Beramal Shaleh
Kita hidup di dunia ini diciptakan oleh Allah SWT untuk tunduk beribadah kepada-Nya. Namun demikian, tidak sedikit manusia yang tidak mau tunduk dan patuh kepada-Nya. Hal ini dilakukan oleh manusia karena mereka merasa bahwa kehidupan dunia adalah segala-galanya. Syetan dan iblis telah membutakan mata dan hati mereka, sehingga mereka selalu berpaling dari ajaran Allah SWT. Masalah ketundukan beribadah ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran dan oleh Rasulullah SAW. Hal ini seperti yang tertuang dalam Al-Quran surat Adz-Dzariat: 56 ;
Jin dan manusia merupakan dua makhluk Allah yang berbeda. Jin diciptakan dari api, sedangkan manusia dari tanah. Namun, dalam kenyataannya, jin lebih banyak ingkar kepada Allah SWT. Demikian pula dengan manusia. Begitu banyak manusia yang enggan dan bahkan ingkar akan ketentuan Allah SWT tersebut. Dengan berbagai alas an, manusia berusaha mengelak dari kewajiban untuk mengabdi kepada Allah. Bahkan, yang lebih aneh lagi justru manusia menuhankan jin.
Untuk menunjukkan pengabdian kepada AllahSWT dapat dilakukan dengan berbagai hal. Ibadah merupakan hal yang mutlak dilakukan. Disamping itu, hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan berbagai kebaikan. Kebaikan tersebut berhubungan dengan manusia dan kemanusiaan. Beramal shaleh merupakan bentuk ketundukkan yang harus dilakukan oleh manusia.
Kewajiban beramal shaleh tidak hanya bertuju pada laki-laki semata, atau perempuan semata. Kewajiban ini berlaku untuk semua. Laki-laki, perempuan, tua maupun muda, dan sebagainya. Syarat yang harus diperhatikan adalah ia merupakan manusia yang beriman kepada Allah SWT. Hal ini telah di persyaratkan oleh Allah SWT sebagai berikut :
Manusia beriman adalah manusia yang yakin kepada Allah, Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, qadha dan qadhar, malaikat, dan hari kemudian. Hal ini terkenal dengan rukun iman. Lalu, bagaimana dengan orang yang tak beriman. Apakah bila mereka melakukan kegiatan amal shaleh, mereka akan mendapatkan balasan dari Allah SWT ? Sesuai dengan ayat diatas, maka bagi orang yang tak beriman kepada Allah tak akan mendapatkan surga. yang telah dijanjikan oleh-Nya.
Pada surat yang lain, Allah menjanjikan kepada orang Yahudi dan Nasrani, bahwa apabila mereka beramal shaleh, Allah SWT akan memberikan balasan pahala. Syaratnya, tentu mereka harus yakin dulu kepada Allah SWT yang menciptakan mereka. Namun, karena orang Yahudi dan Nasrani sangat sedikit, bahkan tidak ada yang yakin kepada Allah dan rasul-Nya, tentu mereka tidak akan mendapatkan balasan pahala dari Allah, walaupun mereka melakukan perbuatan amal shaleh.
Inilah kemenangan kita orang islam. Keyakinan kita kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Pencipta dan tempat untuk berbakti telah memberikan kemudahan kepada kita bahwa amal sahleh kita akan di terima. Sangat rugilah kita yang melalaikan perbuatan amal shaleh ini. Manusia yang melakukan perbuatan amal shaleh merupakan manusia terbaik yang ada di dunia ini. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Bayyinah ayat 7 sebagai berikut :
Menjadi sebaik-baik makhluk bukanlah mudah. Untuk mendapatkan itu, kita harus memperbanyak perbuatan amal shaleh. Perbuatan amal shaleh yang ringan, tetapi dialukan secara terus menerus merupakan perbuatan yang sangat disukai oleh Allah SWT. Memberikan sedekah, melaksanakan puasa sunat, mengerjakan sholat sunat, atau perbuatan lainnya yang dilakukan secara terus menerus merupakan hal yang sangat baik.
