Laman

Sabtu, 19 Februari 2011

Mengubah Cacian Menjadi Kekaguman

Menjadi berhasil dan sukses tanpa melalui penderitaan dan mendapatkan cacian adalah kemauan banyak orang saat ini, terutama kalangan muda. Sayangnya wajah kehidupan yang mulus seperti ini tidak pernah ada. Sehingga jadilah cita-cita menjadi besar tanpa penderitaan hanya sebagai khayalan manusia malas yang tidak pernah mencoba.

Padahal jika kita mengenal kisah-kisah manusia kuat dan terhormat hampir semuanya berisi kisah-kisah penuh cacian sekaligus penderitaan. Dalam sejarah umat Islam, semua orang mengetahui dengan pasti bagaimana perjuangan Muhammad Rasulullah ketika memperkenalkan Islam kepada kaum Quraisy yang dilalui dengan penuh penderitaan, cacian, ejekan dan pelecehan. Begitu juga kisah-kisah perjuangan manusia sesudahnya. Sebutlah deretan nama-nama mengagumkan seperti Nelson Mandela, Mahatma Gandhi sampai dengan Dalai Lama. Semuanya dibikin kuat sekaligus terhormat oleh penderitaan.

Muhammad yang sejak kecil telah menunjukkan sifat-sifat terpuji, kejujuran, rela menolong orang lain, patuh dan rajin bekerja. Tidak pernah dalam pengalaman hidupnya ia berdusta meskipun cuma sekali. Hingga masyarakat  di lingkungannya memberikan julukan gelar Al Amin, Orang yang Terpercaya. Namun ketika ia mendakwahkan Islam dan mengajak masyarakat  di sekelilingnya untuk menyembah Allah, maka yang ia dapatkan adalah pengusiran, pemboikotan, pelecehan, penganiayaan dan penyiksaan fisik lainnya. Ia bahkan disebut sebagai pendusta, orang gila dan sering dilecehkan dengan dilempari kotoran, tanah dan bebatuan.

Bertahun-tahun ia menyebarkan agama yang diwahyukan Tuhan kepadanya sampai kemudian ia pergi meninggalkan Mekah dan berhijrah ke kota Madinah. Disanalah ia kemudian membangun masyarakat muslim dan kemudian kelak ia diakui oleh dunia sebagai pemimpin karismatik yang berhasil menyatukan hampir sepertiga bagian dunia dan memberikan pencerahan kepada seluruh bangsa Arab dan bangsa-bangsa lainnya. Muhammad Saw menjadi pemimpin terbesar sepanjang masa yang tidak ada orang seperti beliau setelahnya.

Sejarah lainnya tokoh-tokoh dunia saat ini seperti yang dialami mantan presiden Afrika Selatan ini. Nelson Mandela menjadi kuat dan terhormat karena puluhan tahun dipenjara, disakiti serta diasingkan. Sekarang, ia tidak saja dihormati dan disegani namun juga menjadi modal demokrasi yang mengagumkan bagi Afrika Selatan. Gandhi besar dan menjulang karena terketuk amat dalam hatinya oleh kesedihan akibat diskriminasi dan penjajahan. Dan yang lebih mengagumkan, tatkala perjuangannya berhasil, ia menolak memetik buah kekuasaan dari hasil perjuangannya yang panjang, lama sekaligus mengancam nyawa.

Demikian juga yang dialami Dalai Lama. Di umur belasan tahun kehilangan kebebasan. Menginjak umur dua puluhan tahun kehilangan negara. Dan sampai sekarang sudah hidup di pengungsian selama tidak kurang dari empat puluh lima tahun. Setiap hari menerima surat sekaligus berita menyedihkan tentang Tibet. Lebih dari itu, negaranya Tibet sampai sekarang kehilangan banyak sekali hal akibat masuknya pemerintah Cina. Namun sebagaimana sudah dicatat rapi oleh sejarah, daftar-daftar kesedihan Dalai Lama ini sudah berbuah teramat banyak bagi masyarakat sekitarnya dan dunia. Menerima hadiah nobel perdamaian di tahun 1989. Karya-karyanya mengubah kehidupan demikian banyak orang. Sampai dengan julukan banyak sekali pengagumnya yang menyimpulkan kalau Dalai Lama hanyalah seorang living Buddha.

