mungkin orang-orang yang tidak berpendidikan yang mengakui   manfaat dari pemerintah bisa menegakkan negara Islam?’ dan sebagainya.   Ini hanyalah sebagian contoh dari pernyataan mereka yang mempunyai   penyakit di dalam hati mereka. Allah SWT menginformasikan kepada kita   tentang alasan mereka menggunakan hal tersebut untuk membenarkan   kemurtadan mereka:
“Dan jika kamu tanyakan  kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan  itu), tentulah mereka  akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah  bersenda gurau dan  bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah,  ayat-ayat-Nya dan  Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu  minta maaf,  karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan  segolongan kamu  (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab  golongan (yang  lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu  berbuat dosa.” (QS At Taubah, 9: 65-66) 
Allah SWT juga berfirman :
“Dan  di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga   apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang berkata kepada orang yang   telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): "Apakah yang   dikatakannya tadi?" Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati   mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.”  (QS Muhammad, 47:  16) 
 13. Mereka tidak pernah pergi berjihad, berpartisipasi dalam semua  perjuangan (jihad) dan tidak juga berhijrah
Pada  saat perang Uhud orang-orang Munafik lari dari medan pertempuran  dan  kembali ke Madinah. Sebagian orang-orang beriman menjadi bingung   berkaitan dengan bagaimana mereka seharusnya berhadapan dengan   orang-orang munafiqun. Shahabat Rasulullah SAW percaya bahwa mereka   seharusnya dibunuh dimana saja mereka terlihat, disamping yang lain   membantah sebaliknya mereka (munafiqun) adalah Muslim dan mengucapkan   syahadat. Dengan maksud untuk menyelesaikan dan mengklarifikasi   perselisihan ini, Allah SWT menurunkan ayat di bawah ini:
“Maka  mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi)   orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada   kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud   memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah?   Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan   jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya.” (QS An Nisa, 4: 88) 
Lebih lanjut, sebuah hadits dari Nabi Muhammad SAW dengan jelas  menyoroti orang yang tidak mempunyai niat berjihad:
“Siapa  saja yang mati tanpa berjihad di jalan Allah, tidak juga  mempunyai  niat untuk melakukannya, akan mati dalam satu cabang nifaq.”  (Muslim dan Riyaad Us Saalihin Bab 234, Hadits bo 1341) 
Berkaitan  dengan Hijrah orang-orang Munafik tidak ingin meninggalkan  ‘negeri  kesayangan’ mereka dan takut berjihad di jalan Allah. Allah SWT  telah  menurunkan:
“Sesungguhnya orang-orang yang  diwafatkan malaikat dalam keadaan  menganiaya diri sendiri, (kepada  mereka) malaikat bertanya : "Dalam  keadaan bagaimana kamu ini?." Mereka  menjawab: "Adalah kami orang-orang  yang tertindas di negeri (Mekah)."  Para malaikat berkata: "Bukankah bumi  Allah itu luas, sehingga kamu  dapat berhijrah di bumi itu?."  Orang-orang itu tempatnya neraka  Jahannam, dan Jahannam itu  seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka  yang tertindas baik  laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak  mampu berdaya upaya  dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), mereka  itu, mudah-mudahan  Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf  lagi Maha Pengampun.”   (QS An Nisa, 4: 97-99) 
Penting  untuk selalu diingat poin krusial ini bahwa munafiqun membenci  Jihad,  Mujahidin dan berhijrah di jalan Allah. Jika kita mempunyai  perasaan  ini maka ketauhilah bahwa kita mempunyai salah satu  karakteristik  Munafikin dan mintalah kepada Allah agar menjaga kita dari  nifaq.