Mulai dari sekarang mari kita perbanyak amal shaleh. Mengerjakan sholat berjamaah, tadarus Al-Quran, berzikir, bersedekah, bersilaturrahmi, atau perbuatan lainnya. Semua itu merupakan bekal bagi kita di akhirat kelak. Semua perbuatan baik yang merupakan amal shaleh pasti akan mendapat balasan dari Allah SWT. Balasan tersebut adalah surga yang selalu kita rindukan. Menarik bukan ?
Dalam surat Al-Quran Allah SWT menegaskan bahwa bagi manusia yang mengerjakan amal shaleh dijanjikan surga And yang mengalir sungai-sungai dibawahnya.
Berminat? Segeralah berbuat amal kebajikan. Allah SWT menyediakan surga-Nya untuk anda.
Sumber : http://jejaktangan-icai.blogspot.com/2010/10/beramal-shaleh.html
Nilai Perbuatan Baik
Dalam ayat lain, Allah SWT berjanji:
Lalu dalam surat Al-’Ashr, ayat 2 dan 3 juga dinyatakan:
Karena iman itu bisa bertambah dan berkurang, ia bukan sekadar perkara niat yang bersemayam di dalam hati dan sulit diukur (bertambah dan berkurangnya), tetapi konkret dalam amal perbuatan yang bisa diukur, atau muncul dalam bentuk akhlak yang baik. Wujud iman dalam perbuatan mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama melihat hubungan suatu perbuatan dengan pelaku, digerakkan oleh faktor psikologis (niat). Sementara dimensi yang kedua melihat kegunaan suatu perbuatan dalam kehidupan manusia (manfaat).
Karena itu pernyataan bahwa segala sesuatu tergantung dari niatnya, mempunyai pengertian sesuatu yang bermanfaat belum tentu lahir dari niat yang suci murni. Tapi niat yang suci bersih selalu berusaha mewujudkan ahsanu ‘amalan. Hendaklah kiprah kita dalam kehidupan sehari-hari, baik yang bersifat individu (seperti, makan, minum, mencari nafkah, menuntut ilmu dll.) maupun yang bersifat sosial (seperti, menolong orang lain, ikut menanggulangi kebodohan, kemiskinan, melepaskan dari belenggu ketertindasan, dst.), jangan hanya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan asas manfaat, tapi harus dilandasi oleh niat yang tulus ikhlas.
Hanya dengan itu, kita akan terhindar dari gagah-gagahan, megah-megahan, pintar-pintaran, mencari pangkat, kedudukan dan popularitas, serta motivasi-motivasi rendah lainnya yang bersifat materialistis. Sebab iman dan amal saleh seperti yang disebutkan dalam nash-nash Alquran dan As-Sunnah, menunjukkan bahwa niat suatu perbuatan adalah rohnya, dan rohnya amal saleh adalah ikhlas. Allah berfirman:
Sumber : http://lautkubiru.wordpress.com/2009/06/19/nilai-perbuatan-baik/
Amal yang Diterima
Cinta dan semangat saja tak cukup dijadikan modal agar amal diterima Allah SWT. Ada dua syarat yang mutlak harus dipenuhi supaya amal tidak sia-sia di hadapan-Nya.
Ikhlas dan muwafaqah, ibarat dua sisi mata uang, saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Ibnu Katsir saat menafsirkan QS Al Kahfi: 110 menguraikan, ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah SAW merupakan dua rukun amal yang akan diterima. Rukun adalah tiang. Sebuah bangunan akan terwujud manakala kedua tiangnya berdiri tegak. Begitu pula amal, akan diterima ketika dua syaratnya terpenuhi.
Ketika kita beribadah karena ingin mendapat sanjungan sesama, berarti hati kita telah mendua. Dalam kacamata agama, ini dikategorikan sebagai perbuatan syirik yang akan menghalangi diterimanya amal oleh Allah SWT.
