Laman

Kamis, 24 Februari 2011

Kisah Hikmah : Suami Berhati Malaikat

Sahabat, ada sebuah kisah menarik dari pejalan hidup seorang pria dalam mengarungi hidup ini bersama istrinya, mudah-mudahan bisa mengambil hikmah dari cerita ini. Intinya adalah tiada kesetiaan tanpa kesetian.

Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.

Dari sinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing. Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu agar semua anaknya dapat berhasil.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:
“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak,bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu." Sambil air mata si sulung berlinang.

"Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.

”Anak-anakku...Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin
bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun.
Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit." Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa....disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.

Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah
cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga,pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri sayamenjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit...” Sambil menangis"

Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya..."BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH".

Mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran berharga dari kisah diatas,amin.

Sumber : http://newmasgun.blogspot.com/2010/01/kisah-hikmahsuami-berhati-malaikat.html


Kisah Suami yang Lelah Pulang Kerja

Suatu hari sepasang suami istri bertengkar.

Suami : "Aduh..pulang kantor ini saya capek sekali nih ....!"

Istri : "Emangnya kamu aja yang capek ..! Aku di rumah juga capek...!"

Pada malam hari menjelang tidur sang suami mohon kepada Tuhan.
"Ya Tuhan yg Maha Kuasa, aku sangat lelah dengan kondisi seperti ini..., menjadi seorang suami yang harus bekerja bekerja membanting tulang di kantor.. Aku mohon jadikanlah aku sebagai istriku dan istriku ubahlah menjadi aku."

Tuhan pun tersenyum...

Esoknya permohonan sang suami dikabulkan.. dia berubah menjadi istrinya.

Pada waktu subuh dia harus bangun menyiapkan makanan untuk suaminya (yang sebenarnya adalah sang istri). Lalu menyetrika baju untuk suami dan anaknya, kemudian memandikan anak-anak. Jam 6:30 memakaikan pakaian anaknya untuk ke sekolah. Setelah suami dan anaknya berangkat, dia mencuci baju hari itu, lalu menjemurnya, kemudian dia pergi ke pasar untuk belanja, tak terasa jam sudah pukul 11 siang dia harus menjemput anaknya. Jam 1 siang dia memberi makan anaknya dengan nasi bungkus yang dibeli. Selesai makan dia mengangkat pakaian yang dijemurnya lalu dia menyetrika sampai jam 4 sore

Tak terasa.. dia belum masak untuk suaminya. Jam 4 dia mulai masak sambil nonton tv telenovela. Jam 5 dia memandikan anaknya. Jam 6 dia mandi. Jam 7 dia nonton TV sambil menunggu sang suami.

Setelah suaminya pulang makan dan tidur lelap, si istri berdoa: "Ya Tuhan yg Maha Pengampun... ampunilah aku.. Aku tidak tau apa yang aku minta.. Mohon kembalikan aku seperti sedia kala."

Tuhan tersenyum saja.. "Baiklah akan saya kabulkan..tapi.. "

"Tapi apa...? Tanya si Istri.

"Tapi kamu harus menunggu 9 bulan lagi.. karena tadi malam kamu positif hamil."

---

Rekan-rekan, moral dari cerita tadi adalah..
"Janganlah mengeluh dengan pekerjaan yg telah kita dapat dan jangan iri dengan pekerjaan orang lain... Selalu ada kekurangan dan kelebihan dari apa yang telah kita miliki, jangan mudah iri atas apa yang dimiliki orang lain.."

Sumber : http://styagreennotes.blogspot.com/2011/01/kisah-suami-yang-lelah-pulang-kerja.html


Wallahu a'lam...
Semoga bermanfaat
Silahkan CHOPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

MENYEMBUNYIKAN AMAL

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang...

Di dalam dunia usaha mem-“blow-up” suatu berita mengenai kegiatan perusahaan adalah suatu hal yang biasa. Apalagi bila berita tersebut diyakini akan meningkatkan gengsi atau nama baik perusahaan. Kegiatan promosi seperti itu merupakan hal yang wajar dan sah-2 saja dalam dunia usaha. Tidak terbatas pada kegiatan yang memang di-design khusus sebagai iklan atau media promosi lainnya, tapi tidak jarang kegiatan sosial sebagai partisipasi perusahaan dalam kepedulian sosial-pun di expose secara besar-2-an melalui media cetak maupun televisi dan radio. Atas nama kepentingan perusahaan, semua kegiatan perusahaan diusahakan bisa ter-expose secara terus-menerus, agar masyarakat konsumen ingat terus terhadap lambang perusahaan yang bersangkutan berikut produk-2-nya. Dan pada gilirannya diharapkan akan bisa meningkatkan omzet dan keuntungan perusahaan.

Didalam dunia celebritis hal semacam itu terjadi pula. Orang sengaja membuat rumor atau cerita-2 advonturir yang serem, yang aneh, atau yang sangat exclusive sebagai bahan berita dalam infotainment. Targetnya adalah, agar nama celebritis yang bersangkutan naik pamornya dan menarik minat producer untuk menariknya dalam produksi berikutnya. Semuanya tampak wajar-2 saja dan mereka bilang bahwa sekarang hal semacam itu sudah lumrah, semua serba pamrih, dan semuanya serba materialistis.

Zaman sekarang tak ada lagi yang gratis, demikian paradigma yang sering mereka katakan.

Bahkan hal seperti itu, mewabah pula kedalam dunia dakwah dan penyebaran agama Islam. Dengan sedikit pengetahuan mengenai hadist dan kitab kuning, mereka sudah menyebut dirinya “ustadz” dan berani memakai titel “Kiyai Haji” didepan namanya, karena hal itu bisa mengangkat pamor dan popularitasnya. Banyak “ustadz” yang pasang tarip tinggi dan syarat yang aneh-2, untuk dapat hadir memenuhi undangan umat untuk menyampaikan tausyiah atau ceramah agama di majelis-2 ta’lim atau dalam upacara keagamaan lainnya. Apabila syarat yang diminta tidak dapat dipenuhi, mereka menggunakan berbagai alasan untuk tidak hadir. Atau kalau-pun tidak bisa menolak, ia akan kirim muridnya sebagai wakilnya. Pada zaman sekarang memang agak sulit untuk membedakan mana yang celebritis dan mana yang “Da’i” kondang. Semuanya berpakaian bagus (baca: mewah), semuanya berkendaraan bagus (baca: mewah), dan semuanya tinggal di kawasan elit dalam sebuah (atau lebih) rumah yang bagus (baca: mewah).

Bandingkan dengan para Da’i pada zaman Rasulullah SAW. dan Khulafa’ur-rasyidin, mereka menyiarkan agama Islam dengan ikhlas, tanpa pamrih, tanpa dibayar, tidak jarang justru harus mengorbankan harta kekayaannya dan bahkan nyawanya sendiri. Semuanya itu mereka lakukan se-mata-2 karena mencari keridhaan Allah SWT ., bukan karena pamrih duniawi. Bagi sahabat-2 Rasulullah, dakwah adalah ladang amal dan pembuka pintu sorga bagi saudara-2-nya seiman. Sedikitpun tidak terbetik di dalam pikiran mereka, untuk menggunakannya sebagai ladang bisnis yang dapat dikomersialkan mengeruk harta dan keuntungan duniawi yang melimpah ruah.

Kondisi masyarakat yang makin keras dan makin kering, membuat banyak orang merasakan kekosongan jiwa dan kehilangan pegangan hidup. Hal tersebut menimbulkan kebuntuan serta kesumpekan yang luar biasa. Orang kemudian berpaling kepada hal-2 yang bersifat spiritual dan merasakan kebutuhan yang mendesak terhadap bimbingan rokhani. Memanfaatkan kondisi yang demikian, banyak “ustadz” masa kini yang kemudian membuat berbagai program penyuluhan dan /atau pencerahan yang dijual dalam program paket dengan tarif yang cukup mahal. Ternyata program seperti itu laku keras bak jualan kacang goreng, karena orang lebih memerlukan ketenangan hati dari pada harus capek-2 berpikir mengapa program seperti itu dijual dengan harga mahal. Orang yang sinis mengatakan bahwa kegiatan seperti itu, sudah termasuk dalam kategori “menjual ayat“. Dan “ustadz” yang demikian, tidak jauh berbeda dengan orang yang sengaja membaca keras ayat-ayat Al-Qur’an di depan pintu mesjid, untuk mengundang simpati jamaah dan menaruh lembaran uang kertasnya kedalam kantong atau kopiah yang dibalik dipangkuannya.

