Laman

Kamis, 24 Februari 2011

Tahapan Sang Pejalan

Pendahuluan

Kita sebagai pejalan harus memahami saling hubungan antara Tuhan, kosmos, dan kita sebagai manusia.
Ibn ‘Arabi menggambarkan bahwa dunia adalah sesuatu yang mengalir dan selalu mengalami perubahan, dapat dijelaskan secara verbal tetapi juga hanya dapat diimajinasikan — segala sesuatu menjadi ‘apa’ dan hanya merupakan gambaran dari sebuah realitas yang lebih tinggi.

Realitas seperti apa yang seharusnya dihasilkan dari kita? Yaitu menjadi al-Muqorrobuun dengan mengikuti tradisi para nabi yang juga para orang suci lainnya praktekkan. Isra’ Mikraj Nabi Muhammad saw., dimulai dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsho di Yerusalem, lalu Rasulullaah saw. di bawa mikraj menuju planet-planet dan apa-apa yang berada di baliknya — untuk “berada di dalam dua anak panah atau mendekati Allah”. Rasulullaah Muhammad saw. bertemu Nabi Adam as. di Bulan, Nabi Isa as di Planet Merkurius, Nabi Yusuf di Planet Venus, Nabi Idris as di Matahari, Nabi Harun as di Planet Mars, Nabi Musa as di Planet Jupiter, dan Nabi Ibrahim as di Planet Saturnus.

Qs. 17 : 1
“Subhaanallaah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah as-Samii’ul Bashiir.”

Qs. 53 : 1 – 17
  1. Demi bintang (an-najm) ketika terbenam (hawa).
  2. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.
  3. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan al-hawa nafsunya.
  4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
  5. yang diajarkan (‘allam) kepadanya oleh a-Quwwah.
  6. yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.
  7. sedang dia berada di ufuk yang tinggi.
  8. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi.
  9. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).
  10. Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.
  11. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.
  12. Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?
  13. Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
  14. (yaitu) di Sidratil Muntaha.
  15. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
  16. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
  17. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.


Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.

Puisi Ibn ‘Arabi:
“Aku akan menjawab pertanyaanmu, wahai, Teman dan Majelis karibku, sadari perjalanan menuju Allah ta’ala dan kedatangan Kehadiran dan Kembali-Nya, melalui-Nya dan dari-Nya menuju ciptaan-Nya, tanpa keterpisahan. Sifat dari perjalanan Menuju-Nya, yang, merupakan syarat bagi pejalan adalah mendengarkan apa-apa yang dikatakan-Nya. Sifat dari pertaubatan adalah menghadirkan-Nya dan menyerap-Nya.”

Ragam Karakter Sang Pejalan (dari – hingga), digambarkan Ibn Arabi sebagai berikut:

1) Dari yang melaksanakan syariat dengan proporsional hingga acuh tak acuh
2) Dari yang memiliki keteguhan hati hingga tidak
3) Dari yang memiliki spiritualitas yang kuat hingga lemah
4) Dari yang berjuang dengan kuat mencapai ahwaal tertentu hingga menyimpang
5) Dari yang memiliki tujuan yang benar dalam berjalan hingga tidak

Beberapa pejalan memiliki semua karakter positif, pejalan lain memiliki karakter antara keduanya. Sang Guru harus mampu membaca diri tiap muridnya dan mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menguji atau memberikan pelajaran kepada muridnya sehingga apa-apa yang diberikan memiliki kemungkinan untuk mencapai sasaran.

Karena kita sedang hidup di dunia, maka ada beberapa hal yang kita harus fokus terkait dengannya, yaitu masalah pertanggungjawaban, ujian, dan amal. Segala sesuatu tercipta memiliki haqq, dan haqq ini memiliki sebuah dimensi normatif. Sifat dari segala ciptaan tergantung sepenuhnya pada manusia – apakah kita mampu mempergunakan segalanya dengan haqq atau tidak. Apa-apa yang kita gunakan akan menuntut pertanggungjawaban kita, Inilah – dunia – tempat Allah menguji kita, dan merupakan tempat yang disesuaikan dengan rancangan tugas dan pekerjaan kita. Adanya hal yang menjadi fokus itulah maka kita membutuhkan sumber pengetahuan.