 14. Mereka mempunyai Muwalat (sekutu) dengan Kuffar dan hidup  diantara Musyrikin
Salah  satu tanda seseorang yang terlibat syirik adalah hidup diantara  Kuffar  dan Musyrikin tanpa membedakan diri mereka. Bukti yang sama telah   disebutkan di atas bisa digunakan untuk membenarkan poin ini,   sebagaimana sebuah hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
“Aku berlepas diri dari Muslim yang hidup diantara Musyrikin,... dan  tidak membedakan diri dari mereka (kuffar).’ (Sunan Abu Daud, Kitabul  Jihad Bab 105, hadits no 2645) 
Hadits  ini dengan jelas menunjukkan kepada kita betapa bahayanya hidup   diantara kuffar, bersatu dengan mereka dan tidak membedakan diri dari   mereka. Itu juga menyoroti kewajiban dan perlu bagi Muslim untuk hidup   bersama sebagai sebuah komunitas dan menerapkan Syari’ah; atau   Rasulullah SAW akan menjauhkan dirinya dari kita pada hari pengadilan,   disaat kita akan begitu membutuhkan syafa’atnya.
 15. Mereka membuat sejumlah alasan untuk tidak melaksanakan tugas  dan kewajibannya
Orang-orang  Munafik selalu banyak alasan untuk tidak mengerjakan  kewajiban dan  tugas mereka, sebagaimana disebutkan juga dalam ayat  sebelumnya. Allah  berfirman dalam Al-Qur’an:
“Mereka (orang-orang  munafik) mengemukakan 'uzurnya kepadamu, apabila  kamu telah kembali  kepada mereka (dari medan perang). Katakanlah:  "Janganlah kamu  mengemukakan 'uzur; kami tidak percaya lagi kepadamu,  (karena)  sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kami beritamu  yang  sebenarnya. Dan Allah serta Rasul-Nya akan melihat pekerjaanmu,   kemudian kamu dikembalikan kepada Yang mengetahui yang ghaib dan yang   nyata, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At Taubah, 9: 94) 
Lebih  lanjut, pada saat perang Tabuk dahulu mereka banyak alasan untuk  lari  dari Jihad. Salah satu dari alasan mereka adalah cuaca yang amat  panas  dimana Allah SWT telah tentukan di saat bulan-bulan musim panas:
“Orang-orang  yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira  dengan  tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka   berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka   berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik   ini." Katakanlah: "Api neraka jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika   mereka mengetahui.” (QS At Taubah, 9: 81) 
Sungguh Allah berkata benar, panas neraka tidak dapat dibandingkan  dengan panas dunia. Rasulullah SAW bersabda:
“Api yang anak Adam nyalakan adalah satu bagian dari 70 bagian dari api  neraka.” (Tafsir Ibnu Katsir tentang ayat di atas 9:81) 
 16. Mereka membenarkan keharaman, kekufuran dan kesyirikan mereka
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan  supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada  mereka  dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah   (dirimu)." Mereka berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi   peperangan, tentulah kami mengikuti kamu". Mereka pada hari itu lebih   dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan   mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih   mengetahui dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka   sembunyikan.” (QS Al Imran, 3: 167) 
Telah  diketahui bahwa orang-orang Munafik selalu membenarkan kemurtadan   mereka. Allah SWT menginformasikan kepada kita bahwa orang-orang menjadi   kafir atau murtad dengan alasan menjadi lebih dekat kepada Allah!  Allah  SWT berfirman:
“Ingatlah, hanya kepunyaan  Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).  Dan orang-orang yang  mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami  tidak menyembah  mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada  Allah dengan  sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di  antara mereka  tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya  Allah tidak  menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS  Az Zumar, 39: 3) 
 17. Mereka melakukan kufur I’raad – berpaling kepada Allah SWT
Allah SWT berfirman:
“Apabila  dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum  yang  Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat   orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari   (mendekati) kamu.” (QS An Nisaa’, 4: 61) 
“Dan  siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan   dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya?   Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang   berdosa.” (QS As Sajadah, 32: 22) 
Orang-orang  Munafik selalu berpaling dari Ahkam (hukum syar’i) dan  Ulama. Ketika  kita memberi mereka hukum yang tidak sesuai dengan mereka,  maka mereka  akan berkata ‘Aku tidak mengikuti opini itu’, bahkan tidak  ada opini  lain tentang isu tersebut. Ketika kita sampaikan kepada mereka  ayat  mereka akan berkata ‘itu adalah penafsiran kamu terhadap Al-Qur’an  dan  sebagainya.