Tentu saja tidak semua Da’i atau ustadz , seperti itu . Masih banyak Da’i dan ustadz yang baik , yang sebagian besar justru tidak banyak dikenal orang , karena keluguan dan kesederhanaan hidupnya . Sebagian besar mereka bukan termasuk golongan orang kaya kalau tidak boleh dikatakan miskin .Tapi orang tidak tahu bahwa mereka sangat dicintai oleh penduduk langit . Ustadz yang baik tidak banyak “neko-2”,yang kalau tidak dijemput dengan Mercedes Benz segan untuk datang. Mereka tidak memasang tarif atau meminta upah, dan kadang-2 mereka datang hanya naik sepeda butut atau bergelantungan di bis kota. Tapi mereka ikhlas melaksanakan tugas sucinya hanya karena Allah SWT. Pamrihnya hanya satu yakni keridhaan-Nya. Tapi banyak orang yang justru melecehkannya sebagai Da’I yang tidak laku, tidak terkenal, tidak kharismatik, membosankan, dsb ,dsb.

“Tiada paksaan dalam agama . Sungguh , kebenaran jelas berbeda dari kesesatan . Maka barang siapa ingkar kepada thagut (syaitan dan sembahan selain Allah), dan ia beriman kepada Allah , sungguh . ia berpegang pada tali yang kuat, yang tiadakan putus . Dan Allah Maha Mendengar , Maha Tahu .” (Al Baqarah/02:256)

“Dan hendaklah ada diantara kamu suatu umat yang menyeru berbuat kebaikan , dan menyuruh orang melakukan yang benar , serta melarang yang mungkar . Merekalah orang yang mencapai kejayaan.“ (Ali Imran/03:104)

“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan peringatan yang baik . Dan bantahlah mereka dengan (bantahan) yang lebih baik . Sungguh , Tuhanmu , Ialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat di jalan-Nya . Dan Ialah yang lebih mengetahui orang yang mendapat bimbingan.“ (An Nahl/16:125)

“Katakanlah ,“ Tiada aku meminta upah untuk (tugasku) ini kepadamu. Dan akupun bukan orang yang meng-ada-2-kan.” (Shad/38:86)

Dunia makin terbuka, kehidupan makin modern, pengaruh budaya global yang masuk dari Barat maupun dari Timur makin tak terbendung lagi. Pola hidup masyarakatpun semakin individualistis dan semakin materialistis. Kepentingan pribadi lebih diutamakan daripada kepentingan orang banyak. Semua kegiatan diukur dan dinilai dengan uang. Apa keuntungannya bagiku ? ; “ What in it for me ?” , demikian mereka selalu bertanya. Tidak seperti apa yang pernah diucapkan President Kennedy , “Jangan bertanya apa yang dapat kau peroleh dari negeri ini, tapi tanyalah apa yang telah kau perbuat untuk negeri ini! “

Apabila seorang Kennedy saja mempunyai prinsip yang demikian mulia, tentunya kita sebagai umat Islam harusnya merasa malu apabila ukuran yang kita pakai adalah seberapa besar keuntungan buat kantong kita sendiri.

Wabah “ matere ‘ ” telah menjalar pula kedalam kehidupan anak muda. “Ada uang abang sayang tidak ada uang abang melayang !” Pameo seperti itu sering kita dengar dikalangan anak muda. Kedengarannya seperti hanya sekedar jokes saja, tapi sebenarnya memang demikian kenyataannya. Dalam kasus yang lebih mengerikan lagi, tidak jarang terjadi, hanya karena setumpuk uang, keperawananpun rela di lelang. It’s really a wild wild world! Na’udzubillahi min dzalik!

“Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Lindungilah anak cucu kami dari kejahatan dan kekejaman dunia. Bimbinglah mereka selalu dalam lindungan-Mu. Sungguh, Engkaulah Maha Pelindung, Maha Pembimbing.“

Dalam dunia film dan sinetron, gaya-2 hidup materialistis hampir mewarnai seluruh produksinya. Ditambah lagi dengan kedok membawa missi moral, justru mereka tanpa sungkan-2 mengekspose budaya free love free sex dalam kehidupan anak muda di ibu kota. Para producer tidak peduli terhadap dampak dan akibat yang bisa ditimbulkan di kalangan anak-2 muda baik di ibu kota maupun di pelosok-2 desa. Yang penting filmnya sukses dan menuai keuntungan besar bagi kocek producernya.

Apabila kita tidak hati-2 dan terseret kedalam pengaruh kebebasan yang tak kenal batas, maka tanpa memanfaatkan kejernihan berpikir dan kebeningan nurani, kita bisa tersesat dalam rimba raya budaya bebas yang lebih menekankan pada kehidupan duniawi. Menghadapi hal-2 tersebut di atas, yang kita perlukan adalah filter keimanan dan pedoman nilai-2 luhur budaya Islami. Hal itu sangat penting untuk menghindarkan atau se-tidak-2-nya mengurangi dampak negative budaya luar yang makin permissive. Peganglah kuat-2 ajaran-2 fundamental yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
“Merekalah orang-2 yang membeli kehidupan dunia dengan mengorbankan (kehidupan) akhirat. Maka tiada diringankan baginya azab, dan tiada mereka beroleh pertolongan.” (Al Baqarah/02:86)

“Orang yang kafir tiada sedikitpun berguna baginya kekayaan dan anak-2-nya (untuk menolak azab Allah). Merekalah penghuni api (neraka), mereka tinggal di dalamnya se-lama-2-nya.” (Ali Imran/03:116)

“Orang yang kafir, sekiranya memiliki segala yang ada di bumi, ditambah sebanyak itu lagi untuk menebus dirinya dari azab hari kiamat, tiadalah (semua itu) akan diterima daripadanya. Mereka akan mendapat azab yang pedih menyakitkan.” (Al Ma’idah/05:36)

“Bukankah kehidupan di dunia ini hanya permainan dan senda gurau? Lebih baik kediaman akhirat bagi mereka yang takwa (kepada Tuhan). Maka tiadakah kamu mengerti juga?" (Al An’am/06:32)

“Dan segala sesuatu yang diberikan kepadamu, hanyalah kenikmatan hidup di dunia dan perhiasannya. Tapi apa-apa yang ada pada Allah, lebih baik dan lebih lestari.Tidakkah kamu paham?” (Al Qashash/28:60)

“Kehidupan di dunia ini hanyalah senda gurau dan main-2 belaka. Sungguh, negeri akhirat itulah se-benar-2-nya hidup, kalau mereka tahu.“ (Al Ankabut/29:64)

Salah satu tanda orang munafiq adalah bermuka dua. Secara lahiriah tampak mereka melaksanakan ibadah dengan baik, tapi sebenarnya ada motive lain dibalik penampilannya. Ingin memperoleh pujian, ingin pamornya naik, ingin memperoleh simpati dari atasannya, ingin dihormati oleh anak buahnya, dsb, dsb .

Amalannya bukan dilandasi keikhlasan dan keimanan untuk memperoleh ridha Allah SWT., tapi karena adanya tujuan-2 lain tersebut. Dalam istilah agama amalan seperti itu disebut riya’. Allah SWT memperingatkan dengan keras, jangan se-kali-2 ada riya’ dalam ibadah kita, karena hal itu akan menghilangkan dan menghancur-leburkan pahala amal-2 kita. Riya’ termasuk salah satu penyakit hati yang menjadi trade-mark-nya orang munafiq. Namun demikian tidak berarti hanya orang munafiq saja yang melakukan riya’. Kita-2-pun kalau tidak ber-hati-2, tanpa kita sadari bisa tertular penyakit ini, karena ia bisa tampil dengan cara yang sangat halus dan tidak kentara sama sekali.

Seorang yang pada waktu shalat sendiri dirumah biasanya relative cepat, pada waktu shalat sendiri di mesjid tampak lebih khusyuk dan lebih lama. Tanpa disadari hal itu bisa menjadi riya’. Apapun motivasinya. Karena ingin kelihatan khusyuk , karena takut dikatakan shalatnya asal-2-an, atau karena alasan lain , diluar mencari keridhaan-Nya. Orang yang membaca Al-Qur’an dengan suara keras agar orang lain mendengar bahwa ia sedang membaca Al-Qur’an, bisa termasuk salah satu amalan riya’.

Orang yang menceritakan bagaimana nikmatnya ia telah melakukan shalat tahajud tadi malam ; orang yang menceritakan bagaimana panjangnya ia telah berdzikir dan berdo’a ; orang yang bersedekah kemudian tidak ber-henti-2 menceritakannya kepada semua orang ; dan orang yang membantu saudaranya atau tetangganya, kemudian selalu mengingatkan kepada yang bersangkutan agar jangan lupa bahwa ia telah berbaik hati membantunya. Semua itu adalah riya’ ! Maka untuk menghindarkan yang satu ini, kita harus ekstra hati-2 dalam beramal. Janganlah terbetik sekecil apapun didalam hati kita motivasi lain dari amal kita, kecuali ikhlas karena Allah SWT. Janganlah dibiasakan meng-ungkit-2 kebaikan sendiri, baik kepada pihak yang telah kita bantu maupun kepada orang lain. Itu bisa menyakitkan hati orang yang menerima kebaikan tersebut. Sayang sekali apabila pahala amal kita jadi hilang percuma, hanya karena kita ingin membanggakan ibadah, kebaikan hati atau kedermawanan kita. Apabila kita melakukan kebaikan, janganlah di-sebut-2 atau diceritakan kepada orang lain, biarlah hal itu menjadi rahasia kita sendiri dengan Allah SWT. Sebaliknya, apabila kita menerima kebaikan orang lain, ceritakanlah hal itu kepada semua orang yang kita temui, jangan di-tutup-2-i.

“Janganlah kamu mengira orang yang bergembira dengan apa yang mereka capai, dan yang ingin mendapat pujian untuk apa yang tiada mereka lakukan, janganlah kamu mengira, bahwa mereka lolos dari azab. Bagi mereka azab yang yang pedih menyakitkan.“ (Ali Imran/03:188)

“Hai orang yang beriman! Janganlah batalkan sedekah mu dengan umpatan dan ganggguan, seperti orang yang menafkahkan kekayaannya supaya dilihat orang, tapi tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Perumpamaan mereka adalah seperti batu yang licin dengan tanah diatasnya. Maka tinggallah (batu yang) licin. Mereka tiada menguasai sesuatu-pun dari apa yang telah mereka dapatkan. Dan Allah tiada membimbing orang yang kafir.” (Al Baqarah/02:264)

“Sungguh, orang munafik (mengira telah) menipu Allah, tapi (Allah) (membalas) memperdayakan mereka. Dan bila mereka berdiri untuk melakukan shalat, mereka berdiri dengan malas saja, minta dilihat orang. Dan tiada mereka ingat Allah, kecuali sedikit saja.” (An Nisa’/04:147)

“Janganlah kamu jadi seperti orang yang keluar dari rumahnya dengan sombong dan ingin dilihat orang, serta merintangi (orang) dari jalan Allah. Allah meliputi dengan ilmu-Nya segala yang mereka lakukan.” (Al Anfal/08:47)

ZUHUD DAN MENYEMBUNYIKAN AMAL

Ulama-2 shalih masa lalu (ulama salaf) sangat ber-hati-2 dalam menjaga kemurnian amalannya. Jangan sampai, dengan atau tanpa sengaja, amalannya tercampur dengan niat lain kecuali mencari keridhaan-Nya. Hal yang sangat mereka khawatirkan adalah tercemarnya amalan mereka dengan penyakit hati seperti riya’, ujub, atau sum’ah. Mereka sangat faham, apabila amalan mereka tercemar dengan penyakit seperti itu, pahalanya akan hilang musnah hancur lebur tidak bersisa lagi. Dan di akhirat nanti mereka akan termasuk golongan orang yang bangkrut.

Mereka adalah hamba-2 pilihan yang seluruh kehidupannya dipersembahkan bagi Allah SWT. serta kejayaan agama-Nya. Mereka tidak mementingkan keperluan dirinya , mereka lebih memperhatikan kepentingan orang lain, tanpa membedakan yang satu dengan lainnya. Tidak berarti bahwa mereka mengucilkan diri dari urusan duniawi, tapi urusan akhirat lebih diutamakan. Mereka tetap bermuamalah dengan anggota masyarakat lainnya, dan mereka juga berinteraksi dalam segala macam transaksi duniawi. Tidak berbeda dengan manusia pada umumnya. Hal yang membedakannya dengan penduduk bumi lainya adalah, mereka tidak pernah memamerkan amalannya, tidak mencari popularitas, tidak membanggakan diri, tidak menepuk dada, tidak menyombongkan kepandaiannya, dan tidak menonjolkan keshalihannya. Mereka menjalani hidup dalam keheningan dan kebeningan nurani.

Mereka tidak pula termasuk kelompok sufi atau ulama yang menjalani kehidupan zuhud yang mengucilkan diri dari kehidupan duniawi, yang hidup menyendiri dan menyepi dari keramaian dunia, yang katanya untuk memperoleh derajat yang tinggi.

Kaum sufi atau ulama zuhud model begini, tampak hanya mementingkan diri sendiri, tidak peduli terhadap orang lain atau kehidupan sosial masyarakatnya. Mereka asyik berkhalwat ditempat sepi, tidak peduli banyak keluarga miskin disekitarnya memerlukan uluran tangan orang lain untuk mengatasi permasalahannya. Argumentasi yang disampaikan biasanya adalah,“ Bagaimana bisa membantu orang lain,sedang perut sendiri saja sudah sekian hari tidak terisi ?”
Siapa yang suruh? Bagaimana bisa beli makanan kalau kerjaannya hanya menyepi mengisolir diri dan tidak pernah mencari rezeki? Bagaimana orang bisa bersedekah apabila ia sendiri tidak bekerja dan lebih senang menerima sedekah orang lain ? Sedangkan Allah SWT. memerintahkan hambanya agar mencari rezeki dan makan dari rezeki yang diberikan-Nya. Tindakan menyiksa diri seperti itu, termasuk dalam kategori tindakan ber-lebih-2-an yang dilarang oleh Allah SWT. Kemudian mereka juga berdalih bahwa Tuhan menyenangi hambanya yang suka menyembunyikan amalnya, dan mereka menganggap mengisolir diri adalah cara yang paling baik untuk itu. Mereka lupa bahwa dengan demikian maka mereka telah meninggalkan perintah Allah SWT. untuk ber “amar- ma’ruf nahi-munkar “

Diriwayatkan oleh Asy Sya’by , seorang pakar fiqh dari Kufah , bahwa suatu sa’at ada beberapa orang yang pergi ke Kufah , lalu mereka pergi kesuatu tempat mengisolir diri dari keramaian kota untuk beribadah . Hal ini didengar oleh Abdullah bin Mas’ud , yang kemudian menemui mereka .

“Apa yang mendorong kalian melakukan hal ini ? ,“ tanya Ibnu Mas’ud .
“Kami ingin menjauh dari gemerlapnya kehidupan manusia untuk beribadah ,“ mereka menjawab .
“ Sekiranya semua orang berbuat seperti yang kalian lakukan , lalu siapa yang akan mengurusi umat ? Siapa yang akan maju berperang menghadapi musuh ? Aku tidak akan beranjak dari tempat ini sebelum kalian kembali .“ kata Ibnu Mas’ud dengan geram .

“ … Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sungguh, Allah amat Penyayang terhadap dirimu! “  (An Nisa’/04:29)

“Hai orang yang beriman! Janganlah haramkan yang baik-2 yang dihalalkan Allah bagimu. Dan janganlah ber-lebih-2-an. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas . Dan makanlah apa yang diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik. Dan takwalah kepada Allah, yang kepada-Nya kamu beriman.” (Al Ma’idah/05:87-88)

“ Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Ia jadikan kamu sebagai penguasanya. Maka orang-2 yang beriman diantara kamu, dan menafkahkan hartanya, bagi mereka pahala yang besar.“ (Al Hadid/57:07)

“Maka bertakwalah kepada Allah menurut kesanggupanmu. Dengarlah dan ta’atlah. Berilah nafkah yang baik demi keuntungan dirimu. Barang siapa yang terpelihara dari kekikiran dirinya, merekalah yang beroleh kejayaan.“ (At Taghabun/64:16)

Para ulama salaf tidak menjalani kehidupan zuhud seperti zuhud-nya para sufi. Dalam perspektif mereka pengertian zuhud adalah mengutamakan urusan akhirat dari pada urusan duniawi, tanpa harus mengucilkan atau mengisolir diri dari kehidupan bermasyarakat.

Zuhud yang benar adalah zuhud yang tidak lari dari manusia, yang tidak membebaskan diri dari tanggung-jawab sosialnya, tidak meninggalkan “amar-ma’ruf nahi-munkar“, tidak lari dari apapun dan tidak takut kepada siapapun kecuali Allah SWT.