Pengetahuan diperoleh dengan perjuangan sehingga pada level ini memungkinkan kita untuk terus-menerus mendekat kepada-Nya.

“Terbaik bagimu jika engkau mampu berkontemplasi, merasa terus dekat kepada-Nya pada saat kau bekerja dengan lahirmu dan pada waktu yang bersamaan kau sedang menerima pengetahuan tentang Tuhan dalam bathinmu.” Kuncinya adalah menyerap Allah.

“Hanya hati yang tiada Tuhan selain Allah lah yang mampu memasuki kehadiran al-Haqq dan menjadi qariib dengan-Nya.”
Kepadamu diserahkan banyak jubah dari setiap tahapan perjalananmu.

Kau membuat jalanmu dengan berjalan. Tujuan setiap pejalan tergantung pada jalan yang kau tapaki.

Untuk melampaui semua tahap atau level perjalanan, adalah dengan jalan pertaubatan. Setiap pengetahuan harus membawamu kepada rasa pengabdian kepada-Nya.

A.  TUGAS AWAL YANG HARUS DILAKUKAN SETIAP PEJALAN
  1. Tugas pertamamu adalah : mencari pengetahuan yang akan membasuh dosamu, mengokohkan ibadahmu, menguatkan pengendalian dirimu, dan menumbuhkan rasa hormatmu kepada sesama. Itulah pintu pertama sebuah perjalanan, dan kau tidak dituntut untuk mencari lebih daripada itu. 
  2. Lalu mulai bekerja dengan apa yang ada di tangan 
  3. Penuhi etika 
  4. Disiplin, ketat mengikuti syariat/ aturan/ etika 
  5. Penuh keyakinan akan-Nya. Pada fase “keyakinan akan-Nya”, empat keajaiban akan mendatangimu. Empat keajaiban itu merupakan tanda dan bukti dari pencapaian tingkat pertama keyakinanmu akan-Nya.

Berikut empat keajaiban:
1. Melintasi belahan bumi manapun
2. Berjalan di atas air
3. Melintasi udara
4. Diberi makan oleh alam semesta tanpa usaha darimu

Setelah itu, pelbagai hal menakjubkan mendatangimu secara rutin hingga matimu.
Disiplin spiritual merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan sebelum memasuki latihan sebenarnya. Setiap pejalan membutuhkan latihan untuk memperbaiki karakter, memperbaiki kelalaian, dan memiliki rasa malu yang kuat.
“Bersibukrialah memperbaiki bathinmu dan jangan ‘berteriak-teriak’ di lahir. Tetapkanlah dirimu dengan mendzikiri-Nya dengan dzikir apapun.”

Sadarilah wahammu. Waspadai makan – minummu. Laksanakan syariat sesuai proporsimu. Bedakanlah bisikan kebaikan dengan kejahatan. Setiap bisikan kebaikan akan diikuti dengan hati yang tenang dan kepuasan bathin, dan akan menambah pengetahuanmu. Lindungi dirimu dengan mendzikiri-Nya. Katakan permohonan-Mu kepada-Nya, dan bersiaplah akan ujian terhadap maksud permohonanmu.