 18. Mereka menyerukan kemungkaran dan mencegah kebaikan
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Orang-orang  munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian  yang lain  adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang  berbuat  yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah  lupa  kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang   munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS At Taubah, 9: 67) 
Mereka  akan mencoba untuk menghalangi usaha kita untuk melakukan dakwah   berdasarkan metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, menyerukan jihad, berjuang   untuk dien Allah atau bahkan menciptakan kesadaran tentang Islam di  luar  Masjid dan sebagainya. Lebih lanjut mereka malah mencegah Ma’ruf  dan  menyerukan segala bentuk kemunkaran, seperti voting untuk hukum  buatan  manusia, bergabung dengan toghut dan sebagainya.
 19. Mereka memamerkan perbuatan baiknya
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya  orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan  membalas tipuan  mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka  berdiri dengan  malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan  manusia. Dan  tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS  An Nisaa’, 4: 142) 
Orang-orang  Munafik memamerkan bahasa Arabnya, tajwid, adzan, ilmu dan  sebagainya.  Mereka adalah orang-orang yang selalu memamerkan perbuatan  baiknya  dengan tujuan agar mendapatkan pujian dan agar orang-orang  mendengarkan  mereka. Ar Riyaa adalah sebuah dosa besar dan perbuatan  syirik, karena  semua perbuatan baik kita seharusnya dilakukan murni  hanya untuk  mencari ridha Allah SWT dan bukan pujian dari orang-orang.
Rasulullah SAW bersabda:
“Perkara  yang aku takutkan dari kalian adalah syirik asghar. Shahabat  bertanya:  ‘Apakah syirik asghar itu?’ Rasulullah SAW menjawab: riya.’  (Musnad Imam Ahmad, jilid 5; Al Arsaar, Hadits : Muhammad bin Labid RA) 
 20. Mereka menginginkan kita menjadi Kafir seperti mereka dan  mengikuti jalannya
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Mereka  ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi   kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu   jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah   pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka   di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di   antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong.” (QS An Nisaa’, 4: 89) 
Orang-orang  Munafik sangat jahat karena mereka ingin agar kita menjadi  kafir  seperti mereka dan mengikuti kerusakan dan kejahatan mereka.  Mereka  ingin agar kita meninggalkan golongan yang selamat dan bergabung  dengan  partai syaitan mereka.
 21. Mereka menginginkan kita untuk takut kepada Kuffar
Allah SWT berfirman:
“(Yaitu)  orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka  ada  orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah  mengumpulkan  pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada  mereka", maka  perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka  menjawab: "Cukuplah  Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah  sebaik-baik Pelindung." (QS Ali Imran, 3: 173) 
Orang-orang  munafik akan selalu mempunyai mental kalah dan akan mencoba  untuk  menimbulkan ketakutan ke dalam hati orang-orang beriman terhadap   Kuffar. Seseorang tidak bisa menjadi Muslim jika mereka mengatakan ‘apa   yang bisa kita lakukan, jumlah mereka terlalu banyak dan kita tidak   mempunyai senjata yang cukup dan sebagainya.’
Lebih lanjut Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya  mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti  (kamu)  dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu   janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu   benar-benar orang yang beriman.” (QS Ali Imran, 3: 175) 
 22. Mereka malas melaksanakan Shalat
Sebagaimana  telah disebutkan pada poin no 19, Allah menginformasikan  kepada kita  ayat (QS 4: 142) bahwa orang-orang Munafik berdiri dengan  kemalasan  pada shalat mereka. Bukti lain untuk ini bisa ditemukan dalam  surah Al  Ma’un:
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang  lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya.” (QS Al Maa’un,  107: 4-7) 
Nabi Allah SAW juga menjelaskan orang-orang Munafik adalah orang yang  sulit ditemui pada shalat isya dan fajar (subuh).
