Laman

Sabtu, 19 Februari 2011

Hadist tentang Kepemimpinan, Keadilan dan Politik

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya“ (QS. Nisa: 48)

Memilih pemimpin dalam suatu urusan adalah merupakan aturan yang harus dilakukan dalam setiap urusan. Oleh sebab itu, dalam Islam jika seseorang pergi berjalan dan bermusafir maka orang yang berjalan itu perlu menentukan siapakah diantara mereka yang menjadi pemimpin kelompok dalam perjalanan tersebut.  Hal ini berdasarkan kepada hadis nabi : Abdulah bin Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Tidak halal bagi tiga orang yang sedang berjalan di tengah padang kecuali jika ada seorang dari mereka yang menjadi pemimpin." (Hadis riwayat Ahmad).

Sahabat nabi Abu Said juga menceitakan bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Apabila tiga orang keluar bermusafir maka hendaklah salah seorang dari kamu menjadi pemimpin." (Riwayat Abu Daud)

Tujuan memilih pemimpin adalah supaya ada yang mengatur setiap urusan, dan ada yang bertangungjawab dan membela sesuatu keperluan sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah saw  dalam sabdanya :
"Pemimpin itu adalah perisai memerangi musuh rakyatnya dan melindungi mereka. Jika pemimpin itu mengajak rakyatnya kepada ketaqwaan kepada Allah dan bersikap adil maka pemimpin itu bermanfaat bagi rakyat, tetapi jika dia memerintahkan selain itu maka pemimpin itu merupakan musibah bagi rakyatnya." (Hadis riwayat Muslim).

Oleh karena itu tidak setiap orang dapat menjadi pemimpin, karena seorang pemimpi itu harus mempunyai sifat-sifat kepemimpinan seperti bijaksana, berani, tegas dan lain sebagainya. Oleh sebab itu Nabi sendiri tidak memilih orang yang tidak mempunyai sifat kepemimpinan untuk menjadi pemimpin, padahal dalam system pemerintaha Nabi tercatat bahwa nabi banyak melantik sahabat-sahabat beliau untuk menjadi pemimpin suatu daerah (amir), atau pemimpin kaum ( Naqib ) atau pemimpin perang (Qaid) dan lain sebagainya;  sehingga seorang sahabat nabi yang terkenal dengan ibadah, dan berakhlak mulia tetapi lemah dalam sifat kemepimpinan bertanya kepada Rasul : “Abu Dzar berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah :
"Ya rasulullah, mengapa engkau tidak memberikan jabatan dan kedudukan apapun kepadaku ? Rasulullah saw segera menjawab sambil tangannya menyentuh pundakku : “ Wahai Abu Dzar sesungguhnya engkau ini adalah lemah, dan sesungguhnya jabatan itu adalah amanah, dan sesungguhnya jabatan itu nanti pada hari kiamat akan menjadi sesuatu kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang dapat memegangnya dengan penuh kebenaran dan menunaikan kewajiban yang diamanahkan kepadanya." (Hadis riwayat Muslim).

Tidak semua orang berhak memimpin sebab kepemimpinan itu meupakan amanah dan tanggungjawab. Auf bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah  bersabda :
"Aku khabarkan kepadamu tentang pemimpin “. Auf berkata : Apa itu ya Rsulullah? Nabi menjawab : “ Kedudukan itu nanti merupakan sesuatu yang dapat membuat engkau hina. Kedua, kedudukan itu nanti akan memberikan penyesalan. Ketiga, kedudukan itu akan menjadi penyebab siksaan di hari akhirat, kecuali jika orang yang mendapat kedudukan itu dapat bersikap adil, tetapi bagaimana mungkin seseorang itu dapat berlaku adil dengan kaum kerabatnya." (Hadis riwayat Bazar, dan Thabrani)

Menjadi pemimpin itu mempunyai resiko dunia akhirat. Abi Umamah menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Siapa saja yang memimpin walaupun sepuluh orang atau lebih dari bilangan tersebut, maka nanti di hari akhirat dia akan dibawa dengan leher dan tangan yang dirantai, maka sesuatu yang dapat melepaskan rantainya tersebut adalah kebaikannya dan keadilannya dalam memimpin."(Hadis riwayat Ahmad).

Memang memimpin itu merupakan nikmat dan  peluang pahala yang berlipat ganda. Ibnu Abbas menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Satu hari keadilan seorang pemimpin lebih baik daripada ibadah selama enam puluh tahun, dan jika seorang pemimpin menegakkan hukum  dengan adil itu lebih utama daripada nikmat turunnya hujan selama empat puluh hari." (Riwayat Thabrani).

Disamping mendapat pahala tetapi menjadi pemimpin itu juga dapat merupakan azab di akhirat kelak. Abuhurairah menceritakan bahwa Rasulullah bersabda Wahai Abu Hurairah :
"Keadilan satu jam lebih baik daripada ibadah enam puluh tahun dengan malam penuh shalat tahajud dan siang berpuasa sunat..Wahai Abu Hurairah kedzaliman satu jam dalam menegakkan hukum lebih berat di sisi Allah daripada maksiat enam puluh tahun." (Riwayat Isfahani).