B. MIKRAJ
1.  Membuka selubung dunia sensoris.
Terima, tapi jangan tetap berada dalam level ini; lanjutkan perjalanan.

2. Membuka selubung dunia imajinal.
Di dalam level dunia imajinal, ide-ide abstrak menjelma ke dalam bentuk-bentuk dunia sensoris. Contoh, pada suatu ketika engkau ditawarkan untuk minum; pilihlah air. Jika tidak ada air, maka pilihlah susu.Jika ditawarkan keduanya, campurlah keduanya.Jika madu yang ditawarkan,minumlah. Jika khamr yang ditawarkan, waspadalah hingga dicampur dengan air hujan. Dunia imajinal merupakan level “antara” (barzakh, sebuah isthmus, area pengantara). Terimalah, tapi tetap jangan tinggal pada level ini; lanjutkan perjalanan.

3. Membuka selubung dunia makna-makna tersamar:
  • Allah akan memperlihatkanmu rahasia-rahasia yang berasal dari dunia mineral Bahaya dan manfaat setiap batu. Jangan terpikat dengan dunia ini. Jika engkau meneruskan perjalananmu dan tetap menetapi berdzikir kepada-Nya, maka Dia SWT. Akan membebaskanmu dari dunia mineral dan membukakan selubung dunia tanaman.- Selama keterbukaan awalnya, biarkan mineral memberikan manfaat panas dan lembabnya kepadamu.
  • Allah akan memperlihatkanmu rahasia-rahasia yang berasal dari dunia tanaman. Kepadamu akan dibukakan bahaya dan manfaat setiap tanaman berwarna hijau. Dan teruskanlah perjalanan dengan mendzikiri-Nya.
  • Allah akan memperlihatkanmu rahasia-rahasia yang berasal dari dunia hewan. Para hewan akan memberikan salaam kepadamu dan memberitahumu bahaya dan manfaat mereka dan betapa mereka memuliakan dan memujimu. Jika engkau tetap mendzikiri-Nya, maka kau akan ketahui bahwa itu merupakan imajinasi. Jika engkau berhasil menyaksikan macam dzikir mereka, maka itulah kebenaran. Mikraj semacam ini merupakan mikraj yang menghancurkan aturan dari shifaat, dan keadaan penghancuran tersebut akan senantiasa mengiringimu ketika berada dalam dunia ini. Keluarlah dari dunia ini untuk menuju dunia berikutnya.
  • Mengembangkan kekuatan hidupmu menjadi kehidupan. Dia pun akan mengembangkan kekuatan hidupmu menjadi kehidupan, dan apapun pengaruh yang datang selalu bersesuaian dengan kehidupanmu, dan keyakinanmu kepada-Nya semakin mantap.
  • Jika kau tidak berhenti sampai di atas, maka Dia akan memperlihatkan bagimu ‘tanda-tanda yang terbaca’. Barangkali, pada level ini engkau kerap ketakutan karena mengetahui maksud pertanda yang datang.
  • Selanjutnya cahaya-cahaya kecil berpencaran/ kilatan cahaya bagai percikan bunga api akan terlihat. Teruslah berdzikir, jangan tinggal dalam level ini; lanjutkan perjalanan.
  • Lalu akan tampak bagimu cahaya ketauhidan dan bentuk keteraturan dari alam semesta raya. Engkau akan melihat kehadiran Tuhan dalam segala bentuk ciptaan. Di sini, pejalan akan mengetahui hakikat wujuud hubungan haqq dengan khalq. Perbedaan keduanya terlihat dalam hakikat yang menyatukan.
  • Adab-adab yang tepat benar pun akan mulai menjadi bagian dari dirimu, dimana engkau semakin dikokohkan dalam perjalananmu di Dalam Kehadiran Illaahiyyah. Selanjutnya, perjalanan mendapatkan hasilnya, yaitu termanifesnya Asma Illaahi pada seseorang. Pada level ini, qalb sudah dijaga oleh Allah, dan di dalamnya pengetahuan-pengetahuan selalu bermunculan dalam bentuk lingkaran, bukan garis lurus. Pengetahuan tersebut berguna bagi pejalan untuk memasuki dan menerima Kehadiran Allah.

Semua mikraj tersebut, diperoleh dengan jalan pembersihan – sebuah jalan pembersihan atau persiapan mikraj untuk menerima apa-apa yang harus diterima. Tetapi, apa yang akan engkau terima dan apa yang akan engkau ketahui ketika ka uterus berjalan Menuju-Nya?

4. Pengetahuan (‘Ilm) Apa yang Menunggumu dalam Kehadiran Illaahi?
Perjalanan terus berlanjut, bahkan ketika seseorang sudah berada di dalam Kehadiran Illaahi. Hikmah ayat-ayat al-Quran pun terbuka.
  • Pengetahuan tentang Tingkat Kebenaran ilmu-ilmu spekulatif dan lainnya. Pada level ini, Dia membukakan bagimu tingkat kebenaran ilmu-ilmu spekulatif, ide-ide yang bersifat integral, dan jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit dengan pengertian yang ambigu. Dia membukakan perbedaan antara jawaban yang hanya berdasar praduga/ asumsi/ prasangka dan pengetahuan haqq, kemunculan pelbagai kemungkinan asumsi antara dunia ruh dan dunia fisik, penyebab dari kemunculan (asal mula) sesuatu, menyatunya rahasia Illaahiyyah ke dalam pengetahuan pejalan, dan penyebab ‘menyerahnya’ dunia baik melalui usaha maupun dengan cara lain – dan hal-hal lain terkait. Apakah hadiah-hadiah pengetahuan pertama yang diperoleh? Bukanlah semacam pengetahuan logika – rasional, melainkan pengetahuan yang berada dalam dunia ‘aql, dunia imajinal, dan dunia sensori, yang, merupakan pembelajaran besar; seperti pemahaman tentang Hadits Qudsi, “Rahmat-Ku melebihi azab-Ku.” Para ulama mampu melihat bagaimana Tangan Tuhan bekerja dalam setiap desah nafasnya, dan merupakan bekal untuk terus melanjutkan perjalanan.
  • Penyingkapan Bentuk dan Keindahan. Dia membukakan bagimu dunia bentuk beserta hiasannya dan keindahan, bentuk-bentuk suci yang tepat bagi ‘aql untuk tinggal, hal-hal vital yang hidup dari keindahan bentuk dan harmoni, dan pelimpahan ketenangan dan kelembutan serta cinta kasih sayang dalam setiap bentuk.

Sumber-sumber Dasar Pengetahuan:
  1. Sumber-sumber nubuwwah
  2. Penyelidikan/ sumber-sumber/ data-data yang diperoleh dengan jalan berpikir rasional
  3. Ketersingkapan/ petunjuk/ inspirasi Illaahi

Sumber pengetahuan terkuat adalah sumber-sumber nubuwwah, dan kita membutuhkan sumber-sumber rasional dan ketersingkapan untuk melengkapi pengetahuan yang diperoleh dari sumber-sumber nubuwwah. Ibn ‘Arabi menyebutkan ada dua kategori dari Asmaul Husna, yang dihubungan dengan Dua Tangan Illaahi.

1. Tangan Kiri.
Tangan kiri cenderung bersifat penyebaran, kebodohan, dan kegelapan; Mengingatkan bahwa kita tidak mengenal Tuhan jika bukan Dia Sendiri Yang mengenalkan Diri-Nya kepada kita (tanzih) – menekankan Dia Yang tiada bandingan-Nya, sehingga, sumber-sumber rasional dalam hal ini terbatas untuk memahami Dia.

2. Tangan Kanan.
Tangan kanan cenderung bersifat penyatuan dan kesadaran diri – menekankan apa-apa yang mengalir (tashbih). Contoh manifestasi Tangan Kiri dan Tangan akan tampak pada para quthb.
  • Tingkatan Quthb; maqom tertinggi dari tingkatan maqom para sufi dan seseorang akan mampu untuk melihat hakikatnya dan rahmat Allah yang mengalir di dalamnya. Maksud Quthb di sini adalah maqom tertinggi dari hirarki kesufian. Sang quthb adalah orang yang langsung bertanggung jawab atas kesejahteraan dunia bathin. Dari dunia Tangan Kiri . Tangan Kanan menggambarkan rahmat dan penyatuan, sementara Tangan Kiri menggambarkan hukuman dan perpisahan. Dari maqom quthb, terbukti bahwa Tangan Kanan merupakan tempat dari qalb berada.
Kewajiban Quthb kepada para pejalan:
  1. Memberikan hikmah-hikmah Illaahiyyah dan kekuatan untuk menerimanya dan kemampuan untuk menyampaikan hikmah-hikmah tersebut dengan cara yang bijaksana,
  2. Memberikan kekuatan dari simbol-simbol dan sebuah pandangan yang menyeluruh, dan kekuasaan terhadap yang gaib maupun yang lahir.
  3. Mengharmonisasi kedua hal di atas
  4. Memberikan pemahaman tentang perbedaan tanzih dan tashbih
  5. Memberikan pandangan tentang keabadian sebenarnya dan pergerakan keabadian dalam fana
  • Pengetahuan dari aneka Perbedaan/ Keunikan dan hal yang menyatukannya. Dia membukakan bagimu kebenaran dan kesalahan dari hal kegelisahan, kemarahan, dan obsesi. Dasar dari kemunculan tiga hal itu berbeda, yaitu memiliki bentuk-bentuk yang bervariasi dengan pertentangan dan tingkat kebencian yang berbeda satu dengan lainnya. Engkau akan terlibat dengan kecemburuan dan penyingkapan al-Haqq sebelum menemukan Wajah Sempurna-Nya. Pada level ini, kau akan melihat kebenaran-kebenaran dari aneka pemikiran spekulatif,aneka sekolah tuhan (thariqah, atau bentuk ‘sekolah’ lainnya), dan tradisi-tradisi tertentu, di samping pengetahuan-pengetahuan yang sudah engkau ketahui suci dan benar. Semuanya tampak indah bagimu. Setiap maqom memberikan salam hormat dan takzim kepadamu. Kau pun mengetahui tingkatan dari Kehadiran Illaahiyyah dan setiap orang mencintaimu karena haqiqat jiwamu. Hati-hati, engkau bukanlah tuhan, dan jika engkau terkagum-kagum terpesona pada level ini, maka kau pun akan berhenti berjalan. Dalam setiap maqom, sang pejalan harus terus menerus menyadari apa-apa yang sedang dicapainya dan jebakan di dalamnya, juga harus selalu berusaha mencapai kesadaran akan Tuhan sebenarnya. Maqom yang tinggi benar-benar bisa menjadi berbahaya.
  • Pengetahuan akan hal keagungan, sakinah, dan keteguhan hati. Pada level ini, kau akan mengetahui tipu daya (maker), enigma, dan rahasia-rahasia, serta hal-hal lain terkait.
  • Kebingungan, tiada harapan, ketakberdayaan. Inilah langit tertinggi.
  • Melihat hakikat Surga dan Neraka. Dia membukakan bagimu amal-amal yang dapat membawamu ke surga atau neraka.
  • Pengetahuan akan Rasa Ekstasi, Cahaya dan Pandangan-Nya, Bentuk-bentuk asli jiwa para manusia. Rasa Ekstasi: Dia akan membukakan salah satu tempat suci ruh-ruh terserap dalam Pandangan Illaahiyyah. Di sini mereka ‘mabuk’ dan ‘sangat kebingungan’. Kekuatan ekstasi telah menaklukkan mereka dan mereka pun mengajakmu turut serta. Cahaya dan Penglihatan: Sebuah cahaya terbuka, yang menyebabkan tiada yang engkau lihat selain dirimu sendiri. Keterpesonaan luar biasa dan cinta begitu dalam telah menguasaimu, dan di dalamnya kau memandang seperti pandangan Allah, yang, belum pernah kau rasakan sebelumnya: semua yang kau lihat tampak kecil dank au berayun-ayun bagai sebuah lampu gantungan.temukan pandangan-Nya yang belum pernah kau rasakan sebelumnya. Bentuk-bentuk asli Jiwa para manusia: Hijab-hijab diangkat dan hijab-hijab diturunkan. Mereka bertasbih dengan tasbih yang engkau kenali, dan kau menjadi lemah tak berdaya; tersungkur. Kau melihat bentuk mu di antara merka, dan melalui semua itulah kau mengenali kembali saat-saat dan waktu-waktu yang pernah engkau alami.
  • Melihat ‘Arsy Sang Maha Pengasih. Jika engkau menyadari semua pencapaian, dan berlalu untuk terus melanjutkan perjalanan, maka engkau akan melihat semua yang kau ketahui di dalam level ini, dan terlepas dari semua itu: tiada satu alam atau satu haqiqat pun yang tertinggal dari penyaksian dan pembuktianmu. Carilah dirimu dalam segala sesuatunya. Jika kau berjalan dengan tepat benar, maka kau akan menemukan tujuan dan tempat, serta batas dari maqommu, dan porsi asma Illaahiyyah yang ada dalam dirimu – itulah keunikanmu. Teruslah berjalan, dan jangan pernah berhenti.
  • Pengetahuan akan Pena dan Penggerak Pena. Pena merupakan prinsip kreatif pertama. Dinyatakan oleh Ibn ‘Arabi sebagai “Tuan dan Guru dari setiap sesuatunya”. Pada level inilah pejalan pejalan menerima rasa kreasi dari setiap penciptaan – sebuah rasa ketika Pena menulis sebuah kisah, yang merupakan penciptaan keseluruhan ciptaan-Nya. Allah membukakan Penggerak Pena, Tangan Kanan al-Haqq dengan maksud untuk memberikan pemahaman kepada sang pejalan tentang rancangan dari suatu penciptaan; dan melihat akibat ilmiah dari suatu penyebab. Lebih jauh, untuk melihat keahadiyyahan-Nya dalam penciptaan dunia, sebagai ekspresi ar-Rahmaan dan ar-Rahiim-Nya.
  •  Fana: “Engkau pun musnah, ‘gila’, ‘lupa’, lenyap, hancur.”.  Beberapa pejalan terhenti pada level ini. Ada beberapa level fana: [1]. Sering mengucapkan perkataan-perkataan tertentu dengan penuh luapan kegembiraan. Mereka tidaklah sebenar fana. [2]. Memanifestasikan rasa Uluuhiyyah (rasa keTuhanan), terserap dalam Allah. Inilah level fana para orang suci dan nabi. Mereka memperoleh pengetahuan dengan tidak cara belajar, berperilaku, intuisi, dan kemampuan melihat dunia sensori. Perbedaan Orang-orang yang didakwahi Orang Suci dan Para Nabi: Para orang suci mendakwahi mereka yang mengikuti mereka. Mereka berbicara dari belakang hijab para nabi. Sementara para nabi mendakwahi siapapun, dan berbicara tanpa sebuah hijab.
  • Rasa abadi: “Wujudmu pun menjadi nyata, memiliki wujud (wujud kedua), hadir sebenarnya.”. Jika engkau terus berjalan, tidak berhenti pada level fana bi-Allah, maka kau akan menjadi nyata, diwujudkan, dihadirkan, dan ditugaskan pada misi hidupmu.

Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat

Sumber : http://dwiafrianti.wordpress.com/category/muhyiiddiin-ibn-arabi/


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Catatan ini kami tujukan untuk kami pada khususnya
dan untuk semua pembaca pada umumnya...
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan... Amin
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... Amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan sumbernya ya... Syukron

Tidak ada komentar:

Posting Komentar