Jika Anda pernah menonton film Don’t Cry for Me Argentina, Anda akan mendapatkan kisah yang hampir sama dialami oleh tokoh wanita mengagumkan bernama Evita Peron. Belum berumur sepuluh tahun keluarganya berantakan karena ayahnya meninggal. Kemudian menyambung kehidupan dengan cara menjadi pembantu rumah tangga. Bosan jadi pembantu kemudian menjadi penyanyi bar. Dan bahkan sempat diisukan miring dalam dunia serba gemerlap ini. Pernikahannya dengan Juan Peron tidak mengakhiri penderitaan, malah menambah panjangnya aliran sungai air mata. Namun kehidupan Evita Peron demikian bercahaya. Tidak saja di Argentina ia bercahaya, di dunia ia juga bercahaya.

Muhammad Yunus yang baru-baru ini menerima hadiah Novel Perdamaian 2006 adalah orang yang gigih memperjuangkan dan membantu nasib orang-orang kecil di sekitarnya. Kepeduliannya untuk membuka Grament Bank yang bertujuan membantu orang-orang miskin, utamanya kaum wanita untuk memiliki usaha dan bangkit dari keterpurukan, awalnya mendapat banyak cibiran, pelecehan dan ejekan banyak orang. Sampai kemudian terbukti bahwa apa yang dilakukannya membawa dampak positif bagi orang-orang pinggiran tersebut. Modal yang ia guyurkan telah mengangkat tingkat ekonomi orang-orang di negaranya itu.

Gede Prama, salah seorang guru motivasi yang saya pernah mengikuti seminarnya sewaktu umur saya 22 tahun mengisahkan kisah hidup Thich Nhat Hanh. Tokoh perdamaian asli Vietnam ini mengalami banyak sekali pengalaman getir ketika perang Vietnam. Kalau soal hampir mati, atau hampir diterjang peluru panas sudah biasa. Namun tatkala membawa misi perdamaian ke Amerika, ternyata pemerintah Vietnam melarangnya kembali ke Vietnam. Dan sejak puluhan tahun yang lalu Thich Nhat Hanh bermukim di Prancis. Dan penderitaan serta kesedihan-kesedihan yang mendalam ini juga yang membuat nama Hanh demikian dikenal dan menjulang. Pernah dinominasikan sebagai pemenang hadiah Nobel perdamaian, dihormati di banyak sekali negara, dan karya- karyanya lebih dari sekadar mengagumkan.

Daftar ’kisah sedih yang happy ending’ tokoh-tokoh kuat sekaligus terhormat, yang dibuat besar oleh penderitaan dan cacian orang masih bisa diperpanjang sampai memenuhi halaman buku ini. Namun semua yang telah disebutkan telah memberikan pelajaran yang sangat berguna: penderitaan dan cacian orang ternyata sejenis vitamin jiwa yang membuatnya jadi menyala. Ini mirip sekali dengan judul sebuah buku indah yang berbunyi: Pain, the Gift that Nobody Want. Rasa sakit, penderitaan, cacian orang hampir semua manusia tidak menghendakinya. Tidak saja lari jauh-jauh, bahkan sebagian lebih doa manusia memohon agar dijauhkan dari penderitaan, cacian sekaligus rasa sakit.

Namun kisah orang-orang kuat tersebut. Hanya manusia-manusia yang penuh kesabaran dan ketabahan untuk tersenyum di tengah cacian dan penderitaan, kemudian jiwanya menyala menerangi kehidupan banyak sekali orang.
Pelajarannya adalah bahwa penderitaan dan cacian orang – di tangan manusia-manusia sabar dan tabah – bisa menjadi bahan-bahan yang memproduksi kekaguman orang kemudian. Pertanyaannya kemudian, di tengah-tengah sebagian lebih wajah kehidupan yang serba instant, punyakah kita cukup banyak kesabaran dan ketabahan?

[Jumadi Subur]

Sumber : http://propolispower.com/?p=75


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)

Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan... Amin
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... Amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan Sumbernya ya... Syukron

Tidak ada komentar:

Posting Komentar