Malahan kepemimpinan yang tidak adil  dapat mengakibatkan tidak diterimanya ibadah shalat pemimpin tersebut. Talhah bin Ubaidillah menyatakan bahwa dia mendengar Rasulullah bersabda :
"Ketahuilah bahwa Allah tidak menerima shalat pemimpin yang tidak adil dan amanah." (Riwayat Hakim)

Pemimpin itu juga akan selalu digoda syetan, tergantung sikap dalam memimpin. Ibnu Abi Aufa menceritakan bahwa Rasulullah bersabda :
"Sesungguhnya Allah bersama pemimpin yang adil, dan jika pemimpin itu tidak dzalim maka Allah akan menghindar dari sisinya dan pemimpin itu akan selalu didampingi oleh syetan." (Riwayat Tirmidzi).

"Ketidak adilan pemimpin merupakan penyebab masuk neraka. Ma’kal bin Yasir menceritakan bahwa siapa yang menjadi pemimpin sedikit atau banyak dan dia tidak bersikap adil maka Allah akan membenamkan mukanya di dalam api neraka." (Riwayat Thabrani).

Malahan kedzaliman seorang pemimpin membuat dia terhalang untuk masuk ke dalam surga. Dari Ibnu Abbas menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Siapa saja dari umatku yang menjadi pemimpin dan dia tidak memelihara mereka sebagaimana dia memelihara dirinya sendiri maka dia nanti tidak akan mendapatkan aroma surga sedikitpun." (Riwayat Thabrani).

Ma’kal bin Yasir menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda :
"Siapa saja yang memimpin tetapi menutup pintunya daripada rakyat, dan dia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, maka Allah haramkan dirinya daripada memasuki surga." (Riwayat Bukhari Muslim)

Abdullah bin Maghfal alMuzni menceritakan bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda :
"Siapa saja yang menjadi pemimpin yang tidur di malam hari sedang dia menipu rakyatnya maka Allah haramkan baginya surga." (Riwayat Thabrani)

Ibnu Abbas menceritakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda bahwa:
"Barangsiapa yang memilih dan mengangkat seorang untuk menjadi pegawai atau pemimpin karena kaum kerabat / kroni/ ta’asub dan fanatik kepada kelompok/partai sedang diantara mereka masih ada orang yang lebih diridhai oleh Allah ( lebih layak untuk memimpin ) maka orang yang memilih karena kerabat/fanatik kelompok itu sudah berkhianat kepada Allah dan berkhianat kepada Rasulullah, dan juga berkhianat kepada orang yang beriman." (Hadis sahih riwayat Hakim)

Pada saat sekarang ini sekian banyak orang berlomba ingin menjadi pemimpin dengan mengikuti pilkada, baik dari kalangan terpelajar sampai kepada artis. Demikian juga rakyat sibuk menjagokan pilihan masing-masing tanpa melihat apakah seseorang itu layak menjadi pemimpin, sehingga pilkada menjadi ajang meraih keuntungan, baik si pemilih, maupun si calon yang akan dipilih jika dia menang dalam pilihan, demikian juga team sukses pilkada menjadi profesi yang menguntungkan. Padahal memilih pemimpin mempunyai resiko dunia dan akhirat, baik bagi sepemilih mapun bagi yang dipilih. Sudah saatnya setiap orang memperhatikan akibat pilihan dan sokongan jika tidak diridhai oleh Allah, apalagi kalau memilih seseorang bukan karena sifat kepemimpinannya tetapi karena fanatik partai, atau karena politik uang, dagang sapid an lain sebagainya. Akibatnya rakyat akan sengsara sepanjang lima tahun ke depan, dan lebih parah lagi, di akhirat nanti siksa neraka bagi mereka yang tidak amanah baik dalam memilih pemimpin maupun bagi mereka yang terpilih menjadi  pemimpin. Fa’tabiru Ya Ulil albab.

Sumber : http://pcimkl.wordpress.com/2010/05/11/pemimpin-antara-surga-dan-neraka/


Hadist tentang Kepemimpinan, Keadilan dan Politik

1. "Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi (pelayan) mereka." (HR. Abu Na'im)
2. "Tidak akan sukses suatu kaum yang mengangkat seorang wanita sebagai pemimpin."(HR. Bukhari)
3. "Rasulullah Saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, "Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya." (HR. Bukhari dan Muslim)

4. "Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang bijaksana dan dijadikan ulama-ulama mereka menangani hukum dan peradilan. Juga Allah jadikan harta-benda ditangan orang-orang yang dermawan. Namun, jika Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum maka Dia menjadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang berakhlak rendah. DijadikanNya orang-orang dungu yang menangani hukum dan peradilan, dan harta berada di tangan orang-orang kikir." (HR. Ad-Dailami)