Ibnul Jauzy berkata ,“ Para ahli zuhud berada disarang burung. Mereka mengubur diri sendiri dengan uzlah (mengisolir diri), tidak mau memberi manfaat kepada orang lain. Uzlah memang baik sekiranya tidak mencegah terhadap kebaikan, seperti shalat berjama’ah, mengiringkan jenazah, menjenguk orang sakit, dsb. Ada-pun yang paling baik adalah yang termasuk dalam golongan pemberani yakni mereka yang mau belajar dan mengajar. Dan itulah golongan para nabi.“ Orang-2 salaf seperti Ibnu Mubarok, Ayyub As Sakhtiyani dan lain-lain adalah tokoh-2 shalih yang aktif menjalankan Amar-Ma’ruf Nahi-Munkar, mereka mengahadirkan amal-2 shalih yang tersembunyi, namun mereka tidak melakukan uzlah, tidak diam meninggalkan ishlah (menjalin perdamaian) dalam masyarakat, dengan dalil yang lemah yang tidak jelas rujukannya.

Mereka sadar, bahwa dalam berinteraksi dengan manusia lain (hablum min-annas), hampir semua kegiatannya diwarnai adanya kepentingan dan pamrih antara pihak-2 yang terlibat. Dan bila tidak hati-2, hal tersebut bisa mengarah kepada timbulnya riya’, ujub atau sum’ah. Karenanya, mereka lebih suka merahasiakan atau menyembunyikan amalan-2 kebaikan yang dilakukannya, karena hal tersebut lebih dapat menjauhkannya dari penyakit-2 hati tersebut.

Dibawah ini diriwayatkan contoh beberapa tokoh salaf yang suka menyembunyikan amalan shalihnya.

Sa’d bin Ibrahim pernah berkata,“Aisyah biasa menutup pintunya kemudian shalat dhuha yang amat panjang .“

Muhammad bin Ziyad berkata,“ Aku pernah melihat Abu Umamah menemui seseorang di dalam mesjid yang sedang sujud sambil menangis dan berdo’a. Abu Umamah berkata kepada orang itu, “ Jika engkau melakukan hal semacam itu, lakukanlah didalam rumahmu “

Ibnu Munkadir berkata,“ Suatu malam aku pernah menghadap ke mimbar ini untuk berdo’a. Tiba-2 kulihat seorang yang kepalanya menekur kebawah. Kudengar sayup-2 ia berkata,“ Ya Robbi, sesungguhnya musim paceklik dan kelaparan menimpa hamba-2-Mu. Aku bermohon kepada-Mu ya Robbi, kiranya Engkau menurunkan hujan kepada mereka.” Tak seberapa lama kemudian muncul awan, kemudian Allah menurunkan hujan yang lebat.

Ibnu Munkadir merasa bahwa orang tersebut tentulah orang yang dimuliakan Allah SWT, sehingga dia perlu merahasiakan keberadaanya sebagai orang yang baik. Setelah imam mengucapkan salam, orang itu langsung bangkit dan pergi. Aku membuntutinya hingga tiba di rumah Anas. Dia masuk rumah dengan tawadhu’, membuka pintu dan masuk kedalam. Setelah matahari meninggi, aku menemuinya dan kukatakan kepadanya, “Bolehkah aku masuk ?“
Dia menjawab ,“ Silahkan masuk !“
Aku bertanya ,“ Bagaimana keadaanmu pagi ini ? Semoga Allah memberi kemaslahatan kepadamu .“
Dia menjawab ,“ Aku kira kemaslahatan itu terlalu besar bagiku . “
Aku berkata ,“ Aku mendengar do’amu semalam kepada Allah . Wahai saudaraku , apakah engkau mempunyai nafkah yang membuatmu kecukupan sehingga engkau menyendiri untuk akhirat ?”
Dia menjawab ,“ Tidak ada . Tapi saya mohon janganlah engkau menceritakan hal ini kepada siapapun hingga aku meninggal dunia dan janganlah engkau menemui aku lagi wahai Ibnu Mundzir , karena jika engkau menemui aku , maka hal itu bisa membuatku dikenal banyak orang .“

Sufyan menuturkan, aku diberitahu kebiasaan Ar Rabi’ bin Khutsaim , bahwa amal Ar Rabi’ selalu dirahasiakan . Jika ada seorang datang ketika dia sedang membaca Al-Qur’an , maka dia buru-2 menutupnya kembali .

Abu Hamzah Ats-Tsumaly berkata bahwa Ali bin Al Husain membawa roti dipunggungnya pada malam hari lalu mencari orang-2 miskin di kegelapan malam . Dia berkata ,“ Sesungguhnya shadaqoh yang diberikan pada kegelapan malam dapat memadamkan kemurkaan Allah .“ Penduduk Medinah hidup dengan makanan itu , sementara mereka tidak tahu , siapa yang memberi makanan itu kepada mereka Setelah Ali bin Al Husain meninggal dunia , maka mereka tidak lagi mendapatkan makanan pada malam hari .

Orang-2 salaf yang suka menyembunyikan amalnya kebanyakan tidak dikenal bahkan sering dilupakan manusia , tapi Allah SWT. tidak pernah melupakan mereka, dan penghuni langit sangat mencintainya. Hal ini se-mata-2 karena keikhlasannya banyak menyebut nama Allah secara sembunyi-2, jauh dari pandangan mata manusia yang lain .
Seharusnya kita merasa malu karena telah mengabaikan keberadaan hamba-2 Allah yang mulia . sementara kita mengenal secara rinci tokoh-2 duniawi seperti politikus , para pemimpin penyelenggara negara , sastrawan , budayawan , musikus , celebritis , dan bintang-2 sinetron . Padahal apabila kita tahu , mengenal hamba-2 pilihan yang dimuliakan Allah SWT. , lebih bermanfaat dan lebiih menyejukkan hati.

Dari sudut yang berbeda , banyak keutamaan menyembunyilkan amal justru disalah-gunakan oleh orang-2 yang malas , lemah dan tidak bersemangat , sebagai kedok . Sekiranya kita bermaksud untuk menasihatinya , dan menanyakan bagaimana ia melaksanakan amal shalihnya , seperti puasanya , shalatnya , hapalan Al- Qur’annya , dan pertanyaan-2 lain , untuk mengetahui seberapa jauh ia telah melaksanakan kewajiban agamanya , niscaya ia akan berdalih ,“ Ini merupakan urusan diriku dengan Allah . Apakah setiap amal yang kukerjakan harus kulaporkan kepadamu ? “
Sangat disayangkan ternyata orang seperti ini sangat banyak jumlahnya . Dan hal seperti itu sebenarnya adalah tipuan belaka , seperti mengaku merasa kenyang padahal tidak makan . Mudah-2-an kita dijauhkan dari sikap seperti itu .

Yusuf bin Asbath berkata :
“Allah Azza wa Jalla mewahyukan kepada seorang Nabi-Nya , katakanlah kepada mereka ,‘ Sembunyikan amal kalian karena aku , dan Akulah yang akan menampakkannya bagi mereka ‘ “

Sebenarnya menampakkan amal tidak dilarang oleh agama . Yang dilarang adalah apabila ditampakkannya amal karena adanya riya’ , ujub atau sum’ah . Riya’ adalah memamerkan amal atau adanya tujuan lain kecuali mencari keridhaan Allah dalam amalannya . Ujub adalah membanggakan atau menyombongkan amal kebaikan yang ada pada dirinya atau yang telah dilakukannya ; dan sangat suka apabila orang lain memuliakan dirinya karena amalnya . Sedangkan sum’ah adalah timbulnya perasaan bangga dan ber-bunga-2 atas pujian atau sanjungan orang lain terhadap dirinya karena amalnya .
Al A’masy berkata : Ada seseorang mendatangi Ubadah bin Ash Shamit , seraya berkata ,“ Bagimana pendapatmu mengenai seseorang yang mendirikan shalat karena mengharapkan Wajah Allah dan dia suka dipuji . Dia berpuasa karena mengharap Wajah Allah , namun dia juga suka dipuji ? “

Ubadah bin Ash Shamit menjawab ,“ Dia tidak mendapat pahala apapun . Sesungguhnya Allah berfirman ,‘ Siapa yang memiliki sekutu bersama-Ku , maka ia menjadi milik sekutunya secara keseluruhan dan tidak ada kebutuhannya kepada-Ku . ‘ “
Yusuf bin Asbath berkata ,“ Tidak ada sesuatu yang lebih dituntaskan orang-2 yang beribadah selain dari menghindari kesukaan dipuji (menginginkan sanjungan manusia).“
Bisyr berkata ,“ Orang yang menyukai popularitas berarti bukan orang yang takwa kepada Allah .“
Meskipun orang-2 salaf , mampu mengendalikan dirinya untuk tidak riya’ , ujub atau sum’ah , mengapa mereka lebih suka menyembunyikan amalnya? Toch, beramal dengan terang-2-an tidak dilarang oleh Allah SWT . sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 274 . Mereka lebih suka menyembunyikan amalnya , karena Allah SWT. juga berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 271 , bahwa menyembunyikan amal lebih utama dari menampakkannya .
Ibnu Katsir menafsirkan , bahwa hal ini karena menyembunyikan amal lebih bisa menjauhkan diri dari riya’ .