  23. Mereka menunjukkan Islam, tetapi mengutuk dan menghina ketika   setiap kali mereka berhadapan dengan semua bentuk kesulitan dan bencana
Allah SWT berfirman:
“Dan  di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di   tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu,   dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang.   Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian   yang nyata.” (QS Al Hajj, 22: 11) 
Orang-orang  Munafik selalu senang dengan kita ketika segala sesuatunya  berjalan  dengan baik dan mudah, profesional, teratur dengan baik dan   terstruktur, tetapi ketika mereka diuji oleh Allah SWT mereka   benar-benar meninggalkan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, dien dan kewajiban   mereka.
Kesimpulan
Tujuan  dari mempelajari masalah ini untuk menyadari tanda-tanda  Munafikin,  agar kita tidak melakukannya. Kita seharusnya memohon kepada  Allah SWT  agar dijauhkan dari nifaq, kufur, syirik dan bid’ah dan agar  kita mati  dalam keadaan iman dan Tauhid. Kita seharusnya juga selalu  menyadari  celah dan berbagai kemungkinan menjadi Kafir, dan untuk  mencegah hal  ini adalah dengan memenuhi semua perintah Allah dan juga  kewajiban  kita. Semoga, Insya Allah!
Sumber : http://insanshalih.blogspot.com/2010/10/23-karakter-munafik.html
Munafik, Orang Penuh Rekayasa
oleh Aa Gym
"Tanda  orang munafik ada tiga, apabila seseorang diberi amanat, ia  khianat;  apabila berbicara, ia dusta; apabila berjanji, ia tidak  menepatinya;  dan apabila berdebat, ia akan berbuat curang." (HR.  Mutafaq’alaih) 
Sesungguhnya  orang munafik adalah orang yang penuh dengan kepalsuan,  penuh dengan  rekayasa dan lebih sibuk membangun topeng. Sedangkan  seorang mukmin  hidupnya asli, tidak ada rekayasa, karena semua  kebohongan itu tidak  diperlukan dalam mendekatkan diri kepada Allah.  Allah tidak memerlukan  kepalsuan itu. Allah yang Maha Memiliki  segalanya. Seorang mukmin  seyogyanya bersih perbuatanya. Tidak terlalu  banyak memikirkan  pandangan orang lain, yang terpenting dalam pandangan  Allah saja.  Hidupnya apa adanya.
Orang munafik itu berbahaya, karena  ia sesungguhnya orang musyrik  hatinya, tapi lahiriahnya menampilkan  orang beriman, seperti Abdullah  bin Ubay. Orang munafik pun bisa  dilihat dari perilakunya sehari-hari.  Semua perbuatannya mencerminkan  tidak ingin dekat dengan Allah, tidak  memakai hati, melainkan agar  dinilai orang lain. Sebisa mungkin orang  munafik akan berusaha keras  untuk benar-benar dengan akal-akalan  melakukan apa pun di hadapan orang  lain, seperti ingin berwibawa.  Sehingga selama ia berbicara dan  berbuat, fokusnya hanya untuk mengatur  kewibawaannya, tidak melihat  hati.
Orang munafik ketika berkata seringkali  ditambah-tambah dengan  kebohongan. Tidak sesuai antara keterangan dan  kenyataannya. Bahkan beda  antara mulut dan hatinya. Ia tidak bisa  dipegang pembicaraannya. Dia  berjanji bukan berniat akan ditepati,  melainkan untuk keinginan sesuatu  dari orang lain. Bagi yang berniat  menepati janji, ketika berjanji  berarti ia mengunci untuk ditagih yang  membuatnya, sedangkan bagi orang  munafik, janjinya untuk sekadar agar  orang lain percaya atau senang  padanya. Makanya ia mudah mengeluarkan  janji-janjinya. Dalam hal amanah  ia tidak mempedulikan amanah dari  Allah, melainkan lebih mengutamakan  gayanya daripada hakikat dari  amanah yang dipikulnya.
Dalam aspek ibadah pun seorang munafik  bisa terdeteksi. Dalam berdoa  misalnya, mulut berdoa tapi hati tidak.  Benarkah hatinya ingin mendekat  kepada Allah? Allah mengetahui semua  kebohongan itu, Allah tidak bisa di  bohongi. Karena Allah mengetahui  lubuk hati terdalam. Apakah ingin  diketahui, dilihat, ataukah  diperlakukan spesial.
Keinginan-keinginan tersebut  semestinya lepas dari makhluk, barulah  akan tenang hati ini. Kita tidak  memerlukan pengakuan orang, yang  penting Allah saja. Jangan sampai  kita menggunakan nama Allah untuk  komoditas agar terlihat shaleh.  Sekilas mungkin orang akan terkecoh oleh  kepalsuan, sedangkan Allah  tidak bisa dikelabui, tetapi Allah Maha  Mengetahui.
"Sesungguhnya Dia mengetahui perkataan (yang kamu ucapkan) dengan  terang-terangan dan Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan." (QS  Al-Anbiya:110)
Sesungguhnya  segala perbuatan yang kita lakukan akan dihisab  semuanya.  Berbahagialah bagi siapa pun yang terbebas dari kemusyrikan  dan  kemunafikan.  Sehalus apa pun bersih hidupnya. Maka dibuat nyaman   hatinya oleh Allah. Lepasnya hati dari selain Allah. Lillaahi ta’ala.
Apa  yang menyebabkan orang cenderung munafik? Karena hati kita  cenderung  musyrik, menganggap ada sesuatu selain Allah SWT yang bisa  memberi  manfaat dan mudharat. Yang bersih hatinya ia akan terbebas dari  sifat  kemunafikan. Akhlak jelek karena hatinya busuk, dan hati busuk  karena  tauhidnya buruk. Akhlak jadi bagus, tauhidnya pun harus bagus.
"Sesungguhnya  orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan  membalas tipuan  mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka  berdiri dengan  malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan  manusia. Dan  tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (QS An-Nisaa : 142)
Allah tidak bisa dibohongi dengan cara apa pun, karena Dia mengetahui  lubuk hati yang dalam. Hati ini harus lepas dari makhluk.
Dengan  demikian, dari paparan di atas, orang munafik itu paling  dibenci Allah  SWT. Apalagi bila ilmu agamanya makin banyak sedangkan ia  masih  munafik, tentu kebencian Allah juga akan lebih daripada yang  lainnya.
Sumber : http://www.eramuslim.com/ramadhan/tausyiah/munafik-orang-penuh-rekayasa.htm
MUNAFIK
Munafik.  Satu kata yang menarik untuk dicermati, digali, dan dipahami,   mengingat jaman sekarang banyak sekali orang yang berlaku demikian.   Kemunafikan mereka yang sarat dengan kebohongan, pengkhianatan, dan   intrik kepentingan pribadi. Sebenarnya, apa itu munafik?
Saya   sendiri juga agak kebingungan saat ingin merumuskan arti munafik itu   sendiri (maklum, saya nulis artikel ini aja dengan bermodal pengalaman   dan kenekatan). Menurut apa yang pernah (dan masih) saya rasakan ,   munafik adalah kebohongan, ketika seseorang berkata A padahal di dalam   hatinya sebenarnya ia berucap Z. Orang yang memiliki sifat ini,   cenderung rela mengobral dusta dan janji palsu demi mencapai kepuasan   dan keuntungan pribadinya. Orang-orang yang masuk dalam tipe ini bahkan   rela mengkhianati orang yang memberikan kepercayaan penuh pada mereka.   Sungguh memalukan.
Saya sendiri sering mengalami  perlakuan  tersebut, ditanggapi oleh teman secara munafik. Mereka bilang  suka,  padahal hatinya berteriak-teriak “Gue nggak suka!!!” Kejujuran  yang  harusnya penting dalam sebuah hubungan persahabatan, kini bagai  dua sisi  koin, di mana kejujuran di satu sisi bersanding dengan  kemunafikan.  Keduanya tinggal diundi, dan diterapkan sesuai keadaan.  Kadang kita  harus berlaku jujur dan sok innocent, kadang pula kita  harus tega untuk  menjadi munafik. Sungguh menyedihkan, karena menurut  saya hidup dengan  memelihara kemunafikan itu identik dengan orang yang  menyia-nyiakan  dirinya sendiri dalam kebohongan, serta mencelakakan  orang lain dengan  tipu muslihatnya yang manis dan menggairahkan.
Dewasa  ini, sudah  berkembang suatu tren di mana “yang munafik yang bakalan  eksis”. Orang  yang menyuarakan kejujuran, malah diinjak-injak bak  rumput liar yang  mengganggu tumbuh suburnya pohon “kemunafikan” dan  “formalisme”. Saya,  yang sebenarnya lebih mengutamakan bertindak jujur,  oleh keadaan yang  sulit terpaksa harus menjadi munafik, dengan memberi  jawaban pada teman  saat ulangan, misalnya. “Nic, ntar jangan lupa  nengok ke gue, ya.  Bantuin gu ya Nic, please, gue belum belajar nih.  Tenang aja, kalau kita  hati-hati ‘kan gurunya nggak bakalan tahu…”  begitulah ucapan  teman-temanku. Dan mungkin, tanpa saya sadari masih  banyak lagi tingkah  laku saya yang munafik lainnya, terdesak oleh  keadaan yang menjebak  serba sulit.
Apakah aku sendiri  termasuk golongan orang munafik?  Apakah aku juga menenggelamkan hidupku  dalam lumpur kunistaan, dan  melumuri mata hati orang lain dengan  kedustaan sikap dan perkataanku?  Apakah aku begitu? Aku sendiri pun  bingung. Aku sadar bahwa terkadang  aku munafik, dan aku tidak  menyangkal hal itu, karena kemunafikan telah  tertanam di hati semua  insan. Hanya bedanya, apakah kemunafikan itu kita  tumbuh suburkan di  dalam hati kita, atau kita bunuh dengan racun  “kejujuran” dan kita  pangkas dengan gunting “ketakwaan pada Tuhan Yang  Maha Esa”. Dengan  mendekatkan diri pada Tuhan dan selalu senantiasa  berbuat jujur  walaupun konsekuensinya dijauhi, bahkan dikucilkan,  niscaya Tuhan akan  memberikan kita keteguhan dalam menjalani hidup  sebagai pribadi yang  jujur dan jauh dari kata munafik.
Mari,  walaupun mungkin  kita masih mempunyai bibit-bibit munafik itu dalam hati  kita,  pangkaslah dan cabutlah itu sampai ke akar-akarnya. Jangan  biarkan  kemunafikan tumbuh subur dalam hati dan jiwa kita, yang  selanjutnya,  perlahan tapi pasti, akan membawa kita menuju kesengsaraan  sejati di  neraka. Hentikan budaya munafik yang secara nyata telah  menyebarluaskan  keuntungan materialnya untuk menipu dan menjerat kita  manusia. Jangan  sampai, kita ditolak siapapun karena telah  bertransformasi menjadi  “Manusia setengah Iblis” dengan semua kebusukan  yang berakar dari  kemunafikan itu.
Masyarakat Indonesia bertakwa  pada Tuhan  Yang Maha Esa, bangga mengembangkan budaya kejujuran dan  cinta kasih.  Semoga memang demikian adanya. Semoga.
Sumber : http://blogdiannoviany.blogspot.com/2010/11/munafik.html
Pernahkah Anda Munafik?
Peace dove strapped with dynamite
Menurut  Wikipedia, Kemunafikan (Hypocrisy) adalah perilaku  mengakui/menganggap  memiliki keyakinan, perasaan, moral atau nilai-nilai  yang sebenarnya  tidak dimiliki atau dipraktekkan. Menurut kamus  Webster, Hypocrite  adalah seseorang yang mengaku memiliki nilai-nilai,  moral atau  keyakinan, tetapi sebenarnya tidak punya dan tindakannya  bertolak  belakang dengan apa yang dinyatakan di publik dalam kehidupan  prbadi,  opini dan pernyataannya. Jadi ada perbedaan antara teori dan   prakteknya. Membenarkan tindakan/perilaku seseorang sementara   menyalahkan orang lain yang memiliki hak dan kedudukan yang sama juga   termasuk dalam definisi Kemunafikan, namun ada istilah lain yang cocok   untuk hal ini yaitu Standar Ganda (double standard).
Banyak  sekali contoh tindakan munafik dalam kehidupan kita sehari-hari.   Paling banyak adalah bentuk kemunafikan yang standar ganda. Contoh   perbedaan antara munafik dan turunannya yaitu standar ganda kira-kira   gini: Seorang pemuka di masyarakat, yang sering berkhotbah tentang   moral, ngomong keadilan (minjem syair "Bento" nih), tapi korupsi atau   jadi pembalak liar misalnya, dan berperilaku kayak nggak ada-apa dari   mimik wajahnya, adalah munafik sejati. Sulitnya jika hasil korupsinya   itu diamalkan untuk fakir miskin layaknya Robin Hood. Apapun embel-embel   penilaiannya, ini sudah termasuk standar ganda.
Diperbolehkannya  lelaki untuk memiliki banyak istri sedangkan wanita  tidak boleh punya  banyak suami juga termasuk standar ganda. Counter  argumen hal ini  adalah bila persamaan derajat gender itu murni 100%  dilakukan, tentu  poligami dan poliandri duduk sejajar yang artinya kalau  poligami boleh,  poliandri juga harus boleh, dan begitu juga sebaliknya.  Adakalanya  wanita "boleh" menampar pria yang kurang ajar terhadapnya  sementara  pria jika mendapat perlakuan yang sama tidak pernah menampar  wanita  yang genit terhadapnya, pun termasuk standar ganda mengingat  prinsip  diatas dengan segenap penjelasan feminismenya.
Seorang  lelaki yang memiliki banyak pacar akan mendapat cap "Playboy",  tapi  jika hal yang sama terjadi pada perempuan jenis kata-kata predikat   negatif lebih banyak dikenakan seperti "perek", atau "kegatelan" atau   yang paling anyar "jablay", daripada dicap "Playgirl" misalnya. Ini   termasuk standar ganda.
Profesi politikus dan pengacara  adalah profesi yang menuntut kemunafikan  dan kepintaran memilih  kata-kata untuk menyatakan pendapatnya. Disatu  saat mereka harus bilang  A disaat lain harus bisa bilang B demi tujuan  masing-masing walaupun  tahu mana yang benar-baik.
Yang paling sulit jika  kemunafikan dilakukan secara beramai-ramai.  Kelompok Dodol Duren  misalnya bilang kalo dodol Duren itu yang paling  enak, kelompok Dodol  Garut bilang dodol Garut yang paling enak.  Dua-duanya punya argumen  bahkan ayat-ayat dari primbon Perdodolan untuk  mendukung pendapatnya.  Ini adalah hal sulit mengingat banyak orang yang  berpendapat bahwa  makin banyak orang berpendapat sama maka semakin  mendekati kebenaran.  Bagi mereka yang sadar akan kontradiksi ini akibat  proses pembodohan  massal yang sedang terjadi, tentu cuma bisa  nyengir-nyengir dan apabila  diam saja, maka dapat disebut munafik karena  mengetahui kebenaran tapi  mengabaikan nilai kejujuran dan membiarkan  hal itu terus berlangsung.
Munafikisme  Setiap orang (termasuk saya :P) pasti pernah bertindak  munafik.  Mungkin sama banyaknya dengan berbohong. Antara bohong dengan  munafik  apa bedanya? Munafik lebih banyak menyoroti tindakan daripada   perkataan.
Man speaking with peace dove
Menurut 
www.hardcoretruth.com, ada 4 Tipe kemunafikan:
-  Munafik Jujur Keluar :  Tindakan bertolak belakang dengan  pendapat/pernyataannya. Walaupun,  apa yang dilakukan itu konsisten  dengan pendapatnya, ini tetap  menjadikan mereka munafik karena tidak  benar-benar diyakini. Mereka  memiliki keyakinan kuat akan pendapat  mereka sendiri namun tidak selalu  mengikutinya.
- Munafik Tidak Jujur Keluar :  Tindakan bertolak belakang dengan  pendapat/pernyataannya yang tidak  konsisten dengan apa yang diyakini.  Mereka sering lemah dalam apa yang  diyakini dan memungkinkan mereka  menjadi jujur buat diri sendiri dalam  hatinya.
- Munafik Jujur Kedalam : Tindakan  bertolak belakang dengan  pendapat/pernyataannya. Keyakinan mereka  konstan walaupun tindakannya  berbeda. Mereka jujur pada diri sendiri  dan berusaha untuk menyesuaikan  keyakinannya dengan keinginan pribadi,  tindakan atau kekurangan mereka.
- Munafik Tidak Jujur Kedalam :  Tindakan sejalan dengan yang  dinyatakan, walaupun tidak diyakininya.  Mereka sering berperilaku  "menjilat" dengan keyakinan diri rendah. 
Contoh  jeleknya mungkin, misalnya seorang Perokok. Dia sudah tahu efek  buruk  dari merokok dan menyetujui bahkan menyuruh orang berhenti  merokok,  tetapi masih merokok hal ini sudah menjadikannya munafik. Jika  ia tidak  yakin dengan larangan pemerintah yang tertera dan berpendapat  "aah gak  apa-apa, makan permenpun bisa bikin kanker" misalnya, tapi   kadang-kadang ragu juga hal ini termasuk tipe yang pertama. Yang tipe   kedua mungkin lebih "lembek" dan berpendapat "ada benarnya saya   berhenti". Yang tipe ketiga boleh jadi setuju/tidak dengan efek buruk   merokok, dan berusaha mengurangi misalnya, yang tipe keempat menyakini   efek buruk merokok tapi tetap merokok untuk menyenangkan temannya   misalnya. Untuk persoalan lain tinggal ganti variabel "rokok" berserta   alasannya dengan masalah lain.
Apapun tipe-tipe munafik  dari terjemahannya yang kacau diatas ada satu  hal yang perlu  digarisbawahi : Adalah baik untuk tidak menjadi munafik  dan harus  berusaha mencapainya sebaik mungkin, tapi jika iya, saya lebih  baik  menjadi munafik yang jujur, daripada berbohong mengenai   ketidaksempurnaan diri saya.
Sumber : http://www.indonesiaindonesia.com/f/37261-pernahkah-munafik/
Sumber lainnya :  http://taimullah.wordpress.com/2010/07/28/munafik-macam-dan-pembagiannya/
  Wallahu   a’lam bish-shawabi... (hanya                                                                                                                                                                                                                                                                                 Allah                                                               yang                              Mahatahu                                                                                   Kebenarannya)
Wallahu   a’lam bish-shawabi... (hanya                                                                                                                                                                                                                                                                                 Allah                                                               yang                              Mahatahu                                                                                   Kebenarannya)
Catatan                        ini       kami        tujukan    untuk      kami    pada               khususnya
dan                 untuk      semua             pembaca   pada             umumnya...
Jika                                                                                                                                          terjadi                                                            kesalahan                                        dan                                       kekurangan                                   disana-sini                                                       dalam                                                           catatan                                                                                                              ini...
Itu                                                                hanyalah                      dari                                                                 kami...
dan                                                                                     kepada                            Allah                        SWT.,                                              kami                                     mohon                                                                      ampunan...
Semoga                                                                                                                    Allah                            SWT.                                                                        memberi                                                                    kekuatan                                         untuk                                          kita                                                              amalkan...       Amin
Wassalam...
Semoga                                                                                                                                                                                                                                                                                 Bermanfaat             dan                          bisa                   kita                             ambil                                                                                                           hikmahnya...     Amin
Silahkan
 COPY atau                                             
SHARE ke                                                                              rekan                                             anda                                                                   jika                                                                     menurut                                            anda                             notes                          ini                                                                           bermanfaat...
Catatan          : 
Lampirkan                 sumbernya  ya...         
Syukron