Ibnul Qayyim mengibaratkan orang yang beramal tanpa keikhlasan seperti seorang musafir yang mengisi penuh kantongnya dengan pasir. Ia membawanya, tapi tidak mendapatkan manfaat apa pun. Walau secara lahiriah tampak besar dan bagus, bila tak dihiasi dengan keikhlasan, amal apa pun menjadi tak bermakna dalam pandangan Allah SWT. Alhasil, bukannya pahala yang diraih, justru azab yang didapat.
Jangan pula sampai terjadi seperti tiga orang Muslim di hadapan mahkamah Allah SWT kelak. Imam Muslim meriwayatkan, ada seorang mujahid, seorang alim, dan seorang dermawan. Bukan surga yang diperoleh, justru neraka yang didapat ketiganya. Pasalnya, amal yang mereka lakukan hanya untuk mengejar prestise. Yang satu berjuang agar disebut syuhada. Yang kedua menuntut ilmu dan mengajarkannya agar disebut ulama. Dan yang terakhir menginfakkan hartanya agar dinilai sebagai dermawan.
Setelah ikhlas, syarat berikutnya adalah kesesuaian setiap amal dengan tuntunan dalam Alquran dan sunah. Ini mengandung makna, ibadah apa pun yang diperbuat, hendaknya dilandasi oleh ilmu. Beribadah tanpa dasar ilmu, cenderung menjadikan perasaan sebagai standar. Baik buruk bukan diukur oleh dalil, tapi semata-mata menimbang rasa. Alhasil, mudah tergelincir dalam perbuatan bid’ah, mengada-ada dalam urusan ibadah.
Rasulullah SAW bersabda,
Sumber : http://ervakurniawan.wordpress.com/2010/05/18/amal-yang-diterima/
Tanda-Tanda Orang Yang Akan Memperoleh Kebahagiaan
Sumber : http://shifwah.wordpress.com/2010/02/18/tanda-tanda-orang-yang-akan-memperoleh-kebahagiaan/
Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...
Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan.
Wassalam...
Semoga Bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...
Lampirkan sumbernya ya... Syukron
Kita hidup di dunia ini diciptakan oleh Allah SWT untuk tunduk beribadah kepada-Nya. Namun demikian, tidak sedikit manusia yang tidak mau tunduk dan patuh kepada-Nya. Hal ini dilakukan oleh manusia karena mereka merasa bahwa kehidupan dunia adalah segala-galanya. Syetan dan iblis telah membutakan mata dan hati mereka, sehingga mereka selalu berpaling dari ajaran Allah SWT. Masalah ketundukan beribadah ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran dan oleh Rasulullah SAW. Hal ini seperti yang tertuang dalam Al-Quran surat Adz-Dzariat: 56 ;
"dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku".
Jin dan manusia merupakan dua makhluk Allah yang berbeda. Jin diciptakan dari api, sedangkan manusia dari tanah. Namun, dalam kenyataannya, jin lebih banyak ingkar kepada Allah SWT. Demikian pula dengan manusia. Begitu banyak manusia yang enggan dan bahkan ingkar akan ketentuan Allah SWT tersebut. Dengan berbagai alas an, manusia berusaha mengelak dari kewajiban untuk mengabdi kepada Allah. Bahkan, yang lebih aneh lagi justru manusia menuhankan jin.
Untuk menunjukkan pengabdian kepada AllahSWT dapat dilakukan dengan berbagai hal. Ibadah merupakan hal yang mutlak dilakukan. Disamping itu, hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan berbagai kebaikan. Kebaikan tersebut berhubungan dengan manusia dan kemanusiaan. Beramal shaleh merupakan bentuk ketundukkan yang harus dilakukan oleh manusia.
Beramal shaleh dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menyingkirkan duri di tengah jalan, memberikan sedekah, melaksanakan ritual agama, bersilaturrahmi, atau kegiatan lain yang memiliki nuansa ibadah merupakan bentuk dari amal shaleh. Dalam melakukan amal shaleh, harus diperhatikan rukun dan syaratnya. Hal ini penting agar apa yang kita lakukan itu sesuai dan dapat di terima oleh Allah SWT. Apabila semua perbuatan yang kita lakukan yang merupakan perwujudan dari amal shaleh, bila tidak sesuai dengan ajaran agama tentu akan tertolak. Ini merupakan perbuatan yang sia-sia. Tentu Allah sangat benci dengan orang melakukan perbuatan sia-sia.