“Jika kalian menampakkan shadaqah (kalian) , maka ini adalah baik sekali . Dan , jika kalian menyembunyikannya dan kalian beriSSkan kepada orang-2 fakir , maka menyembunyikan itu lebih baik bagi kalian . Dan , Allah akan menghapuskan dari kalian sebagian kesalahan-2 kalian,dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan .“ (Al Baqarah/02:271)

“Sedikit riya’ merupakan syirik . Siapa yang memusuhi wali-2 Allah , berarti dia telah memperlihatkan permusuhan terhadap Allah .Sesungguhnya Allah menyukai orang-2 yang berbuat kebajikan , bertakwa dan menyembunyikan amalnya , yang sekiranya mereka tidak ada , maka mereka tidak di-cari-2 , dan jika mereka hadir , maka mereka tidak dikenali . Hati mereka adalah pelita petunjuk . Mereka keluar dari setiap sudut yang gelap .” (Mu’adz bin Jabal)

Masyarakat yang suka menyembunyikan amal dan hidup dalam keheningan hati yang suci , jelas berbeda dengan masyarakat yang mencintai hiruk pikuknya dunia ; suka memamerkan harta , kekuasaan dan amal kebaikannya ; senang disanjung dan dimuliakan karena amalnya , dan gandrung pada popularitas .

Kehadiran komunitas yang menjauhi pujian dan pamer keduniawiaan , akan terasa lebih menyejukkan dan tidak menimbulkan gangguan atau gejolak psychologis yang tidak perlu . Sementara didalam masyarakat yang haus mengejar popularitas , sanjungan serta pujian , akan timbul ketidak seimbangan dan ketidak harmonisan dalam hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut .

Orang cenderung lebih menghormati ketenangan dan keheningan dari pada ke-hiruk-pikukan atau kegaduhan . Sebagai contoh , didalam taman-2 pahlawan , justru yang memperoleh tempat paling terhormat adalah “ prajurit yang tidak dikenal ” , bukan Jendral-2 besar ahli strategy yang sangat terkenal .

Sumber : http://novalhassan.blogspot.com/2009/06/menyembunyikan-amal.html

Wallahu a'lam...
Semoga bermanfaat
Silahkan CHOPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

Kisah Hikmah dan Perjalanan 2 Tahun 10 Bulan di Jepang

Suatu ketika, ada sebuah kapal yang tenggelam diterjang badai. Semuanya porak poranda. Tak ada awak yang tersisa, kecuali satu orang yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun, nasib baik belum berpihak pada pria ini. Dia terdampar pada sebuah pulau kecil tak berpenghuni, sendiri, dan tak punya bekal makanan.

Dia terus berdoa pada Allah untuk menyelamatkan jiwanya. Setiap saat, dipandangnya ke penjuru cakrawala, mengharap ada kapal yang datang merapat. Namun sayang, pulau ini terlalu terpencil. Hampir tak ada kapal yang mau melewatinya.

Tak lama kemudian, pria ini pun lelah untuk berharap. Lalu, untuk menghangatkan badan, ia membuat perapian, sambil mencari kayu dan pelepah nyiur untuk tempatnya beristirahat. Dibuatnya rumah-rumahan, sekedar tempat untuk melepas lelah. Disusunnya semua nyiur dengan cermat, agar bangunan itu kokoh dan dapat bertahan lama.

Keesokan harinya, pria malang ini mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk penganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok dijelajahi, hingga kemudian, ia kembali ke gubuknya. Namun, ia terkejut. Semuanya telah hangus terbakar, rata dengan tanah, hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar, karena perapian yang lupa dipadamkannya. Asap membubung tinggi, dan hilanglah semua kerja kerasnya semalam. Pria ini berteriak marah, ” Ya Allah, mengapa Kau lakukan ini padaku. Mengapa?… Mengapa? “. Teriaknya melengking menyesali nasib.

Tiba-tiba…terdengar peluit yang ditiup. Tuittt…..tuuitttt. Ternyata ada sebuah kapal yang datang. Kapal itu mendekati pantai, dan turunlah beberapa orang menghampiri pria yang sedang menangisi gubuknya ini. Pria ini kembali terkejut, ia lalu bertanya, ” Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada disini? Mereka menjawab, ” Kami melihat simbol asapmu!! “
Yakinlah bahwa setiap kejadian sudah diatur oleh sang maha mengetahui dan percayalah bahwa skenario Allah sangatlah indah…
>>>>.
Tak terasa sudah 2 tahun 10 bulan saya di negeri orang,banyak sekali kisah menyenangkan,tidak menyenangkan dan menyedihkan yang datang silih berganti,tetapi bukankah bencana itu datang karena ulah manusia sendiri? Astaghfirullahaladzim, ini hanya karena ulah saya ya Allah yang membuat perjalanan yg harusnya dinikmati menjadi terasa berat.Kenikmatan dan anugrah yang seharusnya membuat saya semakin dekat kepadaMu justru membuat hamba semakin lalai dan terbuai.

Sungguh skenario yang awalnya membuat bangga dan jumawa hanya akan menggelincirkan,merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain benar adanya.Semoga kisah dan pengalaman yang kurang menyenangkan menjadi cambuk untuk berbuat lebih baik di masa yang akan datang >>> Mulailah merencanakan yang baik dengan niat yang sempurna demi Allah semata,diusahakan sekuat tenaga dan biarlah hasilnya Allah yang menentukan.Sebagai manusia hanya bisa berusaha dan Allah sang pemilik skenario yang indah itu

Seperti firman Allah :

“Dan kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (sungguh, kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali), Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah (2) : 155-157).

Bahkan, dalam hadis, Rasulullah SAW juga pernah berpesan,
“Sungguh, amat mengagumkan keadaan orang mukmin itu, karena semua urusannya itu baik baginya. Bila ia mendapat nikmat (kebahagiaan), dia bersyukur, maka itu menjadi kebaikan baginya. Dan bila ditimpah musibah, dia bersabar, maka itu menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim).

Sungguh yang kita anggap baik belum tentu baik pula dimata Allah dan yang kita Anggap jelek belum tentu buruk di mata Allah.Sesungguhnya Allah mengetahui dan kita tidak mengetahui.

Wassalam...

Hanafi

Sumber : http://cerahhati.blog.uns.ac.id/2010/05/22/kisah-hikmah-dan-perjalanan-2-th-10-bln-di-jepang/

Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

Hiu Yang Membuat Tantangan!

Baik, kisah ini ada pada industri perikanan jepang. Ikuti dan ambil hikmah dari cerita berikut ini…

Orang Jepang sejak lama selalu menyukai ikan segar. Tetapi tidak banyak ikan yang tersedia di perairan yang dekat dengan Jepang dalam beberapa dekade ini. Jadi untuk memberi makan populasi Jepang, kapal-kapal penangkap ikan bertambah besar lebih dari sebelumnya.

Semakin jauh para nelayan pergi, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk membawa ikan hasil tangkapan itu kembali. Jika perjalanan pulang mencapai beberapa hari, ikan tersebut tidak segar lagi. Orang Jepang tidak menyukai rasanya. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan perikanan memasang freezer di kapal mereka. Mereka akan menangkap ikan dan langsung membekukannya di laut. Freezer memungkinkan kapal-kapal nelayan untuk pergi semakin jauh dan lama.
Namun, orang Jepang dapat merasakan perbedaan rasa antara ikan segar dan beku dan mereka tidak menyukai ikan beku. Ikan beku harganya menjadi lebih murah.

Sehingga perusahaan perikanan memasang tangki-tangki penyimpan ikan di kapal mereka. Para nelayan akan menangkap ikan dan langsung menjejalkannya ke dalam tangki hingga berdempet-dempetan. Setelah selama beberapa saat saling bertabrakan, ikan-ikan tersebut berhenti bergerak. Mereka kelelahan dan lemas, tetapi tetap hidup. Namun, orang Jepang masih tetap dapat merasakan perbedaannya. Karena ikan tadi tidak bergerak selama berhari-hari, mereka kehilangan rasa ikan segarnya. Orang Jepang menghendaki rasa ikan segar yang lincah, bukan ikan yang lemas. Bagaimanakan perusahaan perikanan Jepang mengatasi masalah ini? Bagaimana mereka membawa ikan dengan rasa segar ke Jepang?

Jika anda menjadi konsultan bagi industri perikanan, apakah yang anda rekomendasikan?

Begitu anda mencapai tujuan-tujuan anda, seperti mendapatkan jodoh, memulai perusahaan yang sukses, membayar hutang-hutang anda, atau apapun, anda dapat kehilangan gairah anda. Anda tidak perlu bekerja demikian keras sehingga anda bersantai. Anda mengalami masalah yang sama dengan para pemenang lotere yang menghabiskan uang mereka, pewaris kekayaan yang tidak pernah tumbuh dewasa, dan para ibu rumah tangga jemu yang kecanduan obat-obatan resep.

Seperti masalah ikan di Jepang tadi, solusi terbaiknya sederhana. Hal ini diamati oleh L. Ron Hubbard di awal 1950-an.  
“Orang berkembang, anehnya, hanya dalam kondisi lingkungan yang menantang”  -L. Ron Hubbard.

Keuntungan dari sebuah Tantangan:
"Semakin cerdas, tabah dan kompeten diri anda, semakin anda menikmati masalah yang rumit. Jika takarannya pas, dan anda terus menaklukan tantangan tersebut, anda akan bahagia. Anda akan memikirkan tantangan-tantangan tersebut dan merasa bersemangat. Anda tertarik untuk mencoba solusi-solusi baru. Anda senang. Anda hidup!
Bagaimana Ikan Jepang Tetap Segar." 

Untuk menjaga agar rasa ikan tersebut tetap segar, perusahaan perikanan Jepang tetap menyimpan ikan di dalam tangki. Tetapi kini mereka memasukkan seekor ikan hiu kecil ke dalam masing-masing tangki. Memang ikan hiu memakan sedikit ikan, tetapi kebanyakan ikan sampai dalam kondisi yang sangat hidup. Ikan-ikan tersebut tertantang.
Saran:
"Jangan menghindari tantangan, melompatlah ke dalamnya. Taklukanlah. Nikmati permainannya. Jika tantangan anda terlalu besar atau terlalu banyak, jangan menyerah. Kegagalan membuat anda lelah. Sebaliknya, atur kembali strategi. Temukanlah lebih banyak keteguhan, pengetahuan, dan bantuan."

"Jika anda telah mencapai tujuan anda, rencanakanlah tujuan yang lebih besar lagi. Begitu kebutuhan pribadi atau keluarga anda terpenuhi, berpindahlah ke tujuan untuk kelompok anda, masyarakat, bahkan umat manusia. Jangan ciptakan kesuksesan dan tidur di dalamnya. Anda memiliki sumber daya, keahlian, dan kemampuan untuk membuat perubahan. Jadi, masukkanlah seekor ikan hiu di tangki anda dan lihat berapa jauh yang dapat anda capai!"


Sumber : http://tymask.wordpress.com/2009/06/28/hiu-yang-membuat-tantangan/

Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

Muslimah, Apa Arti Jilbab Bagimu?

Jilbab ini tak sekedar penutup kepala karena rambut yang jelek.
Jilbab ini tak sekedar penutup kulit yang hitam atau coklat karena.
termakan iklan pingin berkulit putih.
Jilbab ini tak sekedar penutup kaki yang tidak panjang semampai.
Jilbab ini tak sekedar ingin ikut-ikutan tren karena banyak artis berjilbab.
Jilbab ini tak sekedar karena beli bahan kepanjangan mau buat apa sisanya.
Jilbab ini bukan dipakai karena memang terpaksa karena instansi tempat.
kita belajar atau bekerja mengharuskan kita untuk berjilbab.
Jilbab ini dipakai bukan karena ingin mencari perhatian lawan jenis agar dinilai alim…

Muslimah, lebih dari itu semua, ketahuilah bahwa di antara kasih sayang Allah terhadap kaum wanita adalah tidak mengabaikan hal-hal yang dapat menjadi kemaslahatan bagi mereka kecuali menganjurkannya dan memerintahkannya, dan tidak membiarkan apapun yang membahayakannya kecuali memperingatkannya dan menghindarkannya dari mereka.

Muslimah, bentuk kasih sayang Allah kepada kaum perempuan adalah memerintahkannya supaya mengenakan hijab yang syar’i jika ia telah mencapai usia baligh dan lebih banyak menetap dirumah.

Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab 33, 
“Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahli bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”


Juga dalam QS. An-Nuur 3, 
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anaka-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”


Juga dalam QS. Al-Ahzab 59, 
Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka tidak diganggu. Dan Allahadalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Bagi saudari-saudariku yang sudah mengenakan pakaian muslimah tentu sudah tidak asing lagi dengan ayat-ayat diatas, bukan maksudku untuk meremehkan kalian semua dalam hal ini, akan tetapi aku tuliskan kembali semua ini sekedar untuk mengingatkan kembali tentang semangat kita semua dalam berpakaian mauslimah yang syar’i, karena di zaman yang serba modern saat ini bukanlah hal mustahil jika kita bisa saja tergoda oleh buaian dunia sehingga jauh dari aturan-aturan syariat. Naudzubillah. Tak terkecuali diriku. Semoga kita terhindar dari itu semua. Aku yakin, dengan saling mengingatkan di antara kita, Insya Allah akan menambah keimanan kita .

Teruntuk saudariku yang belum terketuk hatinya untuk mengenakan jilbab syar’i semoga dapat menambah wawasan dan menambah keyakinan bahwa tak ada kerugian ketika kita menaati apa yang Allah perintahkan. Saya dan muslimah lain mendoakan semoga kalian diberikan hidayah-Nya. Dan juga para lelaki, para suami maupun calon suami, sudah kewajiban Anda untuk juga tahu akan hal seperti ini karena Anda adalah pemimpin/calon pemimpin dalam keluarga yang tentunya anda mempunyai istri atau anak-anak perempuan yang menjadi tanggung jawab Anda untuk senantiasa mengingatkan dalam kebaikan dan nantinya pasti dimintai pertanggungjwaban.

Saudariku sudah selayaknyalah kita memudahkan orang-orang yang bertanggung jawab, karena kesadaran kita sendiri untuk berjilbab karena kita tahu kita lebih takut kepada Allah.
Saudariku, lalu sebenarnya hijab yang wajib dikenakan itu seperti apa?
  1. Menutup seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak tangan
  2. Tebal dan tidak transparan
  3. Tidak mengundang fitnah atau menjadi perhiasan bagi dirinya
  4. Longgar tidak menggunakan wangi-wangian
  5. Tidak menyerupai kaum laki-laki
  6. Tidak berbusana seperti wanita non-muslim
  7. Tidak mencolok
Saya hanya menuliskan poin-poinnya saja. Selanjutnya Anda bisa mengakses lewat buku-buku, salah satunya yang berjudul “Pakaian Wanita Muslimah” karya Syaikh Utsaimin. Saudariku, sudahkah kita, istri kita, anak-anak kita nantinya, saudara perempuan kita berjilbab sesuai syariah? Mari senantiasa perbaiki niatan kita dan juga busana kita sehingga ketika kita berpakaian tidak hanya sekedar ikut tren tapi juga berniat melaksanakan perintah Allah yang menuai pahala.

Saudariku, semoga tulisan sederhana saya ini bisa kembali mengingatkanku dan kalian semua. Dakwah tidak sekedar berkata akan tetapi butuh suri tauladan. Semoga kita bisa mengikuti suri tauladan yang baik, Nabi Muhammad Saw. Semoga kita senantiasa dimudahkan oleh-Nya untuk menapaki dinul Islam. Amiin

Penulis: Anindya Sugiyarto, Ibu rumah tangga dengan dua orang anak, tinggal di Rawasari, Jakarta Pusat

Sumber : http://dymash.wordpress.com/2010/07/08/muslimah-apa-arti-jilbab-bagimu/

Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

Kumpulan Catatan Penyejuk Hati yang Dahaga dan Pengingat Jiwa yang Lupa.

I.    Hidup Adalah Proses

Hidup Adalah Proses
Kadang kita bertanya dalam hati dan menyalahkan Tuhan, "apa yg telah saya lakukan sampai saya harus mengalami ini semua ?" atau "kenapa Tuhan membiarkan ini semua terjadi pada saya ?" Here is a wonderful explanation...

Seorang anak memberitahu ibunya kalau segala sesuatu tidak berjalan seperti yang dia harapkan. Dia mendapatkan nilai jelek dalam raport, putus dengan pacarnya, dan sahabat terbaiknya pindah ke luar kota. Saat itu ibunya sedang membuat kue, dan menawarkan apakah anaknya mau mencicipinya, dengan senang hati dia berkata, "Tentu saja, I love your cake."

"Nih, cicipi mentega ini," kata Ibunya menawarkan."Yaiks," ujar anaknya. "Bagaimana dgn telur mentah ?" "You're kidding me, Mom." "Mau coba tepung terigu atau baking soda ?" "Mom, semua itu menjijikkan!!."

Lalu Ibunya menjawab, "ya, semua itu memang kelihatannya tidak enak jika dilihat satu per satu. Tapi jika dicampur jadi satu melalui satu proses yang benar, akan menjadi kue yang enak."

Tuhan bekerja dengan cara yang sama. Seringkali kita bertanya kenapa Dia membiarkan kita melalui masa-masa yang sulit dan tidak menyenangkan. Tapi Tuhan tahu jika Dia membiarkan semuanya terjadi satu per satu sesuai dengan rancanganNya, segala sesuatunya kan menjadi sempurna tepat pada waktunya.

Kita hanya perlu percaya proses ini diperlukan untuk menyempurnakan hidup kita. Tuhan teramat sangat mencintai kita. Dia mengirimkan bunga setiap musim semi, sinar matahari setiap pagi. Setiap saat kita ingin bicara, Dia akan mendengarkan. Dia ada setiap saat kita membutuhkanNya, Dia ada di setiap tempat, dan Dia memilih untuk berdiam di hati kita.


II.   Sepatu Raja

Sepatu Raja
Seorang raja berjalan kaki melihat-lihat keadaan ibu kota. Di jalan depan istana, kakinya terluka karena menginjak batu tajam. “Jalan di depan istana ini sangat buruk. Aku harus memperbaikinya,” begitu pikirnya. Maka, Sang Raja segera merumuskan proyek untuk memperbaiki jalan di depan istana itu. Ia ingin jalan itu dilapisi dengan kulit sapi terbaik, agar siapapun yang melewatinya tidak terluka. Persiapan mengumpulkan sapi-sapi di seluruh negeri dilakukan.

Di tengah kesibukan luar biasa itu, seorang pertapa menghadap raja dan berkata, “Wahai Paduka. Mengapa Paduka mengorbankan sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan tersebut, padahal yang Paduka perlukan hanya dua potong kulit sapi untuk sepatu yang berfungsi melapisi telapak kaki Paduka?”

Ah, cerita klasik di atas mengingatkanku betapa seringnya aku menuntut dunia agar berubah sesuai dengan keinginanku, demi kenyamananku dan harapanku. Padahal, dengan sedikit perubahan pada diriku sendiri, aku sebenarnya sudah bisa mengatasi itu semua.

Aku ingat betul, bagaimana dulu aku sering berusaha membuat orang-orang di sekitarku agar mengagumi – atau setidaknya suka dengan aku. Aku berusaha keras untuk itu karena aku yakin semua itu bisa mendatangkan kesuksesan. Tetapi ada sebuah titik nadir yang membuat aku sadar, bahwa aku tidak bisa memaksa setiap orang untuk menyukai aku.

Kenapa aku harus berjuang untuk hal-hal yang sebenarnya tidak dapat aku rubah?

Bukankah lebih baik menata diri dan komposisi tubuh ini agar selalu tumbuh dinamis – seiring dengan keadaan dan perubahan di sekitarku?

Seperti sulur-sulur tumbuhan rambat yang merayap mengikuti bentuk tembok.. tetapi mampu menghancurkannya.. Seperti lumut yang tumbuh naik turun mengikuti tekstur batu, tetapi sangat berpotensi untuk membuatnya rapuh.. Seperti awan yang selalu bergerak mengikuti angin, tetapi mampu menjadi hujan dan cuaca yang justru memutarbalikkan arah angin itu sendiri.. semoga.. ^^


III.   Anak Buta

Anak Buta
Berpikirlah dari sudut pandang yang berbeda..

Seorang anak buta duduk bersila di sebuah tangga pintu masuk pada sebuah supermarket. Yup, dia adalah pengemis yang mengharapkan belas kasihan dari para pengunjung yang berlalu lalang di depannya. Sebuah kaleng bekas berdiri tegak di depan anak itu dengan hanya beberapa keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah papan yang bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.”

Ada Seorang pria yang kebetulan lewat di depan anak kecil itu. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh, lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, pria itu memandang dan memperhatikan tulisan yang terpampang pada papan. Seperti sedang memikirkan sesuatu, dahinya mulai bergerak-gerak.

Lalu pria itu meminta papan yang dibawa anak itu, membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, pria itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi meninggalkannya. Sepeninggal pria itu, uang recehan pengunjung supermarket mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh. Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu.

Beberapa waktu kemudian pria itu kembali menemui si anak lalu menyapanya. Si anak berterima kasih kepada pria itu, lalu menanyakan apa yang ditulis sang pria di papan miliknya. Pria itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah, tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan betapa beruntungnya orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar kasihan sama kamu. Saya ingin mereka memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.”

Pria itu melanjutkan kata-katanya, “Selain untuk menambah penghasilanmu, saya ingin memberi pemahaman bahwa ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk tersenyum.”


IV.   Jawaban Elegan dari Seorang Tukang Bakso

Jawaban Elegan dari Seorang Tukang Bakso
Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek... tekk... tek... suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau bakso ?

"Mauuuuuuuuu. ...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.
Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...

Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan?Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah,dan mana yang menjadi hak cita-cita penyempurnaan iman ".

"Maksudnya.. ...?", saya melanjutkan bertanya.
"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :
  1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.
  2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.
  3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat...... .....sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belumada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".

Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT ataupak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri,"mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".
"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso".

Berterimakasihlah pada orang-orang kecil yang memberikan teladan dan menebarkan harapan perbaikan hidup pada kita. Mereka tiang penyangga yang menahan langit dari keruntuhan.

Mereka peredup terik mentari kehidupan yang ada kalanya terasa panas membakar......


V.    Kotak Sepatu

Kotak Sepatu
Henry dan Marta sudah menikah lebih dari 40 tahun. Tentu, sepasang manusia itu kini telah renta. Umur Henry 72 tahun dan umur Marta 68 tahun. Ketika hidup berumah tangga, keduanya tidak pernah menyimpan rahasia. Kecuali, sebuah kotak sepatu yang di simpan Marta di lemari pakaiannya. Marta berpesan kepada suaminya untuk tidak sekali-kali membukanya atau bahkan menanyakan tentang barang itu kepadanya.

Suatu ketika, Marta sakit keras. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Henry dan anak-anak mereka untuk menyembuhkan Marta. Tetapi, tak satu pun yang berhasil. Dokter sudah angkat tangan dengan penyakit Marta. Mengingat tuanya usia Marta, tidak mungkin bagi dokter untuk melakukan tindakan-tindakan medis seperti yang biasa dilakukan pada penderita biasa.

Saat berbaring di tempat tidur, Marta berkata lirih pada suaminya, “Tolong ambilkan kotak sepatu di lemari pakaianku.” Henry segera beranjak dari tempat duduknya dan mengambil kotak sepatu itu, lalu memberikannya pada istrinya. Rupanya Marta sadar, bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membuka rahasia di dalam kotak sepatu itu.

“Bukalah.” Marta berkata lagi pada suaminya. Perlahan-lahan Henry membuka penutup kotak itu. Henry mendapati ada dua boneka rajut dan setumpuk uang senilai hampir sepuluh juta rupiah. Henry lalu menanyakan ada apa dengan dua boneka rajut dan uang itu pada istrinya.

“Ketika kita menikah, ada sebuah rahasia perkawinan yang dituturkan Nenekku.” Marta bercerita, “Nenekku berpesan bahwa jangan sekali-kali membentak atau berteriak pada suamimu. Nenek bilang jika suatu saat saya marah padamu, saya harus tetap diam dan merajut sebuah boneka.” Henry hanya bisa terdiam saat mendengar cerita istrinya. Dan, air mata pun mulai bercucuran di pipinya.

“Sayang, lalu bagaimana dengan uang sepuluh juta ini?” Tanya Henry pada Marta, “Darimana engkau mendapatkan sebanyak ini?” Isteri menyahut, “Oh, itu adalah uang hasil penjualan dari boneka-boneka yang pernah saya buat.”


VI.   Nasihat Rasulullah saw yang Membuat Kita Optimis

Nasihat Rasulullah saw yang Membuat Kita Optimis
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid telah menceritakan kepada kami Kahmasy bin Al Hasan dari Al Hajjaj bin Al Furafishah, Abu Abdurrahman yaitu Abdullah bin Yazid, berkata; dan aku telah melihatnya dijalan lalu ia memberi salam kepadaku, saat itu aku masih kecil, ia merafa'kan (riwayat) kepada Ibnu Abbas atau menyandarkannya kepada Ibnu Abbas. Ahmad bin Hambal berkata; dan telah menceritakan kepadaku Hammam bin Yahya Abu Abdullah sahabat Al Bashri, ia menyandarkannya kepada Ibnu Abbas.

