Laman

Minggu, 20 Maret 2011

[hikmah] belajar menjadi seseorang yang dipimpin, bukan hanya ingin memimpin

“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan sesuai apa yang diniatkan, barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang akan didapatkan atau wanita yang akan dinikahi maka hijrahnya sesuai dengan apa yang dia niatkan.”(HR. Bukhari Muslim)


Kamu tau? Membahas tentang bagaimana kita harus belajar menjadi seorang pemimpin pasti sudah diungkapkan oleh banyak orang. Bahwa seorang pemimpin harus mempu mengenai ZOA (zone of Acceptent atau daerah “penerimaan” dimana seseorang merasa tidak keberatan untuk melakukan sesuatu), pemimpin yang mampu memberikan kesempatan berupa Self Control ( kepercayaan bahwa seseorang mampu melakukan sesuatu dan menyelesaikan tugas dengan kemampuan yang dimilikinya) dan juga banyak lagi skill yang harus dimiliki sebagai seorang pemimpin. Tapi pernahkan kita juga belajar menjadi seseorang yang dipimpin? Memberikan kesempatan kepada oranglain mengembangkan ide dan juga kreatifitas yang mereka miliki. Toh, perasaan bangga, puas dan juga ingin diakui bukan hanya milik kita sendiri bukan?. Ternyata menjadi seseorang yang dipimpinpun perlu dipelajari dan tidak semua orang mampu dan juga mau untuk bisa melakukannya.

Hal ini benar benar saya rasakan diITB. Bergaul bersama orang orang yang”hebat”. Orang orang yang pertamakali memasuki kampus dengan semboyan” Selamat datang putra putri terbaik bangsa”. Orang orang yang juga memiliki visi jauh kedapan. Mungkin kebanyakan dari mereka atau juga kita mempelajari dengan baik bagaimana caranya menjadi seorang pemimpin. Bagaimana caranya menjadi seseorang yang mampu mengatur orang lain. Jika terus menerus merasa dan juga terbisaa dengan  pola demikian, maka saat kita berada dalam posisi orang yang harus dipimpin oleh oranglain hanya akan membuat kita merasa tertekan. Merasa bahwa semua ide dan juga kreatifitas yang dicetuskan oleh orang lain hanyalah hal hal kecil yang tidak jauh lebih hebat dari apa yang mampu kita lakukan. Hingga pada akhirnya semua argument yang kita keluarkan hanya akan”menjatuhkan” pendapat orang lain. Jarang sekali “meng-iya” kan dan juga mendukung gagasan yang dirasa kurang oleh diri kita sendiri.

 Jika hal ini terus berkembang, bagaimana mungkin orang lain juga akan merasa nyaman untuk berada di dekat kita. Merasa percaya dan safe saat menjadikan kita partner untuk bisa bertukar pendapat dan juga bersosialisasi.

Salah satu dosen matakuliah MPD (manajeman potensi diri) yang juga seorang psikolog mengatakan bahwa “jika seseorang selalu merasa benar akan dirinya. Selalu mengaggap bahwa ide dan kreatifitas yang dikembangkan oranglain tidak lebih baik dari apa yang mampu dilakukan dirinya sendiri maka sesungguhnya orang itu sedang sakit”. Tuhan itu maha besar, menciptakan manusia dengan banyak kelebihan. Jangan sampai perasaan-perasaan”menyepelekan” orang lain membuat kita termasuk kedalam orang orang yang” mengecilkan kebesaran Allah”. Naudzubillah.

Jika memang merasa benar dan ingin memperjuangkan sesuatu maka perjuangkanlah dengan cara cara yang baik. Dengan tutur kata yang baik, dengan sebuah kepercayaan jika kita mampu saling berbagi dan bergerak bersama dalam membuat seseuatu lebih baik dengan pahala yang jauh lebih besar. Memang ada saat saat dimana kita harus Agresif dalam memenuhi ambisi kita sendiri, tapi lebih banyak saat dimana kita harus belajar mengerti, belajar memberi, belajar melepaskan ego yang kita miliki untuk diubah menjadi sebuah keikhlasan. Kemampuan untuk menerima dan juga mendengarkan.  Anggaplah posisi kita saat berada sebagai orang yang dipimpin adalah satu bentuk lain dari “sedekah” dan upaya menyanagkan hati saudara kita sendiri melalui cara yang baik. Semoga bisa member inspirasi…karena dipimpin-pun butuh sebuah pembelajaran.

Sumber : http://sangbintang.wordpress.com/2009/05/06/hikmah-belajar-menjadi-seseseorang-yang-dipimpin-bukan-hanya-ingin-memimpin/


Nabi Muhammad SAW. bersabda,
"Barang siapa yang bertambah ilmunya namun tiada bertambah amalnya Tiada bertambah baginya dengan Allah kecuali bertambah jauh " (HR. Dailami dari Ali).

Nabi Muhammad SAW. juga bersabda,
"Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat."  (HR. Al Baihaqi)


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Catatan ini kami tujukan untuk kami pada khususnya...
dan untuk semua pembaca pada umumnya...
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan... Amin
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... Amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan sumbernya ya... Syukron

Tidak ada komentar:

Posting Komentar