Kewajiban beramal shaleh tidak hanya bertuju pada laki-laki semata, atau perempuan semata. Kewajiban ini berlaku untuk semua. Laki-laki, perempuan, tua maupun muda, dan sebagainya. Syarat yang harus diperhatikan adalah ia merupakan manusia yang beriman kepada Allah SWT. Hal ini telah di persyaratkan oleh Allah SWT sebagai berikut :
"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun". (An-Nisa: 124)
Manusia beriman adalah manusia yang yakin kepada Allah, Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, qadha dan qadhar, malaikat, dan hari kemudian. Hal ini terkenal dengan rukun iman. Lalu, bagaimana dengan orang yang tak beriman. Apakah bila mereka melakukan kegiatan amal shaleh, mereka akan mendapatkan balasan dari Allah SWT ? Sesuai dengan ayat diatas, maka bagi orang yang tak beriman kepada Allah tak akan mendapatkan surga. yang telah dijanjikan oleh-Nya.
Pada surat yang lain, Allah menjanjikan kepada orang Yahudi dan Nasrani, bahwa apabila mereka beramal shaleh, Allah SWT akan memberikan balasan pahala. Syaratnya, tentu mereka harus yakin dulu kepada Allah SWT yang menciptakan mereka. Namun, karena orang Yahudi dan Nasrani sangat sedikit, bahkan tidak ada yang yakin kepada Allah dan rasul-Nya, tentu mereka tidak akan mendapatkan balasan pahala dari Allah, walaupun mereka melakukan perbuatan amal shaleh.
Inilah kemenangan kita orang islam. Keyakinan kita kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Pencipta dan tempat untuk berbakti telah memberikan kemudahan kepada kita bahwa amal sahleh kita akan di terima. Sangat rugilah kita yang melalaikan perbuatan amal shaleh ini. Manusia yang melakukan perbuatan amal shaleh merupakan manusia terbaik yang ada di dunia ini. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Bayyinah ayat 7 sebagai berikut :
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk".
Menjadi sebaik-baik makhluk bukanlah mudah. Untuk mendapatkan itu, kita harus memperbanyak perbuatan amal shaleh. Perbuatan amal shaleh yang ringan, tetapi dialukan secara terus menerus merupakan perbuatan yang sangat disukai oleh Allah SWT. Memberikan sedekah, melaksanakan puasa sunat, mengerjakan sholat sunat, atau perbuatan lainnya yang dilakukan secara terus menerus merupakan hal yang sangat baik.
Mulai dari sekarang mari kita perbanyak amal shaleh. Mengerjakan sholat berjamaah, tadarus Al-Quran, berzikir, bersedekah, bersilaturrahmi, atau perbuatan lainnya. Semua itu merupakan bekal bagi kita di akhirat kelak. Semua perbuatan baik yang merupakan amal shaleh pasti akan mendapat balasan dari Allah SWT. Balasan tersebut adalah surga yang selalu kita rindukan. Menarik bukan ?
Dalam surat Al-Quran Allah SWT menegaskan bahwa bagi manusia yang mengerjakan amal shaleh dijanjikan surga And yang mengalir sungai-sungai dibawahnya.
"Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya". (Al-Bayyinah: 8)
Berminat? Segeralah berbuat amal kebajikan. Allah SWT menyediakan surga-Nya untuk anda.
Sumber : http://jejaktangan-icai.blogspot.com/2010/10/beramal-shaleh.html
Nilai Perbuatan Baik
Ukuran kualitas iman seseorang, sebagaimana difirmankan Allah dalam Alquran, adalah ahsanu ‘amalan bukan aktsaru ‘amalan (yang terbaik perbuatannya bukan yang terbanyak perbuatannya). Beberapa hadis dalam kitab hadis Sahih Bukhari menyatakan bahwa iman itu ucapan yang disertai perbuatan. Iman dapat berkurang dan bertambah. Dalam beberapa ayat Alquran, kata iman selalu berpadanan dengan amal saleh, sehingga tidak mungkin orang yang beriman tidak beramal saleh. Allah SWT berfirman:
”(Tetapi) orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya.” (Q.S. 84: 25).