Dan telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Lahi'ah dan Nafi' bin Yazid Al Misriyyan dari Qais bin AlHajjaj dari Hanasy Ash Shan'ani dari Ibnu Abbas, dan aku tidak hafal (detail) hadits sebagian mereka dari sebagian lainnya, bahwa ia berkata;

Aku dibonceng oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu beliau bersabda:
"Wahai anak." Atau Beliau mengatakan: "Wahai anak kecil, maukah kamu aku ajari beberapa kalimat yang Allah akan memberimu manfaat." Aku menjawab;"Ya."

Lalu beliau bersabda: "
  • Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu,
  • Jagalah Allah niscaya engkau mendapatiNya di hadapanmu.
  • Ingatlah Dia di waktu lapang niscaya Dia akan ingat kepadamu di waktu sempit.
  • Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah.
  • Telah kering pena dengan apa yang telah terjadi. Seandainya seluruh makhluk hendak memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu, niscaya mereka tidak akan mampu memberikan manfaat kepadamu. Dan seandainya mereka hendak mencelakakan dirimu dengan sesuatu yang Allah tidak menetapkan padamu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu.
  • Dan ketahuilah bahwa di dalam kesabaran terhadap hal yang engkau benci terdapat banyak kebaikan.
  • Bahwa pertolongan itu (datang) setelah kesabaran, dan
  • kelapangan itu (datang) setelah kesempitan serta bahwa kemudahan itu (datang) setelah kesulitan."
(HR Ahmad No 2666)

Catatan: tidak ada perubahan isi hadist, hanya diubah tampilannya agar mudah dibaca.

Sumber : http://styagreennotes.blogspot.com/2010_08_01_archive.html

Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

Dahsyatnya Cita-Cita

Suatu pagi yang cerah, di dekat rukun Yamani, duduklah empat remaja yang tampan rupa, berasal dari keluarga yang mulia. Mereka adalah Abdullah bin Zubair, Mus'ab bin Zubair, Urwah bin Zubeir, dan satu lagi adalah Abdul Malik bin Marwan.

Mereka saling mengungkapkan apa yang menjadi obsesinya.

Abdullah bin Zubair angkat bicara, "Cita-citaku adalah menguasai seluruh Hijaz dan menjadi khalifahnya." Saudaranya, Mus'ab menyusulnya, "Keinginanku adalah dapat menguasai dua wilayah Irak dan tak ada yang merongrong kekuasaanku." Adapaun Abdul Malik bin Marwan berkata, "Bila kalian berdua merasa cukup dengan itu, maka aku tidak akan puas sebelum bisa menguasai seluruh dunia dan menjadi khalifah setelah Mu'awiyah bin Abi Sufyan."

Sementara itu Urwah diam seribu bahasa, lalu semua mendekati dan bertanya, "Bagaimana denganmu, apa cita-citamu kelak wahai Urwah?" Beliau berkata, "Semoga Allah memberkati cita-cita kalian dari urusan dunia, aku ingin menjadi alim (orang berilmu yang mau beramal), sehingga orang-orang akan belajar dan mengambil ilmu tentang kitab Rabbnya, sunnah Nabinya dan hukum-hukum agamanya dariku, lalu aku berhasil di akhirat dan memasuki jannah dengan ridla Allah."

Hari-hari berganti serasa cepat. Pada gilirannya, Abdullah bin Zubair menjadi penguasa atas Hijaz, Mesir, Yaman, Khurasan dan Irak yang pada akhirnya terbunuh di ka'bah, tak jauh dari tempatnya mengungkapkan cita-citanya dahulu. Mus'ab bib Zubair telah menguasai Irak sepeninggal saudaranya Abdullah, dan akhirnya juga terbunuh ketika mempertahankan wilayah kekuasaannya.

Adapaun Abdul Malik bin Marwan, akhirnya menjadi khalifah setelah ayahnya wafat dan bersatulah suara kaum muslimin, dia berhasil menjadi raja dunia terbesar pada masanya. (Shuawaru min Hayaatit Taabi'in, karya Ra'fat Bsya)

Begitupun dengan Urwah bin Zubeir. Beliau menjadi ulama panutan di zamannya. Ibnu Sa'ad dalam Thabaqat kedua dari penduduk Madinah menyebutkan, "Urwah adalah seorang yang tsiqah, banyak meriwayatkan hadits, faqih, alim, tsabit dan bisa dipercaya." (Kitab At Tahdzib). Bahkan tidak sedikit dari kalangan sahabat Nabi SAW yang bertanya kepada beliau tentang ilmu, meskipun beliau seorang tabi'in.

Realita Tak Jauh dari Cita-cita
Kisah keempat remaja itu membuka mata kita, bahwa apa yang didapatkan manusia, tak akan jauh dengan apa yang menjadi obsesinya. Karena obsesi dan cita-cita itu akan menggerakkan pemiliknya menuju tujuannya. Fokus pikiran, tenaga dan potensi yang dimilikinya akan tercurah untuk meraih apa yang menjadi impiannya.

Karena itu, jangan tanggung-tanggung menentukan cita-cita, jangan merendahkan diri untuk menetapkan target dan tujuan. Cita-cita yang biasa saja, akan menjelma menjadi usaha yang apa adanya, dan pada gilirannya hanya akan memanen hasil yang biasa-biasa pula. Padahal Allah menyukai urusan yang tinggi-tinggi.

"Sesungguhnya Allah menyukai permasalahan yang tinggi-tinggi dan Allah tidak menyukai hal-hal yang rendah." (HR. Thabrani)

Dalam banyak dalil, Allah dan Rasul-Nya telah memotivasi kita untuk optimis dalam bercita-cita. Jiwa yang mulia pun tak akan ridla dengan hal-hal yang bisa saja, perhatikanlah doa-doa orang-orang yang dipuji oleh Allah.
"Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al Furqan : 74)

Kedudukan muttaqin memang sudah istimewa. Tapi ternyata, doa yang dipanjatkan bukan saja menjadi muttaqin, tapi imam atau pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Ini menunjukkan optimisme yang tinggi, himmah dan semangat yang luar biasa untuk meraih derajat yang agung.

Nabi SAW juga menganjurkan kita,
"Jika engkau memohon jannah kepada Allah, maka mohonlah Firdaus, karena Firdaus adalah jannah yang paling tengah dan paling tinggi, di atasnya adalah Arsy Ar-Rahman, dan darinya pula sungai-sungai jannah mengalir." (HR. Bukhari)

Sungguh beruntung orang yang masuk jannah, tak ada sedikitpun yang membuatnya susah atau menderita, meskipun sesorang mendapatkan jannah pada tingkatan yang paling bawah. Tapi, ternyata Nabi SAW menghasung kita memohon kepada kita jannah yang paling tinggi derajatnya. Karena permohonan yang merupakan ungkapan dari cita-cita itu akan memndorong seseorang untuk berusaha mencurahkan segala potensinya untuk meraih tujuannya yang mulia.

Sehebat Apakah Cita-citamu?
Sekarang, kita lihat seberapa hebat cita-cita kita. Mumpung masih ada waktu untuk merevisinya, masih ada peluang untuk menata ulang rencana dan usaha. Dan sebagai akhir kalam, saya cukupkan anda dengan satu contoh yang bisa kita jadikan sebagai referensi dalam memancangkan cita-cita.

Adalah Imam Ibnu Al jauzi, sejak kecil memiliki obsesi yang tinggi dalam hal ilmu, hingga mendorongnya melakukan usaha yang luar biasa, dan hasil yang dicapainya, sulit pula diimbangi oleh orang sezamannya, dan juga setelahnya.

Dia bercerita, "Saya merasakan nikmatnya mencari ilmu, hingga penderitaan di jalan ilmu bagi saya lebih manis dari madu, karena besarnya harapan saya untuk mendapatkan ilmu. Di waktu kecil saya membawa bekal roti kering untuk mencari hadits. Saat istirahat di pinggir sungai, saya tidak bisa makan roti itu saking kerasnya. Satu-satunya cara, saya celupkan roti itu ke sungai, baru aku bisa memakannya. Sekali menelan, saya ikuti dengan meminum air sungai. Kesusahan itu tidak terasa, karena yang ada di benakku hanyalah kelezatan saat mendapatkan ilmu."

Adapun hasilnya, beliau pernah memotivasi puteranya dan berkata,
"Dengan jariku ini, aku pernah menulis 2000 jilid buku, seratus ribu orang bertaubat, dan ada 20.000 orang yang masuk Islam dengan sebab dakwahku."
Sumber : http://styagreennotes.blogspot.com/2011/01/dahsyatnya-cita-cita.html

Wallahu alam...
Semoga bermanfaat
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron