Ini menjadi hak saya. Jelas-jelas ini hasil kerja saya. Suka-suka saya”, teriak sahabat saya siang itu. Teriakan yang sempat mengundang perhatian sahabatku yang lain. Benar-benar siang yang panas sepanas suasana.
Memang segala yang diberikan Tuhan itu menjadi hak kita. Kita mempunyai kebebasan untuk menggunakannya. Tuhan memang maha pengasih. Semua dikasih: tua-muda, kaya-miskin, beriman-kafir dan sebagainya. Tuhan ingin menunjukkan kepada manusia sifat pengasihnya.
Namun, Tuhan juga maha penyayang. Kata sayang mempunyai arti yang sangat dalam. Sayang mengandung pengertian untuk mengayomi, mengasihi, melayani, dan meluruskan. Jika menyayangi sesuatu, kita pasti menjaganya dengan sangat hati-hati. Kita ketakutan bahwa yang disayangi itu akan meninggalkan kita. Beragam cara dan upaya pun kita kerahkan.
Tuhan menunjukkan sifatnya yang penyayang tidak serta merta memberi keenakan atau kenyamanan. Tuhan justru sering menunjukkan kesayangan itu dengan bentuk yang tidak mengenakkan. Dalam kasus ini, terjadilah peristiwa di atas.
Saat ini, kami mendapat rezeki. Tanpa diduga atau disangka, rezeki materi itu datang bertubi-tubi. Tuhan menganugerahkan rezeki itu bak grojogan. Begitu melimpah. Itu memang hak kami.
Namun, kita ternyata lupa dan melupakan bahwa pada saat itu pula terdapat kewajaiban yang harus ditunaikan. Sebagian rezeki itu merupakan titipan Tuhan yang wajib untuk disampaikan kepada yang berhak. Sekadar mengingatkan, sahabat saya yang sedang marah itu (mungkin) khilaf. Sahabatku lupa dan melupakan bahwa semua yang diperolehnya tidak datang serta merta. Semua pasti berlaku hukum kausalitas.
Rezeki yang datang itu merupakan hasil kerja semua komponen kantor. Di sana ada tenaga lepas, tenaga honorer, dan kaum papa. Mereka berjuang juga untuk kita. Mereka selalu bekerja demi kita. Semua keperluan kita selalu dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Lalu, ketika kita memperoleh rezeki, tidakkah tergerak hati untuk sekadar berbagi?
"Sahabatku, andai dunia dan isinya ini diberikan kepada seorang saja, tentu manusia akan meminta langit. Seandainya langit beserta isinya diberikan juga kepada seorang saja, tentu manusia akan meminta alam raya. Sungguh manusia benar-benar dalam kerakusan yang sebenarnya. Semoga kita terhindar dan menghindarkan diri dari sifat yang demikian."... Amin
(www.gurumenulisbuku.blogspot.com)
Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2010/06/21/antara-hak-dan-kewajiban/
Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Catatan ini kami tujukan untuk kami pada khususnya
dan untuk semua pembaca pada umumnya...
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...
Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan... Amin
Wassalam...
Semoga Bermanfaat...
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut Anda note ini bermanfaat...
Lampirkan sumbernya ya... Syukron
Tidak ada komentar:
Posting Komentar