5. "Kami tidak mengangkat orang yang berambisi berkedudukan." (HR. Muslim)

6. "Ada tiga perkara yang tergolong musibah yang membinasakan, yaitu:
a. Seorang penguasa bila kamu berbuat baik kepadanya, dia tidak mensyukurimu dan bila kamu berbuat kesalahan dia tidak mengampuni.
b. Tetangga apabila melihat kebaikanmu dia pendam (dirahasiakan atau diam saja) tapi bila melihat keburukanmu dia sebarluaskan.
c. Isteri bila berkumpul dia mengganggumu (diantaranya dengan ucapan dan perbuatan yang menyakiti) dan bila kamu pergi (tidak di tempat) dia akan mengkhianatimu." (HR. Ath-Thabrani)

7. "Allah melaknat penyuap, penerima suap dan yang memberi peluang bagi mereka." (HR. Ahmad)

8. "Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai." (HR. Ath-Thabrani)

9. "Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya kesengsaraan (kekesalan hati) dan pada akhirnya azab pada hari kiamat." (HR. Ath-Thabrani)

Keterangan: Hal tersebut karena dia menyalah-gunakan jabatannya dengan berbuat yang zhalim dan menipu (korupsi dll).

10. "Aku mendengar Rasulullah Saw memprihatinkan umatnya dalam enam perkara:
a. Diangkatnya anak-anak sebagai pemimpin (penguasa).
b. Terlampau banyak petugas keamanan.
c. Main suap dalam urusan hokum.
d. Pemutusan silaturahmi dan meremehkan pembunuhan.
e. Generasi baru yang menjadikan Al Qur'an sebagai nyanyian.
f. Mereka mendahulukan atau mengutamakan seorang yang bukan paling mengerti fiqih dan bukan pula yang paling besar berjasa tapi hanya orang yang berseni sastra lah." (HR. Ahmad)

11. "Barangsiapa diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang yang membutuhkannya maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat." (HR. Ahmad)

12. "Khianat paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya." (HR. Ath-Thabrani)

13. "Menyuap dalam urusan hukum adalah kufur." (HR. Ath-Thabrani dan Ar-Rabii')

14. "Barangsiapa tidak menyukai sesuatu dari tindakan penguasa maka hendaklah bersabar. Sesungguhnya orang yang meninggalkan (membelot) jamaah walaupun hanya sejengkal maka wafatnya tergolong jahiliyah." (HR. Bukhari dan Muslim)

15. "Jangan bersilang sengketa. Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu bersilang sengketa (cekcok, bermusuh-musuhan) lalu mereka binasah." (HR. Ahmad)

16. "Ka'ab bin 'Iyadh Ra bertanya, "Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah itu tergolong fanatisme?" Nabi Saw menjawab, "Tidak, fanatisme (Ashabiyah) ialah bila seorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman." (HR. Ahmad)

17. "Kaum muslimin kompak bersatu menghadapi yang lain." (HR. Asysyihaab)

18. "Kekuatan Allah beserta jama'ah (seluruh umat). Barangsiapa membelot maka dia membelot ke neraka." (HR. Tirmidzi)

19. "Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam (amir) pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan) bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya." (HR. Bukhari dan Muslim)


20. "Barangsiapa membaiat seorang imam (pemimpin) dan telah memberinya buah hatinya dan jabatan tangannya maka hendaklah dia taat sepenuhnya sedapat mungkin." (HR. Muslim)

21. "Akan terlepas (kelak) ikatan (kekuatan) Islam, ikatan demi ikatan. Setiap kali terlepas satu ikatan maka orang-orang akan berpegangan kepada yang lainnya. Yang pertama kali terlepas ialah hukum dan yang terakhir adalah shalat." (HR. Ahmad dan Al Hakim)

22. "Hendaklah kamu mendengar, patuh dan taat (kepada pemimpinmu), dalam masa kesenangan (kemudahan dan kelapangan), dalam kesulitan dan kesempitan, dalam kegiatanmu dan di saat mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan sekalipun keadaan itu merugikan kepentinganmu." (HR. Muslim dan An-Nasaa'i)

23. "Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu dalam kesesatan. Karena itu jika terjadi perselisihan maka ikutilah suara terbanyak." (HR. Anas bin Malik)

24. "Dua orang lebih baik dari seorang dan tiga orang lebih baik dari dua orang, dan empat orang lebih baik dari tiga orang. Tetaplah kamu dalam jamaah. Sesungguhnya Allah Azza wajalla tidak akan mempersatukan umatku kecuali dalam petunjuk (hidayah)." (HR. Abu Dawud)


Sumber : http://abuziyadah.blogspot.com/2010/05/hadist-tentang-kepemimpinan-keadilan.html


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)

Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan... Amin
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... Amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan : Lampirkan sumbernya ya... Syukron ^_^

4 komentar: