by : Andrie Wongso
Dikisahkan, seorang ibu muda memiliki 2 orang putra. Sayangnya si putra bungsu mengalami pertumbuhan kemampuan berpikir yang lamban, tidak memiliki kecerdasan seperti sang kakak. Jadilah dia anak yang pemalu, rendah diri dan sering dilecehkan oleh teman2 di sekolahnya.
Tugas sebagai ibu merangkap tulang punggung keluarga, membuatnya kelelahan, sehingga kelambanan si bungsu pun sering menjadi sasaran kemarahan dan kejengkelannya. Kata-kata kasar, seperti: "dasar anak bodoh" dan sejenisnya seolah menjadi santapan sehari-hari buat si bungsu.
Ucapan sang ibu maupun ejekan dari teman-teman, meyakinkan si bungsu bahwa dirinya anak yang menyusahkan dan memalukan keluarganya. Kekecewaan terhadap diri sendiri tercermin pada kegiatan yang dilakukan dari hari ke hari. Setiap bangun pagi, saat menatap wajah sendiri dari pantulan kaca cermin, dia memulai kegiatan dengan menyapa diri yang ada di cermin sambil berucap lirih dan sedih, "Si bodoh sedang mencuci muka", "Si bodoh mulai menyikat gigi," "Si bodoh lagi mandi," "Si bodoh berangkat ke sekolah," dan seterusnya.
Waktu terus berjalan …
Diceritakan, sebagai warga negara dewasa, ada wajib militer yang harus dijalani. Maka, si putra bungsu ini pun mendaftar dan mulai mengikuti berbagai tes: tes kesehatan, tes kemampuan fisik, dan tes yang lain. Saat hari pengumuman, dia dipanggil menghadap ke dewan penguji.
"Ah... Aku si bodoh, bisakah lolos tes kali ini?" katanya dalam hati, sambil memasuki ruangan dengan kepala tertunduk. Sungguh tidak diduga sama sekali, hasil tesnya ternyata mendapat pujian tertinggi dari dewan penguji. "Selamat anak muda! Hasil tes Anda luar biasa!! Anda sungguh pemuda yang hebat dan berbakat." Mendapat pujian seperti itu, dia seolah tidak mempercayai telinganya sendiri. Kata-kata dewan penguji adalah penemuan sisi baru dirinya yang tidak diketahui sebelumnya. Suara itu terus bergema di pikirannya, menumbuhkan kebanggaan, memotivasi setiap sikap dan tindakannya yang mencerminkan bahwa dirinya orang hebat dan luar biasa. Mulailah siklus hariannya berubah, "Aku, orang hebat sedang mandi," "Si hebat mencuci muka," "Pemuda berbakat lagi mengosok gigi," dan seterusnya. Kepercayaan diri dan citra dirinya meningkat luar biasa.
Hingga 20 tahun kemudian, si bungsu membuktikan dirinya sebagai salah seorang pengusaha sukses yang disegani, dihormati, dan menerima banyak penghargaan.
Teman2 yang Luar Biasa!
Pola pikir dan keyakinan adalah kekuatan di belakang sistem sukses yang ada di dalam diri kita. Apapun yang kita bayangkan dan kita yakini terus menerus dalam benak kita, pada akhirnya akan terwujud dalam kenyataan. Itulah hukum pikiran universal yang berlaku.
Kalau kita selalu berkata: "Mana mungkin aku bisa sukses?", "Aku sulit berhasil," maka kecenderungan sikap mental seperti itu akan disusul oleh kenyataan berupa kegagalan. Sebaliknya kalau kita berkata pada diri sendiri, "Aku bisa sukses, "Aku mampu," besar kemungkinan kita akan berusaha keras dengan berbagai cara sehingga kesuksesan bisa diraih persis seperti yang diyakini dan kita pikirkan.
Jadi tepat sekali ungkapan yang mengatakan "YOU ARE WHAT U THINK". Anda adalah seperti apa yang Anda pikirkan! Mari, miliki citra diri yang sehat! Miliki keyakinan diri yang mantap!
Mari Becermin
Oleh : Deden Zaenal Muttaqien
Saya kira, anda, saya, dan kebanyakan kita sering bercermin. Berapa kali dan di mana kita bercermin, saya kira tak lagi terbilang jumlah dan tempatnya.
Bercermin adalah kegiatan yang sederhana. Setiap orang bisa melakukannya kapan dan di mana pun berada. Karena bercermin berarti melihat diri sediri melalui cermin. Namun, kegiatan yang sederhana ini memiliki manfaat yang luar biasa. Dengan becermin, kita akan tahu apa yang kurang dari penampilan kita.
Tapi, pernahkah hati kita becermin? Kita lebih mengutamakan merapikan pakaian, menyisir rambut, make-up, dan lain sebagainya. Tapi, pernahkah kita merapikan sikap ikhlas kita, amal kita, dan penampilan batin kita?
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS Al Hasyr [59]: 18).
Umar bin Khattab mengatakan, “Hasibu anfusakum qobla antuhasabu." (Evaluasilah (hisablah) dirimu sendiri sebelum kalian dihisab (di hadapan Allah kelak)”.
Perkataan Umar tersebut mengajarkan kepada kita untuk terus mengintrospeksi diri, menghitung-hitung amalan kita apakah amal baik melebihi amal jelek kita? Atau malah sebaliknya.
Jika hari ini kita mengalami kegagalan, segeralah introspeksi diri. Barang kali ada langkah-langkah kita yang kurang sempurna. Jika hari ini kita mengalami kerugian, segeralah introspeksi diri. Barang kali ada usaha kita yang terlewat. Jika hari ini kita mengalami penurunan prestasi, segerah introspeksi diri. Barang kali ada waktu luang kita yang terabaikan. Jika hari ini kita mengalami keretakan hubungan, segeralah introspeksi diri. Barang kali ada hak-hak saudara kita yang belum ditunaikan. Jika hari ini kita mempunyai masalah apapun, segeralah introspeksi.
Perhatikanlah terus penampilan batin kita sebagaimana kita memperhatikan penampilan luar kita. Sebaik-baiknya manusia, adalah yang menyiapkan bekal terbaik sebelum menghadap Tuhan-Nya.
Sumber : http://styagreennotes.blogspot.com/search?updated-max=2011-01-12T10%3A38%3A00%2B07%3A00&max-results=7
Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...
Lampirkan sumbernya ya... Syukron
Tidak ada komentar:
Posting Komentar