Dalam ayat lain, Allah SWT berjanji:
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Itulah keberuntungan yang besar.” (Q. S. 85: 11).
Lalu dalam surat Al-’Ashr, ayat 2 dan 3 juga dinyatakan:
”Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, dan….”
Karena iman itu bisa bertambah dan berkurang, ia bukan sekadar perkara niat yang bersemayam di dalam hati dan sulit diukur (bertambah dan berkurangnya), tetapi konkret dalam amal perbuatan yang bisa diukur, atau muncul dalam bentuk akhlak yang baik. Wujud iman dalam perbuatan mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama melihat hubungan suatu perbuatan dengan pelaku, digerakkan oleh faktor psikologis (niat). Sementara dimensi yang kedua melihat kegunaan suatu perbuatan dalam kehidupan manusia (manfaat).
Karena itu pernyataan bahwa segala sesuatu tergantung dari niatnya, mempunyai pengertian sesuatu yang bermanfaat belum tentu lahir dari niat yang suci murni. Tapi niat yang suci bersih selalu berusaha mewujudkan ahsanu ‘amalan. Hendaklah kiprah kita dalam kehidupan sehari-hari, baik yang bersifat individu (seperti, makan, minum, mencari nafkah, menuntut ilmu dll.) maupun yang bersifat sosial (seperti, menolong orang lain, ikut menanggulangi kebodohan, kemiskinan, melepaskan dari belenggu ketertindasan, dst.), jangan hanya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan asas manfaat, tapi harus dilandasi oleh niat yang tulus ikhlas.
Hanya dengan itu, kita akan terhindar dari gagah-gagahan, megah-megahan, pintar-pintaran, mencari pangkat, kedudukan dan popularitas, serta motivasi-motivasi rendah lainnya yang bersifat materialistis. Sebab iman dan amal saleh seperti yang disebutkan dalam nash-nash Alquran dan As-Sunnah, menunjukkan bahwa niat suatu perbuatan adalah rohnya, dan rohnya amal saleh adalah ikhlas. Allah berfirman:
”Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.” (QS. 35: 10).
Sumber : http://lautkubiru.wordpress.com/2009/06/19/nilai-perbuatan-baik/
Amal yang Diterima
Oleh : Iin Rosliah
Cinta dan semangat saja tak cukup dijadikan modal agar amal diterima Allah SWT. Ada dua syarat yang mutlak harus dipenuhi supaya amal tidak sia-sia di hadapan-Nya.
- Pertama, ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah SWT, bukan karena motivasi duniawi atau ingin meraih puji.
- Kedua, muwafaqah, artinya amal yang dilakukan sesuai dengan tuntunan Alquran dan sunah Rasulullah SAW.
Ikhlas dan muwafaqah, ibarat dua sisi mata uang, saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Ibnu Katsir saat menafsirkan QS Al Kahfi: 110 menguraikan, ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah SAW merupakan dua rukun amal yang akan diterima. Rukun adalah tiang. Sebuah bangunan akan terwujud manakala kedua tiangnya berdiri tegak. Begitu pula amal, akan diterima ketika dua syaratnya terpenuhi.
Ketika kita beribadah karena ingin mendapat sanjungan sesama, berarti hati kita telah mendua. Dalam kacamata agama, ini dikategorikan sebagai perbuatan syirik yang akan menghalangi diterimanya amal oleh Allah SWT.
”Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal saleh dan janganlah mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada-Nya.” (QS Al Kahfi;110).
Ibnul Qayyim mengibaratkan orang yang beramal tanpa keikhlasan seperti seorang musafir yang mengisi penuh kantongnya dengan pasir. Ia membawanya, tapi tidak mendapatkan manfaat apa pun. Walau secara lahiriah tampak besar dan bagus, bila tak dihiasi dengan keikhlasan, amal apa pun menjadi tak bermakna dalam pandangan Allah SWT. Alhasil, bukannya pahala yang diraih, justru azab yang didapat.
Jangan pula sampai terjadi seperti tiga orang Muslim di hadapan mahkamah Allah SWT kelak. Imam Muslim meriwayatkan, ada seorang mujahid, seorang alim, dan seorang dermawan. Bukan surga yang diperoleh, justru neraka yang didapat ketiganya. Pasalnya, amal yang mereka lakukan hanya untuk mengejar prestise. Yang satu berjuang agar disebut syuhada. Yang kedua menuntut ilmu dan mengajarkannya agar disebut ulama. Dan yang terakhir menginfakkan hartanya agar dinilai sebagai dermawan.
Setelah ikhlas, syarat berikutnya adalah kesesuaian setiap amal dengan tuntunan dalam Alquran dan sunah. Ini mengandung makna, ibadah apa pun yang diperbuat, hendaknya dilandasi oleh ilmu. Beribadah tanpa dasar ilmu, cenderung menjadikan perasaan sebagai standar. Baik buruk bukan diukur oleh dalil, tapi semata-mata menimbang rasa. Alhasil, mudah tergelincir dalam perbuatan bid’ah, mengada-ada dalam urusan ibadah.
Rasulullah SAW bersabda,
”Barang siapa mengerjakan satu amalan yang tak ada perintahnya dari kami, maka amalan itu tertolak.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sumber : http://ervakurniawan.wordpress.com/2010/05/18/amal-yang-diterima/
Tanda-Tanda Orang Yang Akan Memperoleh Kebahagiaan
- SELALU BERUSAHA MELUPAKAN KEBAIKAN-KEBAIKAN YANG TELAH IA KERJAKAN. Perbuatan-perbuatan baik atau amal shaleh yang kita lupa atau sengaja kita lupakan akan tetap tersimpan, terjaga, dan terpelihara disisi Allah SWT. Sebaliknya, amal baik yang selalu disebut-sebut ,diceritakan kepada orang lain justru akan menghapus nilai pahalanya, sehingga kita tidak memperoleh apapun disisi AllAh SWT. Allah ta’ala berfirman dalam QS 2:264. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian membatalkan pahala shodaqoh kalian dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti orang yang menerima shodaqoh kalian."
- BERUSAHA UNTUK SELALU MENGINGAT-INGAT KESALAHAN DAN DOSA. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong dan memicu diri kita untuk segera beristighfar dan bertaubat. Hanya dengan istighfar dan taubat, kesalahan dan dosa akan dihapuskan. Berbahagialah orang-orang yang kembali kepada Allah dengan dosa dan kesalahan yang telah dihapus dan dimaafkan oleh Allah SWT.
- SELALU BERUSAHA MELIHAT DAN MENATAP ORANG LAIN YANG LEBIH TINGGI DARI KITA DALAM KEILMUAN, KESHALEHAN, DAN KEBAIKAN-KEBAIKAN YANG LAINNYA. Hal ini dimaksudkan untuk menginspirasi agar kita termotivasi dan terdorong untuk melakukan hal yang sama seperti mereka, sehingga kita akan merasakan kebahagiaan yang sama seperti mereka.
- SELALU MELIHAT ORANG LAIN YANG LEBIH RENDAH DARI KITA DALAM URUSAN KEDUNIAAN. Hal ini dimaksudkan agar kita bisa mensyukuri karunia Allah,karena hanya orang yang hatinya penuh rasa syukur yang akan merasakan kenikmatan dan ketenteraman sehingga kita benar-benar merasakan kebahagiaan.
Sumber : http://shifwah.wordpress.com/2010/02/18/tanda-tanda-orang-yang-akan-memperoleh-kebahagiaan/
Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...
Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan.
Wassalam...
Semoga Bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...
Lampirkan sumbernya ya... Syukron
Tidak ada komentar:
Posting Komentar