Laman

Jumat, 25 Februari 2011

HAKEKAT JILBAB

HAKEKAT JILBAB ( KISAH NYATA )

Subhanallahu ..sungguh kisah yang mengaharukan dari kisah seorang gadis sholihah yang insya Allah husnul khotimah di akhir kehidupannya yang berusaha teguh menjalankan syariat agamanya. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala membalasnya dengan segala kebaikan dan menempatkannya ditempat yang muliya.Amin ya Robbal aa’lamin ,semoga memberikan manfa’at.Allahul musta’an.

HAKEKAT JILBAB ( KISAH NYATA )

Sahabatku menceritakan:
Ini cerita tentang adikku Nur Annisa , gadis yang baru beranjak dewasa namun rada Bengal dan tomboy. Pada saat umur adikku menginjak 17 tahun, perkembangan dari tingkah lakunya rada mengkhawatirkan ibuku, banyak teman cowoknya yang datang kerumah dan itu tidak mengenakkan ibuku sebagai seorang guru ngaji.

Untuk mengantisipasi hal itu ibuku menyuruh adikku memakai jilbab, namun selalu ditolaknya hingga timbul pertengkaran pertengkaran kecil diantara mereka. Pernah satu kali adikku berkata dengan suara yang rada keras: “Mama coba lihat deh, tetangga sebelah anaknya pakai jilbab namun kelakuannya ngga beda beda ama kita kita, malah teman teman Ani yang disekolah pake jilbab dibawa om om, sering jalan jalan, masih mending Ani, walaupun begini-gini ani nggak pernah ma kaya gituan”, bila sudah seperti itu ibuku hanya mengelus dada, kadangkala di akhir malam kulihat ibuku menangis , lirih terdengar doanya: “Ya Allah, kenalkan Ani dengan hukum Engkau ya Allah “.

Pada satu hari didekat rumahku, ada tetangga baru yang baru pindah. Satu keluarga dimana mempunyai enam anak yang masih kecil kecil. Suaminya bernama Abu Khoiri, (bukan Effendy Khoiri lhoo) (entah nama aslinya siapa) aku kenal dengannya waktu di masjid.

Setelah beberapa lama mereka pindah timbul desas desus mengenai istri dari Abu Khoiri yang tidak pernah keluar rumah, hingga dijuluki si buta, bisu dan tuli. Hal ini terdengar pula oleh Adikku, dan dia bertanya sama aku: “Kak, memang yang baru pindah itu istrinya buta, bisu dan tuli ? “..hus aku jawab sambil lalu” kalau kamu mau tau datangin aja langsung kerumahnya”.

Eehhh tuuh, anak benar benar datang kerumah tetangga baru. Sekembalinya dari rumah tetanggaku , kulihat perubahan yang drastis pada wajahnya, wajahnya yang biasa cerah nggak pernah muram atau lesu mejadi pucat pasi….entah apa yang terjadi.?


Namun tidak kusangka selang dua hari kemudian dia meminta pada ibuku untuk dibuatkan Jilbab ..yang panjang, lagi..rok panjang, lengan panjang…aku sendiri jadi bingung….aku tambah bingung campur syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala karena kulihat perubahan yang ajaib.. yah kubilang ajaib karena dia berubah total..tidak banyak lagi anak cowok yang datang kerumah atau teman teman wanitanya untuk sekedar bicara yang nggak karuan…kulihat dia banyak merenung, banyak baca baca majalah islam yang biasanya dia suka beli majalah anak muda kaya gadis atau femina ganti jadi majalah majalah islam, dan kulihat ibadahnya pun melebihi aku …tak ketinggalan tahajudnya, baca Qur’annya, sholat sunat nya…dan yang lebih menakjubkan lagi….bila teman ku datang dia menundukkan pandangan…Segala puji bagi Engkau ya Allah Subhanahu wa ta’ala jerit hatiku..

Tidak berapa lama aku dapat panggilan kerja di kalimantan, kerja di satu perusahaan asing (PMA). Dua bulan aku bekerja disana aku dapat kabar bahwa adikku sakit keras hingga ibuku memanggil ku untuk pulang ke rumah (rumahku di Madiun). Di pesawat tak henti hentinya aku berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar Adikku di beri kesembuhan, namun aku hanya berusaha, ketika aku tiba di rumah, didepan pintu sudah banyak orang, tak dapat kutahan aku lari masuk kedalam rumah, kulihat ibuku menangis, aku langsung menghampiri dan memeluk ibuku, sambil tersendat sendat ibuku bilang sama aku: “Dhi,adikkmu bisa ucapkan dua kalimat Syahadah diakhir hidupnya “..Tak dapat kutahan air mata ini…

Setelah selesai acara penguburan dan lainnya, iseng aku masuk kamar adikku dan kulihat Diary diatas mejanya..diary yang selalu dia tulis, Diary tempat dia menghabiskan waktunya sebelum tidur kala kulihat sewaktu almarhumah adikku masih hidup, kemudian kubuka selembar demi selembar…hingga tertuju pada satu halaman yang menguak misteri dan pertanyaan yang selalu timbul di hatiku..perubahan yang terjadi ketika adikku baru pulang dari rumah Abu Khoiri…disitu kulihat tanya jawab antara adikku dan istri dari tetanggaku, isinya seperti ini :

Tanya jawab ( kulihat dilembaran itu banyak bekas tetesan airmata ):
Annisa : Aku berguman (wajah wanita ini cerah dan bersinar layaknya bidadari), ibu, wajah ibu sangat muda dan cantik.
Istri tetanggaku : Alhamdulillah, sesungguhnya kecantikan itu datang dari lubuk hati.
Annisa : Tapi ibu kan udah punya anak enam, tapi masih kelihatan cantik.
Istri tetanggaku : Subhanallah, sesungguhnya keindahan itu milik Allah Subhanahu wa ta’ala dan bila Allah Subhanahu wa ta’ala berkehendak, siapakah yang bisa menolaknya.
Annisa : Ibu, selama ini aku selalu disuruh memakai jilbab oleh ibuku, namun aku selalu menolak karena aku pikir nggak masalah aku nggak pakai jilbab asal aku tidak macam macam dan kulihat banyak wanita memakai jilbab namun kelakuannya melebihi kami yang tidak memakai jilbab, hingga aku nggak pernah mau untuk pakai jilbab, menurut ibu bagaimana?
Istri tetanggaku : Duhai Annisa, sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan seluruh tubuh wanita ini perhiasan dari ujung rambut hingga ujung kaki, segala sesuatu dari tubuh kita yang terlihat oleh bukan mahrom kita semuanya akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Subhanahu wa ta’ala diakhirat nanti, jilbab adalah hijab untuk wanita.
Annisa : Tapi yang kulihat banyak wanita yang memakai jilbab yang kelakuannya nggak enak, nggak karuan.
Istri Tetanggaku : Jilbab hanyalah kain, namun hakekat atau arti dari jilbab itu sendiri yang harus kita pahami.
Annisa : Apa itu hakekat jilbab ?
Istri Tetanggaku : Hakekat jilbab adalah hijab lahir batin. Hijab mata kamu dari memandang lelaki yang bukan mahram kamu. Hijab lidah kamu dari berghibah (ghosib) dan kesia siaan, usahakan selalu berdzikir kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Hijab telinga kamu dari mendengar perkara yang mengundang mudharat baik untuk dirimu maupun masyarakat. Hijab hidungmu dari mencium cium segala yang berbau busuk. Hijab tangan-tangan kamu dari berbuat yang tidak senonoh. Hijab kaki kamu dari melangkah menuju maksiat.
Hijab pikiran kamu dari berpikir yang mengundang syetan untuk memperdayai nafsu kamu. Hijab hati kamu dari sesuatu selain Allah Subhanahu wa ta’ala, bila kamu sudah bisa maka jilbab yang kamu pakai akan menyinari hati kamu, itulah hakekat jilbab.
Annisa : Ibu aku jadi jelas sekarang dari arti jilbab, mudah mudahan aku bisa pakai jilbab, namun bagaimana aku bisa melaksanakan semuanya.
Istri tetanggaku : Duhai Anisa bila kamu memakai jilbab itulah karunia dan rahmat yang datang dari Allah Subhanahu wa ta’ala yang Maha Pemberi Rahmat, yang Maha Penyayang, bila kamu mensyukuri rahmat itu kamu akan diberi kekuatan untuk melaksanakan amalan amalan jilbab hingga mencapai kesempurnaan yang diinginkan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Duhai Anisa, ingatlah akan satu hari dimana seluruh manusia akan dibangkitkan dari kuburnya. Ketika ditiup terompet yang kedua kali, pada saat roh roh manusia seperti anai anai yang bertebaran dan dikumpulkan dalam satu padang yang tiada batas, yang tanahnya dari logam yang panas, tidak ada rumput maupun tumbuhan.

Ketika tujuh matahari didekatkan di atas kepala kita namun keadaan gelap gulita. Ketika seluruh Nabi ketakutan. Ketika ibu tidak memperdulikan anaknya, anak tidak memperdulikan ibunya, sanak saudara tidak kenal satu sama lain lagi, kadang satu sama lain bisa menjadi musuh, satu kebaikan lebih berharga dari segala sesuatu yang ada di alam ini.

Ketika manusia berbaris dengan barisan yang panjang dan masing masing hanya memperdulikan nasib dirinya, dan pada saat itu ada yang berkeringat karena rasa takut yang luar biasa hingga menenggelamkan dirinya, dan rupa rupa bentuk manusia bermacam macam tergantung dari amalannya, ada yang melihat ketika hidupnya namun buta ketika dibangkitkan, ada yang berbentuk seperti hewan, ada yang berbentuk seperti syetan, semuanya menangis, menangis karena hari itu Allah Subhanahu wa ta’ala murka, belum pernah Allah Subhanahu wa ta’ala murka sebelum dan sesudah hari itu, hingga ribuan tahun manusia didiamkan Allah Subhanahu wa ta’ala dipadang mahsyar yang panas membara hingga Timbangan Mizan digelar itulah hari Yaumul Hisab.

Duhai Annisa, bila kita tidak berusaha untuk beramal dihari ini, entah dengan apa nanti kita menjawab bila kita di sidang oleh Yang Maha Perkasa, Yang Maha Besar, Yang Maha Kuat, Yang Maha Agung, Allah Subhanhu wa ta’ala. Di Yaumul Hisab nanti! Di Hari Perhitungan nanti!!

Sampai disini aku baca diarynya karena kulihat, berhenti dan banyak tetesan airmata yang jatuh dari pelupuk matanya, Subhanallah, kubalik lembar berikutnya dan kulihat tulisan, kemudian kulihat tulisan kecil di bawahnya: buta, tuli dan bisu, wanita yang tidak pernah melihat lelaki selain mahromnya, wanita yang tidak pernah mau mendengar perkara yang dapat mengundang murka Allah Subhanahu wa ta’ala, wanita yang tidak pernah berbicara ghibah, ghosib dan segala sesuatu yang mengundang dosa dan sia sia tak tahan airmata ini pun jatuh membasahi diary.

Itulah yang dapat saya baca dari diarynya, semoga Allah Subhanhu wa ta’ala menerima Adikku disisinya, Amin , Subhanallah.

Diambil dari group facebook : Ukhti !! selamatkan dirimu wahai saudariku !!! dari Syiah !!!

Sumber : http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2010/09/26/hakekat-jilbab-kisah-nyata/


Kisah Nyata Tentang Hijab

oleh : Musthafa Luthfi al-Manfaluthi

Pengantar
Segala puji hanya milik Allah Pemilik syariat yang sempurna. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada kekasih yang mulia Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarga, shahabat dan para pengikutnya dengan baik hingga hari Kiamat.

Allah telah menetapkan syariat tentang hijab baik di dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah untuk melindungi hamba-hamba-Nya baik laki-laki maupun perempuan agar tidak terpuruk ke dalam lembah yang hina dan nista yang mengakibatkan kesengsaraan hidup yang kekal di dunia maupun di akhirat.

Namun tidak semua manusia tunduk dan patuh dengan syariat Allah ini, mereka mencoba dengan segala kekuatan untuk mematahkan syariat ini, lebih-lebih manusia yang menganggap dirinya jenius yang telah mengenyam pendidikan barat. Mereka menganggap hijab adalah belenggu bagi kaum wanita dan sebagai penghalang kebebasan kaum laki-laki untuk menikmati tubuh kaum hawa. Mereka berdalih bahwa takwa letaknya di hati sehingga kaum wanita tidak usah lagi mengenakan hijab untuk menutupi auratnya dan tidak perlu ada pembatas antara laki-laki dan perempuan.

Akan tetapi hukum Allah tidak akan bisa dipatahkan oleh makar manusia sepandai apapun ia bahkan walaupun seluruh manusia dikumpulkan. Sebagai mana kisah yang dipaparkan oleh penulis kitab ini, tentang seorang pemuda yang pulang dari negeri Eropa. Dia beranggapan bahwa hijab itu kuno dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman terlebih di zaman yang serba modern ini maka segala upaya dia kerahkan untuk mewujudkan impiannya.

Langkah pertama yang ia lakukan adalah mempreteli hijab keluarganya yaitu hijab isterinya sehingga isterinya berubah menjadi wanita yang tidak berhijab dan bebas bergaul dengan laki-laki mana saja. Padahal sebelumnya dia adalah wanita mulia yang selalu menjaga hijab dan kehormatannya. Namun wahai para pembaca bagaimanakah akhir kehidupannya dan keputusan Allah atasnya? Maka silahkan simak kitab ini mudah-mudahan Allah mengubah keadaan kita menjadi hamba yang tunduk patuh dengan syariat-Nya.

Segala puji hanya milik Allah Rabb Yang Esa tiada sekutu bagi-Nya, semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada junjungan kita Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam selaku utusan Allah Tabaroka wa Ta’ala.

Syaikh al-Manfaluthi rahimahullah berkata: Seorang pemuda tampan serta mapan ekonomi dan status sosialnya pergi ke negeri Eropa untuk suatu keperluan dan tinggal di sana untuk beberapa tahun, kemudian kembali ke tanah airnya akan tetapi keadaan dirinya sudah tidak lagi seperti yang kita kenal dulu.

Pergi dengan wajah berseri-seri laksana wajah sang gadis dan kembali dengan wajah kusam bagaikan batu licin diterpa air hujan yang deras. Pergi dengan hati bersih nan suci penuh belas kasih dan pemaaf namun kembali dengan hati beringas yang hampir semua penghuni bumi menaruh rasa benci dan penghuni langit memandang penuh dengan kemurkaan. Pergi dengan jiwa yang khusyuk penuh dengan ketundukan yang membuat kagum setiap insan yang memandang namun kembali dengan jiwa liar, ganas, garang dan tidak bersahabat.

Pergi membawa kepala yang penuh dengan hikmah dan pemikiran cemerlang namun kembali dengan kepala kapsul yang hanya berisikan hawa keraguan dan syubhat, dan pergi sebagai seorang yang akrab dan mengakar dengan mutiara agama dan nilai kebangsaan namun kembali sebagai sosok yang paling memuakkan mata bagi penganut agama dan bangsa.

Pada awalnya saya menyangka bahwa sosok aneh yang ditampilkan oleh para pemuda yang datang dari seberang Eropa kembali ke negeri mereka hanya sekedar tren sesaat belaka. Setelah matahari muncul dari timur keesokan hari maka berangsur ia akan kembali kepada budaya ketimurannya dan kepada nilai mulia yang telah hilang berhamburan mengudara ke atas langit.

Saya mengira kepribadiannya dan budaya baratnya hanya laksana wajah dengan kaca hias yang bila sosok tubuh beranjak pindah dari kaca maka pantulan tubuhnya akan lenyap.

Saya belum mempunyai niat untuk melepas tali persahabatan dengan teman saya itu. Saya masih tetap setia demi memenuhi ikatan janji yang kami ikrarkan dahulu dan harapan pada masa mendatang sambil bersabar menahan diri dari kecerobohan, bisikan jahat dan rusaknya pemikiran serta anehnya pemahaman yang tampak pada pribadinya sekarang, mungkin saja semua orang seperti saya tidak akan betah bersanding dengannya.Hingga pada suatu malam saya sangat terkejut dengan bencana dan musibah besar yang membuat putusnya tali persahabatan dan ikatan janji setia kami.

Pada malam itu saya menemukan dirinya dalam keadaan pucat masam wajahnya dan sangat gundah pikirannya. Ucapan salamku hanya dibalas dengan isyarat tangannya saja, maka saya bertanya,“Ada apa dengan dirimu?” Dia menjawab, “Sejak malam ini wanita itu menjadi beban pikiranku dan hingga sekarang aku belum menemukan solusinya dan aku tidak tahu akhir dari masalah yang aku hadapi ini. ”Saya berkata, “Wanita mana yang kamu maksud?”
Ia berkata, “Dia adalah wanita yang orang banyak menyebutnya sebagai isteriku yang menurutku tidak lain hanya sebagai batu besar penghalang dalam mewujudkan angan-angan dan keinginanku!” Saya berkata, “Engkau banyak angan-angan, wahai tuanku, apa sih sebenarnya angan-angan yang engkau bicarakan?” Ia berkata, “Cita-cita dalam hidupku hanya satu yaitu aku memejamkan mata dan setelah membuka kedua mataku, aku sudah tidak melihat lagi cadar bertengger di wajah setiap wanita di negeri ini.” Saya berkata, “Kamu tidak akan mampu mewujudkan cita-cita itu dan saya tidak setuju dengan pemikiran itu. Ia berkata, “Kebanyakan orang sependapat dengan ideku ini dan berangan-angan seperti angan-anganku, mereka ingin antara wanita dan laki-laki bebas duduk-duduk dan bercengkerama seperti kaum wanita bebas bersenda-gurau dengan sesamanya. Bukan sikap lemah, serba tanggung dan kurang percaya diri, dimana semua kebiasaan seperti itu masih dipertahankan oleh bangsa timur tatkala ingin melangkah kepada suatu hal yang baru.”

“Aku yakin bahwa akulah orang pertama yang bisa merobohkan bangunan kuno yang membelenggu kebahagiaan dan menghambat kemajuan umat bertahun-tahun lamanya di negeri ini. Semoga saja aku bisa melakukan perombakan yang belum pernah dilakukan oleh para perintis kebebasan dan para pendukungnya. Gagasan ini telah aku tawarkan kepada isteriku ternyata gagasan ini dianggap berbahaya dan terkutuk. Bahkan seakan aku membawa petaka besar dan bencana hebat. Ia beranggapan bila dirinya berbaur dengan kaum laki-laki maka ia akan merasa malu dan gelisah untuk berbaur kembali dengan kaum wanita.”

“Menurutku itu bukanlah sikap malu dan gelisah yang terpuji tetapi itu suatu langkah rendah diri, statis dan membunuh kreativitas serta kehinaan yang ditimpakan Allah kepada kaum wanita di negeri ini. Mereka hidup dalam kuburan gelap cadar dan jilbab yang menghasung kebebasan mereka hingga datang kematian, akhirnya mereka pindah dari kuburan dunia kepada kuburan akhirat. Maka bagi diriku yang terpenting dalam hidupku hanyalah mewujudkan cita-cita luhur ini dan aku harus mampu membelah kepala yang keras dan membatu hingga berakhir dengan dua pilihan antara pecah berantakan atau sembuh secara total.”

Semua pembicaraan dan gagasannya membuat dadaku sesak yang disertai rasa jengkel dan gundah bercampur gelisah tetapi aku masih memandangnya dengan penuh kasihan dan aku berkata kepadanya, “Apakah engkau sudah paham atas apa yang engkau katakan wahai temanku?” Ia berkata, “Ya, aku telah mengatakan sesuatu hakekat kebenaran yang sudah menjadi keyakinan dan ajaran bagiku dan juga menjadi keyakinan dirimu dan kebanyakan orang.” Saya berkata, “Bolehkah aku berbicara tentang sesuatu kepadamu, kamu telah lama tinggal di negeri asing yang tidak kenal hijab dan pembatas antara kaum laki-laki dan perempuan. Apakah kamu masih ingat pada suatu hari nuranimu membisikkan sesuatu dan berbicara kepada dirimu bahwa kamu pernah berharap dengan sangat pada sesuatu dimana tangan kanan tidak mampu meraihnya yang berkaitan dengan harga diri wanita, ternyata harapan itu terpenuhi sebagian, sementara pemiliknya tidak merasakan?” Ia berkata, “Mungkin aku masih teringat sedikit, apa sebenarnya yang kamu inginkan?” Saya berkata, “Aku ingin mengatakan kepadamu; saya sangat khawatir bila saat sekarang ada orang yang membuat rencana busuk untuk merobek harga dirimu seperti kamu saat sekarang membuat rencana kotor untuk mengganggu harga diri orang lain.” Ia berkata, “Wanita mulia akan tetap mampu menjaga kesucian dan harga dirinya dengan baik tanpa harus tersentuh tangan-tangan jahil sedikitpun meskipun hidup berbaur dengan kaum laki-laki.”

Maka aku pun sudah tidak mampu menahan perasaan emosi dalam diriku sambil menarik nafas panjang aku berkata, “Itu adalah tipuan syaithan terhadap dirimu wahai orang yang lemah iman dan karena adanya kelainan pada kepalamu lalu mempengaruhi kesehatan akal dan pikiranmu sehingga merusak pribadimu. Jiwa manusia laksana kubangan air yang menggenang, akan terus bersih selagi tidak kejatuhan batu hingga menjadi keruh. Kehormatan adalah corak jiwa manusia bukan elemen inti, jarang sekali corak dan warna bungkus itu bisa dipertahankan dan mudah sekali luntur oleh sinar matahari.” Ia berkata, “Apakah kamu mengingkari kemampuan orang untuk menjaga kehormatannya? Maka ia menjawab: Semua wanita di negeri ini adalah wanitaku! Ataukah di kalangan mahasiswa? Saya berkata, “Saya tidak mengingkarinya karena saya melihat bukti masih ada, akan tetapi saya tidak percaya kemampuan itu ada pada laki-laki beringas dan penipu kehormatan. Begitu pula saya tidak percaya kemampuan itu ada pada wanita jalang dan penjaja kehormatan. Masihkah mereka memiliki sisa kehormatan tatkala keduanya melepas batas hijab dan masing-masing bebas menikmati wajah temannya?”  Di dunia manakah dari negerimu ini, kamu ingin membuat kelinci percobaan kebebasan bergaul antara wanita dan laki-laki. Apakah di dunia orang-orang yang terdidik? Di antara mereka ada yang ditanya: Kenapa kamu tidak menikah?

Padahal di antara mereka banyak yang mundur sambil tersipu malu dari teman laki-laki kuliah bila mereka melihat foto sang pacar atau kekasih atau surat cinta dan bunga-bunga asmaranya tersimpan dalam dompetnya? Ataukah di lingkungan orang-orang pandir lagi bodoh yang kebanyakan dari mereka masuk rumah menjadi pembantu terhina setelah keluar menjadi menantu terhormat?”

Demikianlah kalian (orang-orang kafir barat) sangat tinggi perhatian terhadap masalah wanita dan penuh antusias tatkala berbicara tentang seluk-beluk dirinya. Kenapa begitu serius membahas masalah hijab wanita, tabarruj-nya dan kebebasan wanita Seakan-akan dengan itu semua kalian telah menuntaskan seluruh hak-hak umat yang wajib di pundak kalian dan seakan tidak ada lagi sesuatu yang bisa kamu berikan kepada umat selain itu?!


Didiklah kaum laki-laki dengan baik sebelum mendidik kaum wanita sebab bila kalian tidak mampu mengarahkan kaum laki-laki maka untuk mengarahkan dan mendidik kaum wanita lebih tidak mampu lagi!

Masih banyak sekali pintu-pintu kebaikan yang bisa dibanggakan di negeri ini. Kamu masih bisa memilih sesuka hatimu dan biarkan pintu yang satu ini jangan diketuk, sebab bila kalian mencoba untuk membukanya berarti kalian telah membuka pintu bencana yang hebat dan kesengsaraan yang panjang.


Tunjukkan satu saja bila memang ada seorang laki-laki yang bisa mengendalikan hawa nafsunya tatkala jatuh ke dalam pelukan wanita yang dikaguminya! Dan ucapkan dengan jujur apakah benar wanita mampu menghasung nafsunya bila hatinya telah tertambat dalam pangkuan laki-laki yang dicintainya?

Kalian telah membebankan sesuatu kepada wanita yang kalian sendiri tidak mampu melaksanakannya dan kalian menghendaki sesuatu yang tidak dikenal oleh dunia wanita. Kalian berusaha menjerumuskan wanita dalam kehidupan yang penuh bahaya, yang kalian sendiri tidak mampu menyelamatkan mereka bahkan sungguh aku menyangka kalian termasuk orang-orang yang merugi.

Tidak ada seorang pun wanita yang datang mengeluh kepada kalian karena teraniaya (karena berpegang teguh kepada aturan Islam) dan tidak ada yang melapor kepada kalian agar kalian melepas tali belenggu yang mengikatnya, lalu bagaimana mungkin kamu sibuk mengurusi mereka? Kenapa siang dan malam hidupmu kalian penuhi dengan cerita tentang kisah penderitaan kaum wanita?

Mereka tidak pernah mengeluh kecuali dari kecerobohan dan kepandiranmu serta tidak pernah mengerang kesakitan kecuali dari celotehan dan cercaanmu di majalah-majalah mereka atau di mana saja kau berjalan sehingga merasa jagat raya menyempit akibat ulahmu.

Dia tidak akan menjadi ahli warismu akan tetapi kamulah ahli waris bagi dirimu sendiri. Janganlah kalian menangisi mereka tapi tangisilah hari-hari yang telah kamu habiskan di suatu negeri yang penuh dengan tabarruj dan kebebasan, yang sarat dengan perbuatan keji dan mesum lalu kamu berusaha dengan paksa mencangkok tanaman pahit itu di negeri yang penuh dengan nilai suci dan bermartabat.

Semenjak dahulu kita hidup di negeri yang menjunjung tinggi kehormatan dan kesucian. Kantong kesucian masih terus dalam keadaan terikat dengan kuat, lalu kalian senantiasa berusaha dari hari ke hari mencoba untuk merobek-robek kantong dan melepas tali kehormatan sehingga membuat air kesucian tumpah dan menjadi kering kerontang. Tidak cukup sampai di situ, bahkan kalian datang hari ini ingin mencoba menguras seluruh kehormatan hingga tidak tersisa setetespun.

Dalam kurun waktu yang cukup lama kaum wanita hidup penuh dalam ketenangan dan kedamaian di rumah mereka. Mereka rela dengan kondisi diri dan kehidupannya, berbahagia dalam menunaikan kewajiban mereka, bersahaja dalam bermunajat di hadapan Tuhan mereka, penuh kasih sayang terhadap anak-anak mereka, senang bercengkrama dengan tetangga, bersenandung tentang masalah keluarga dan rahasia membina rumah tangga serta untuk menumpahkan isi hati. Mereka memandang bahwa kehidupan yang paling mulia hanya patuh kepada orang tua dan tunduk kepada perintah sang suami serta mencari keridhaan mereka. Wanita muslimah di negeri ini sangat paham makna cinta tetapi tidak pernah mengenal kamus asmara, ia mencintai sang suami demi memenuhi hak suami dan mencintai anak demi memenuhi kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Bila wanita lain memandang bahwa cinta sebagai asas pernikahan maka wanita muslimah memandang bahwa pernikahan sebagai asas membangun istana cinta dan kasih sayang.

Kalian berceloteh kepada wanita muslimah, “Sesungguhnya kerabatmu yang sewenang-wenang terhadap urusanmu tidak lebih pandai dibanding dirimu, bahkan tidak pernah dia mengerti dan faham keinginan dan tuntutan hidupmu sebagaimana kamu mengerti dirimu sendiri. Sebenarnya mereka tidak punya hak untuk campur tangan dalam urusanmu sejauh itu.” Akhirnya celotehanmu itu membuat sebagian wanita muslimah meremehkan orang tuanya dan merendahkan suaminya sehingga rumah tangga yang dahulu hidup bagaikan pengantin yang penuh dengan tawa riang berubah menjadi duka nestapa yang tidak pernah padam apinya dan tidak pernah reda semburan panasnya.

Kalian membual kepada wanita muslimah, “Kamu harus memilih sendiri pasangan hidupmu supaya keluargamu tidak menipumu yang membuat kamu kecewa dan rusak masa depanmu.” Sehingga wanita muslimah itu memilih calon suami yang lebih jelek dari pilihan orang tuanya sehingga kebahagiaan hidupnya hanya seumur jagung tidak lebih dari satu hari lalu menghabiskan waktu hidup tersiksa dan sengsara untuk selama-lamanya.

Kalian membisiki wanita muslimah, “Cinta merupakan asas pernikahan.” Sehingga dia sibuk berkelana keliling dunia membolak-balikkan pandangan untuk mencari pasangan untuk membangun jalinan cinta sehingga mata terpejam dari pernikahan karena terlena dengan romantika bercinta.

Kalian merayu wanita bahwa kebahagiaan rumah tangga hanya bisa tercapai bila sang suami adalah pacar atau teman gaulnya padahal sebelumnya mereka tidak pernah mengerti pacaran sehingga dia setiap hari hanya berganti-ganti pasangan dan mencari pacar baru untuk menghidupkan kembali bara cinta yang dipadamkan oleh pacar yang lama, padahal pacar lama tidak memberi sentuhan cinta sedikitpun dan pacar baru tidak memberi manfaat apa-apa.

Kamu berkata kepada wanita, “Kita tidak menikah kecuali dengan wanita yang kita cintai dan sayangi serta memiliki kesamaan hobi dan naluri perasaan.” Sehingga dia terpaksa mengenal hawa nafsu dan kesenangan mata keranjang kalian yang membuat wanita tersebut berhias dan berdandan. Dia mulai membolak-balik lembaran kehidupanmu, selembar demi selembar dan ia menemukan nama-nama wanita seronok dan jalang yang senang bersenda gurau serta perempuan yang gila sanjungan dan haus akan pujian atas kecerdasan dan kemampuannya.

Setelah itu ia mau melakukan apa saja sesuai dengan keinginan nafsumu dan bertekuk lutut dalam pelukanmu. Kemudian dia berjalan menuju pangkuanmu dengan pakaian tipis dan tembus pandang menjajakan dirinya kepadamu seperti sang budak menjajakan dirinya di pasar budak lalu kamu berpaling dan gamang untuk menerimanya.


Kalian berkilah kepada wanita, “Kita tidak menikah dengan wanita penjaja kehormatan”, seakan kalian tidak peduli bila semua wanita Islam rusak dan jatuh harga diri mereka, yang penting wanita kalian selamat. Semua merasa kecewa dan merana hingga laki-laki murahanpun menghindar darinya apalagi laki-laki pemalu dan mulia, akhirnya tiada jalan lain baginya selain masuk dalam jurang kehancuran.

Itukah tangisan kalian terhadap wanita wahai sang penyayang wanita? Itukah kepedihan dan bentuk kasih sayangmu terhadap kaum wanita?

Kami sangat tahu sebagaimana kalianpun mengetahui bahwa wanita sangat butuh terhadap ilmu, maka biarlah orang tua atau saudaranya yang membinanya karena ilmu yang disertai pembinaan lebih bermanfaat baginya dan serahkan kepada mereka dalam memilih jodoh yang terbaik buat putera-puteri mereka. Biarkan orang tuanya bebas memilihkan jodoh untuk puterinya sebaik mungkin sehingga para suami akan mampu berbuat baik dan bertindak adil. Maka kehidupan akan penuh dengan hidayah dan cahaya serta rumah tangga akan dihiasi dengan kebahagiaan dan kesentosaan.

Silahkan para wali wanita menentukan yang terbaik buat putera-puterinya dan hendaklah selalu mengawasi serta memantau kepergiannya baik pagi atau sore hari seperti penggembala mengawasi kambingnya dari terkaman serigala. Apabila saudara, orang tua atau suami sudah tidak mampu mengawasi mereka maka marilah seluruh umat baik laki-laki atau perempuan menyingsingkan lengan baju untuk membenahi mereka karena wanita tidak lebih mampu membina dirinya sendiri daripada kaum laki-laki.

Sangat aneh dan mengherankan kalian mampu menguasai segala sesuatu kecuali satu yang tidak mampu kamu kuasai yang sebetulnya sangat mudah kamu cerna sebelum kalian menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan, yaitu bahwa di setiap tanah ada tanaman yang tumbuh di sana dan setiap tanaman mempunyai masa pertumbuhan yang tidak sama.
Ilmuwan Eropa lebih banyak disibukkan oleh ilmu pengetahuan sekunder, sementara mereka meninggalkan ilmu-ilmu primer. Dan kamu sekarang sibuk menggiring kondisi itu ke tengah umat yang sebagian besar masih perlu banyak belajar mengeja huruf.

Kalian meraup ilmu filsafat yang penuh dengan sumber kekafiran, yang berkembang biak di kandang atheisme, yang tidak bermanfaat untuk akal dan etika apalagi keimanan. Lalu kalian berusaha dengan paksa untuk menebarkan benihnya di kalangan umat yang tidak mampu menyuburkan keimanan mereka bila memang terbukti.

Kalian terbiasa menyaksikan lelaki Eropa hidup bebas dan melakukan apa saja sesuka hatinya lalu kalian menelan mentah-mentah gaya hidup mereka di atas batu yang sangat licin, Bila terpeleset sekali saja maka kalian terjungkal dan terperosok jurang yang sangat dalam dan tiada seonggok rumputpun yang bisa dijadikan pegangan.

Kalian telah menyaksikan drama kehidupan seorang suami yang pernah hidup di Eropa yang telah padam rasa cemburunya dan lenyap ketegasan serta kepemimpinannya tatkala melihat sang isteri berbicara dengan mesra bersama laki-laki mana saja, berteman dengan laki-laki mana saja dan berdua-duaan dengan laki-laki mana saja. Sang suami menyaksikan drama itu dengan perasaan dingin dan biasa-biasa saja lalu kalian menginginkan laki-laki bangsa timur yang penuh dengan perasaan cemburu agar bersikap dan berprinsip sebagaimana sikap dan prinsip laki-laki Eropa?.

Setiap tanaman yang ditanam di suatu tanah yang tidak sesuai dengan habitatnya, atau bukan pada musim tanamnya, pastilah tanah tersebut menolak sehingga tanaman tidak bisa tumbuh atau bisa tumbuh dalam keadaan tidak sempurna.
Kami memohon kepada kalian agar membiarkan wanita dari umat ini yang masih tersisa agar hidup tenang di dalam rumah-rumah mereka dan jangan sekali-kali kalian mengganggu mimpi-mimpi indah mereka dan cita-cita mereka sebagaimana kalian telah menabur kesengsaraan kepada kaum wanita sebelum mereka. Setiap luka umat bisa terbalut kecuali luka kehormatan. Bila kalian tidak percaya dan bersikeras maka silahkan tunggu barang sebentar saja maka pada suatu hari rasa kecemburuan yang kalian warisi dari nenek moyang kalian akan menipis dan masihkah tersisa dalam kehidupan kalian saat itu perasaan aman dan tenteram?

Untaian kata indah yang penuh hikmah dan nasehat di atas ternyata membuat sang pemuda tadi tertawa lebar penuh dengan kesinisan dan ejekan dan berkata:
“Karena kedunguan dan kepandiran itulah aku datang ke negeri ini untuk menyembuhkan dan meluruskan, maka kita tunggu saja sampai waktunya hingga Allah menentukan siapa di antara kita yang paling berpihak pada kesuksesan dan kemenangan.”

Saya katakan kepadanya, “Silahkan anda menjadikan dirimu dan keluargamu sebagai kelinci percobaan sesuka hatimu dan izinkan aku mengatakan sesuatu kepadamu, semenjak hari ini aku tidak mampu lagi berkunjung ke rumahmu demi untuk menjaga keutuhan perjuanganmu dan keteguhan aqidahku, karena saya tahu bahwa saat-saat yang paling bersahaja buatku di rumahmu adalah tatkala masih ada hijab pembatas yang jauh dari tatapan wajah isterimu sehingga rasa malu masih tetap terpelihara.”

Kemudian saya mohon pamit dan mulai saat itu terjadilah perpisahan di antara kami.


Beberapa hari kemudian banyak orang berbicara tentang peristiwa keji di sebuah rumah bahwa antara laki-laki dan perempuan melakukan hubungan mesum dan rumahnya dirundung kesedihan. Setelah mendengar berita itu mataku meneteskan air mata, entah kenapa aku tidak tahu apakah air mata kecemburuan atas hilangnya kehormatannya ataukah air mata kesedihan atas kehilangan teman karib.

Semenjak tiga tahun dari peristiwa itu di antara kami sudah tidak saling berkunjung dan tidak saling bertemu hanya terkadang bertemu di tengah jalan aku pun hanya memberi salam bagaikan salamnya orang asing kepada perantau. Semua ikatan masa lalu terputus dan aku pun meniti perjalanan hidup sesuai dengan keyakinanku.

Suatu malam saya pulang ke rumah, saat itu sudah tengah malam, saya melihat dia keluar dari rumahnya berjalan seperti jalannya orang yang bingung dan bimbang. Di sebelah kanan kirinya dikawal ketat oleh polisi.

Perasaan ingin tahuku yang menggebu-gebu membuatku mendekatinya dan aku bertanya tentang keadaannya, maka ia menjawab, “Aku tidak tahu tiba-tiba polisi mengetuk pintuku dan mengajakku ke kantor polisi, aku tidak tahu mengapa ada panggilan pada waktu seperti ini tanpa suatu sebab! Padahal aku bukan orang yang bersalah dan bukan orang yang mencurigakan. Wahai, temanku bisakah aku meminta bantuanmu untuk menemaniku pada malam ini mungkin nanti aku menghadapi suatu perkara yang memerlukan bantuanmu?” Saya katakan kepadanya, “Tiada sesuatu yang lebih saya senangi daripada itu”.



Saya berjalan bersama dia dengan sikap diam seribu bahasa tanpa ada perkataan sepatah katapun antara aku dengan dia, tapi hatiku merasa ada suatu kalimat yang ingin disampaikannya kepadaku tetapi perasaan tidak enak bercampur malu menyelimuti dirinya akhirnya aku beranikan untuk memulai membuka perbincangan dengan aku katakan kepadanya, “Tahukah kamu kenapa dipanggil polisi?” Dia memandangku dengan penuh kebingungan dan berkata, “Sesuatu yang paling aku takutkan bila malam ini terjadi apa-apa pada diri isteriku, saya merasa gamang dengan urusannya karena hingga saat ini isteri saya belum pulang dan hal ini tidak biasa dia lakukan.” Saya bertanya, “Bukankah ada orang yang menemaninya?” Ia menjawab, “Tidak”. Saya bertanya, “Bukankah kamu tahu ke mana dia pergi?”Ia menjawab, “Tidak.” Saya bertanya, “Terus apa yang kamu takutkan?” Ia menjawab, “Saya tidak merasa takut kecuali hanya satu hal, saya tahu bahwa isteri saya pencemburu dan ceroboh, mungkin saja ada orang yang mengganggu di tengah jalan lalu isteriku berlaku kasar terhadap orang tersebut sehingga terjadi perkelahian yang berlanjut ke kantor polisi.”

Setelah sampai di kantor polisi kami disambut oleh prajurit dan digiring menuju ruang pemeriksaan, kami berdiri di depan prajurit tersebut lalu dia memberi isyarat kepada prajurit lain yang berada di depannya dengan sebuah isyarat yang tidak bisa kami pahami. Kemudian sang pemuda yang juga temanku disuruh mendekat kepada salah seorang polisi dan bapak polisi berkata kepadanya, “Serasa berat bagiku untuk mengutarakan kejadian ini kepadamu wahai tuanku, bahwa pada malam ini di tempat yang remang-remang petugas keamanan menangkap seorang wanita dan seorang lelaki sedang melakukan perbuatan yang tidak terpuji, maka para petugas membawa keduanya ke kantor ini sedangkan wanita tersebut mengaku mempunyai hubungan denganmu, sehingga kami memanggilmu agar kamu bisa memberi keterangan kepada kami tentang sesuatu yang berhubungan dengan identitas wanita tersebut.

Bila dia adalah teman mu maka akan saya lepas dan pulang bersama tuan sebagai rasa hormat kami kepada tuan dan demi menjaga harga diri tuan, bila bukan berarti dia adalah wanita pelacur yang harus mendapatkan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adapun kedua orang tersebut ada di belakang, silahkan tuan melihatnya.


Seorang prajurit menggiring kedua orang tersebut dari salah satu ruang pos polisi, maka tatkala dia menoleh ke belakang ternyata wanita itu adalah isterinya dan lelaki itu adalah salah satu temannya.

Maka dia pun berteriak keras sekali menggoncangkan seisi kantor polisi sehingga secara serempak semua orang baik dari arah jendela maupun pintu kantor polisi mengarahkan pandangan dan perhatian ke arahnya.

Seketika itu dia jatuh pingsan di tempat itu. Saya memohon kepada komandan polisi agar si wanita ini diantarkan ke rumah orang tuanya, dan permintaan itu dikabulkan bahkan lelaki tersebut juga dilepaskan. Kemudian kami membawa pemuda tadi dengan kendaraan umum menuju rumahnya dan kami panggilkan dokter. Setelah diperiksa, dokter menyimpulkan bahwa dia terkena radang otak yang sangat berat.

Dokter tersebut semalam suntuk berada di sisinya untuk mengontrol perkembangan kesehatannya hingga hampir Subuh, kemudian sang dokter pulang namun dia siap dipanggil kapan saja bila diperlukan. Dokter berpesan kepadaku agar selalu berada di sampingnya, sambil menunggu putusan Allah atas dirinya. Aku tertegun dan larut dalam kesedihan maka tiba-tiba aku menyaksikan tubuhnya menggeliat di atas pembaringan kemudian dia mencoba membuka kedua matanya pelan-pelan untuk melihatku, dengan mata yang sayup dia menatap wajahku sejenak seakan ada sesuatu yang ingin disampaikan tetapi tidak mampu untuk menyampaikannya. Aku pun mendekatinya lalu aku katakan kepadanya, “Adakah sesuatu yang bisa saya bantu wahai tuanku?” Dengan suara lirih ia menjawab, Saya memohon agar tidak seorangpun masuk ke rumahku.” Saya berkata, “Tidak akan saya masukkan ke rumah ini kecuali orang yang kamu izinkan.” Kemudian dia tertunduk sejenak lalu mengangkat kepala menerawang ke atas dan tampak air mata meleleh membasahi pipinya, maka aku berkata kepadanya: “Kenapa kamu menangis wahai tuanku?”
Dia berkata, “Di mana isteriku sekarang?” Saya berkata, “Apa yang kamu inginkan darinya?”
Dia berkata, “Tidak ada sesuatu hanya saya ingin katakan bahwa saya telah memaafkannya.” Saya berkata: “Dia berada di rumah orangtuanya.” Dia berkata: Kasihan dia dan orang tuanya sebelum bertemu denganku mereka hidup dengan penuh kesucian dan kemuliaan namun setelah kenal denganku saya sarungkan pakaian kehinaan dalam kehidupan mereka yang tidak bisa terhapus oleh putaran roda zaman.


“Adakah orang yang mau membantuku untuk menyampaikan kabar kepada keluarga isteriku bahwa sekarang aku dalam keadaan sakit parah dan saya khawatir bila Allah memanggilku aku masih mempunyai tanggungan dosa terhadap mereka. Saya memohon dengan sangat agar mereka mau memberi maaf dan pengampunan atas seluruh kesalahanku sebelum ajal menjemputku.”

“Dahulu aku pernah bersumpah di hadapan orang tuanya pada saat aku meminangnya untuk menjaga kehormatan anak gadisnya seperti aku menjaga kehidupanku dan aku telah berjanji untuk melindunginya sebagaimana aku melindungi diriku, ternyata sekarang aku melanggar janji itu.”

“Benar dia telah membunuhku, tetapi akulah orang yang memberi pedangnya untuk menghunuskan ke dadaku, maka jangan salahkan dia karena dosaku. Rumah itu adalah rumahku, perempuan itu adalah isteriku dan laki-laki itu adalah temanku maka akulah yang membukakan pintu untuk temanku kepada isteriku. Maka tiada seorangpun yang berdosa dalam hal ini kecuali hanya aku.”

Lalu ia berhenti sejenak tidak berbicara. Aku melihat kabut hitam mulai tampak di keningnya sedikit demi sedikit hingga menyelimuti seluruh wajahnya dan tidak lama kabut itu menutupi hatinya kemudian dia mulai berbicara kembali:
“Aduh kenapa pandanganku menjadi gelap gulita! Dunia serasa sangat sempit di wajahku. Di kamar ini dan di tempat duduk ini aku melihat keduanya sedang duduk bersanding dengan mesra sehingga membuat hatiku tergores antara perasaan iri dan bahagia. Saya bersyukur kepada Allah karena aku dikaruniai seorang teman setia yang mampu menghibur kesepian isteriku di kala sedang sendiri dan dikaruniai seorang isteri yang mengerti dan murah hati dalam menyambut temanku dengan sambutan yang sangat hangat pada saat berada jauh dariku. Katakan kepada semua orang bahwa orang yang dahulu mengaku paling cerdik dan pintar sekarang telah berubah menjadi orang yang paling dungu dan pandir sedunia. Betapa bahagianya bila ibuku tidak melahirkanku dan ayahku seorang mandul yang tidak dikaruniai putera-puteri.”

“Mungkin orang-orang mengerti masalah yang aku tidak ketahui! Boleh jadi dahulu orang-orang mengejek dan mencerca kedunguanku atau memelototkan pandangan ke wajahku tatkala aku lewat di depan mereka untuk melihat kepandiran yang tampak di wajah orang yang pandir dan kedunguan yang tergores di wajah orang yang dungu ini.”

“Boleh jadi orang-orang atau teman-temanku yang bersahabat dan dekat denganku hanya karena ingin mendapat bagian kelezatan dari isteriku, bukan karena ingin berteman denganku. Bisa jadi mereka menyebutku sebagai germo dan isteriku sebagai pelacur serta rumahku sebagai tempat penjaja sex dan pengobral kehormatan sementara aku menyangka pada saat itu bahwa aku orang yang paling mulia dan terhormat di antara mereka.”

“Masihkah rahmat berpihak kepadaku sehingga masih ada kesempatan hidup barang sesaat dan betapa ngerinya hidup sendirian di pojok liang lahat yang sangat seram menghimpitku bersama kehinaan dan rasa maluku.”

Kemudian ia memejamkan kedua matanya dan kembali tidak sadarkan diri serta tenggelam dalam jerat kematian.

Pada saat itu datanglah seorang baby sitter menggendong anaknya dan diletakkannya di samping tempat tidur bapaknya. Kemudian baby sitter itu keluar dari rumah, dan bayi tersebut mencoba merangkak ke arah bapaknya hingga berada di atas dada bapaknya. Sang bapak pun merasakan kehadiran anaknya kemudian ia membuka kedua matanya. Maka sang bapak tampak tersenyum setelah melihat anaknya kemudian didekap di dadanya dengan penuh kasih sayang dan kemesraan. Maka ia mencoba mendekatkan wajah anak tersebut ke arah mulutnya untuk menciumnya tetapi tiba-tiba sang ayah berontak hingga kulitnya kelihatan pucat dan dihempaskannya anak tersebut lalu ia berteriak keras: Jauhkan anak ini dariku saya tidak kenal dengan anak ini, saya tidak punya anak, saya tidak punya isteri. Tanyakan kepada ibunya siapa ayah anak ini! Dia telah menyarungkan pakaian kehinaan dalam hidupku dan aku telah membuat goresan luka harga diri setelah kematianku untuk selama-lamanya.”

Setelah mendengar jeritan tangis anak tersebut maka sang baby sitter kembali melongok ke dalam rumah kemudian digendongnya anak tersebut dan dibawanya pergi. Dia mendengar suara tangisan bayi itu yang menjauh sedikit demi sedikit maka dia menangis saat mendengar tangisan bayi tersebut kemudian berteriak, “Kembalikan anak itu kepadaku!” Maka sang baby sitter membawa kembali anak itu dan diambilnya dari tangan baby sitter. Maka dia membolak-balikkan pandangan matanya ke arah anak tersebut dan berkata, Wahai anakku, aku tinggalkan kamu di jalan Allah dan apa yang diperbuat oleh ibumu semoga kamu bisa memohonkan ampunan kepada Allah. Wahai anakku, ibumu adalah seorang wanita yang lemah yang tidak mampu menahan benturan hingga terjatuh dan bapakmu berusaha untuk berbuat baik lewat jalan kesesatannya sehingga keinginan yang baik ini berujung pada keburukan. Aku tidak peduli kamu anakku atau bukan, sesungguhnya aku pernah merasakan kebahagiaan sesaat denganmu dan aku tidak akan melupakan sentuhan tanganmu di sisiku baik pada saat hidupku atau sesudah matiku.”


Kemudian anak itu dipeluknya dan diciuminya, saya tidak tahu apakah pelukan ini adalah dari seorang bapak yang penuh kasih sayang atau pelukan seorang yang bermurah hati dan mulia.

Dia sudah sangat kelelahan dan tiba-tiba dia merasakan panas di kepalanya, sehingga secara perlahan-lahan nafasnya mulai terasa berat maka dokter langsung dipanggil, Setelah bertemu dengan dokter dia memandang ke arah dokter dengan pandangan yang menerawang penuh dengan keputus-asaan dan kesedihan. Kemudian nafasnya berangsur-angsur mulai lenyap dan dia merintih kesakitan. Setiap mata yang menyaksikan sakaratul maut itu tidak mampu menahan tetesan air mata.

Kami duduk di sekitarnya sementara kematian mulai menampakkan tabir hitam di atas pembaringannya.
Tiba-tiba datanglah seorang wanita berpakaian hitam memasuki kamar lalu melangkahkan kakinya pelan-pelan menuju ke arah laki-laki yang sedang berbaring di atas pembaringan, dan bersimpuh di sisinya kemudian menggenggam tangannya yang terletak di atas dadanya lalu menciumnya. Kemudian wanita itu berkata, “Janganlah kamu keluar dari dunia ini dalam keadaan ragu terhadap anakmu, sesungguhnya ibunya mengakui dosa-dosanya di depanmu pada saat engkau pergi menghadap Rabbmu, meskipun dia sudah dekat dengan perbuatan terkutuk tapi belum merasakan kelezatan buah terkutuk itu. Maafkan aku wahai bapaknya anakku dan mintalah kepada Allah tatkala engkau menghadap kepada Rabbmu agar aku bisa dipertemukan denganmu, tidak ada kebaikan bagiku setelah kematianmu.”

Kemudian suasana hening pecah dengan tangisan wanita tersebut maka sang suami membuka kedua matanya dan melempar pandangan ke arah wajah isterinya sambil tersenyum. Demikianlah akhir kehidupannya.

Sekarang aku pulang dari kuburan setelah menghantarkan jenazah temanku dan aku tinggalkan kuburan pemuda yang penuh dengan cahaya serta taman indah yang penuh dengan bau wangi semerbak bunga. Aku duduk menulis goretan kisah ini yang membuat aku tidak mampu menahan derasnya linangan air mataku sehingga nafasku tersengal-sengal.
Hanya saja umat ini telah berada di ambang bahaya yang sangat besar. Pemuda itu maju sendirian menghadapi bahaya hingga petakapun menimpanya, sementara umat ini –semoga saja- bisa selamat dari bahaya tersebut dengan kematiannya.

Sumber : http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2010/09/26/kisah-nyata-tentang-hijab/


Fathimah Radiyallahu ‘anha Memahami Arti Jilbab yang Sesungguhnya

Adakah kaum muslimin dan muslimah yang tak mengenal sosok Fathimah binti Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam? Rasanya tak mungkin! Beliau radiyallahu’anha satu-satunya putri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam  yang hidup mendampingi  beliau hingga wafatnya beliau ke Rafiqil a’la.1 Fathimah az-Zahra radiyallahu’anha adalah ratu bagi para wanita di surga (Sayyidah nisa ahlil jannah).

Pemahaman beliau tentang arti jilbab yang sesungguhnya sangat layak untuk disimak dan direnungi oleh para muslimah yang sangat merindukan surga dan keridhaan RabbNya. Sudah sempurnakah kita menutup aurat kita seperti apa yang difahami Shahabiyah?

Wahai saudariku muslimah yang merindukan surga Firdaus al-A’la…Shahabiyah yang mulia ini memandang buruk terhadap apa yang di lakukan wanita terhadap pakaian yang mereka kenakan yang masih menampakkan gambaran bentuk tubuhnya. Apa yang beliau tidak sukai itu beliau sampaikan kepada Asma radiayallahu’anha sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ummu Ja’far bahwasanya Fatimah binti Rasulullah shalallahu alaihi wassalam berkata:
“Wahai Asma’! Sesungguhnya aku memandang buruk apa yang dilakukan oleh kaum wanita yang mengenakan baju yang dapat menggambarkan  tubuhnya.” Asma’ berkata : ‘”Wahai putri Rasulullah maukah kuperlihatkan kepadamu sesuatu yang pernah aku lihat di negeri Habasyah?” Lalu Asma’ membawakan beberapa pelepah daun kurma yang masih basah, kemudian ia bentuk menjadi pakaian lantas dipakai. Fatimah pun berkomentar: “Betapa baiknya dan betapa eloknya baju ini, sehingga wanita dapat dikenali (dibedakan) dari laki-laki dengan pakaian itu. Jika aku nanti sudah mati, maka mandikanlah aku wahai Asma’ bersama Ali (dengan pakaian penutup seperti itu ) dan jangan ada seorangpun yang menengokku!” Tatkala Fatimah meninggal dunia, maka Ali bersama Asma’ yang memandikannya sebagaimana yang dipesankan. ”2

Syaikh Albani rahimahullah berkata : Perhatikanlah sikap Fatimah radiyallahu anha yang merupakan  bagian dari tulang rusuk Nabi shalallahu alaihi wassalam bagaimana ia memandang buruk bilamana sebuah pakaian itu dapat mensifati atau menggambarkan tubuh seorang wanita meskipun sudah mati, apalagi jika masih hidup, tentunya jauh lebih buruk. Oleh karena itu hendaklah kaum muslimah zaman ini merenungkan hal ini, terutama kaum muslimah yang masih mengenakan pakaian yang sempit dan ketat yang dapat menggambarkan bulatnya buah dada, pinggang, betis dan anggota badan mereka yang lain. Selanjutnya hendaklah mereka beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya”3
Wahai ukhti muslimah yang dirahmati Allah,…benarlah apa yang dikatakan oleh Syaikh Albani rahimahullah. Fitnah yang melanda kaum muslimah begitu deras dan hebat.Jika Fathimah radiyallahu’ anha saja tidak rela jasadnya tergambar bentuk tubuhnya tentulah dapat kita fahami bagaimana beliau mengenakan jilbab di masa hidupnya. Karena beliau sangat memahami perintah jilbab dengan pemahaman yang benar dan sempurna. Pemahaman beliau yang sangat mendalam ini jelas tersirat dari ketidaksukaannya yang beliau pandang sebagai suatu keburukan apabila seorang wanita memakai pakaian yang dapat menggambarkan lekuk tubuhnya.

Lalu bandingkanlah dengan apa yang dikenakan oleh sebagian kaum muslimah dewasa ini sangat jauh dari apa yang disyariatkan oleh Rabb mereka. Jauh panggang dari api.Mereka menisbahkan pakaian wanita dengan kerudung ala kadarnya yang sekedar menutupi leher-leher mereka tidak sampai menutupi dada dengan nama pakaian islami atau jilbab. Dan ironisnya yang memakainyapun  merasa bahwa apa yang mereka pakai itu sudah benar karena melihat  para artis di TV mengenakan yang demikian itu jadilah pakaian trendy ini menyebar begitu cepat dan menjadi pakaian pilihan utama mereka.

Bahkan tentu terkadang kita melihat saudari kita yang memakai busana muslimah yang justru menambah fitnah karena nampak jelasnya lekuk tubuh mereka dengan penutup kepala yang melilit di leher (sehingga jenjang atau tidaknya bentuk leher terlihat sangat jelas) dan hanya sampai di bagian pundak saja tidak sampai ke dada disambung dengan pakaian ketat yang menggambarkan bentuk payudara mereka kemudian  celana ketat yang menambah jelas  lekukan tubuh mereka. Ada juga yang memakai abaya (gamis/pakaian terusan) memilih ukuran yang ketat daripada ukuran besar dan lapang dengan alasan agar nampak cantik dan modis! Sebagian adapula yang memakai penutup kepala dengan menyanggul rambut-rambut mereka hingga ketika mereka berjalan dapat dilihat dengan jelas ikatan rambut tersebut, karena sangat kecilnya penutup kepala yang mereka pakai maka merekapun mengikat rambut tersebut agar tidak menyembul keluar. Bukankah apa yang mereka pakai itu semua  justru yang semestinya mereka jauhi karena Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah bersabda :
“Pada akhir ummatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat bongkol (punuk) onta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk.”

Di dalam hadits lain terdapat tambahan :
“Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan memperoleh baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian.”

Kemudian lihatlah penjelasan dari Ibnu Abdil Barr rahimahullah ia berkata:
“Yang dimaksud Nabi shalallahu alaihi wassalam adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian yang tipis, yang dapat mensifati (menggambarkan) bentuk tubuhnya dan tidak dapat menutup atau menyembunyikannya. Mereka itu tetap berpakaian namanya, akan tetapi hakekatnya telanjang.”
Dari Ummu Alqamah bin Abu Alqamah bahwa ia berkata :
“Saya pernah melihat Hafshah bin Abdurrahman bin Abu Bakar mengunjungi ‘Aisyah dengan mengenakan khimar(kerudung) tipis yang dapat menggambarkan pelipisnya, lalu ‘Aisyah pun tak berkenan melihatnya dan berkata : “Apakah kamu tidak tahu apa yang telah diturunkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat An Nuur?!” Kemudian ‘Aisyah mengambilkan khimar untuk dipakaikan kepadanya." 

Syaikh Albani menjelaskan perkataan Aisyah radiyallahu anha : Apakah kamu tidak tahu tentang apa yang diturunkan oleh Allah dalam surat An-Nuur? Mengisyaratkan bahwa wanita yang menutupi tubuhnya dengan pakaian yang tipis pada hakikatnya ia belum menutupi tubuhnya dan juga belum melaksanakan firman Allah Subahnahu wa ta’ala yang ditunjukkan oleh Aisyah radiyallahu anha yaitu
“Dan hendaklah kaum wanita menutupkan khimar/kerudung pada bagian dada mereka”

Tidakkah kita melihat perbedaan yang sangat jauh antara generasi Shahabiyah dengan kita? Mereka benar-benar menjadikan jilbab sebagai penutup tubuh dan aurat sebagai bentuk ketaatan pada perintahNya sedangkan kita justru sebaliknya menjadikan jilbab sebagai pembuka fitnah kecuali wanita-wanita yang dirahmati Allah. Jilbab yang difahami shahabiyah sebagai pakaian yang lapang (lebar) yang menutupi tubuh dari atas kepala hingga ujung kaki sedangkan kaum muslimah sekarang menganggap jilbab adalah secarik kain yang digunakan untuk menutupi rambut mereka saja sedangkan bagian-bagian lainnya mereka tutupi dengan bahan yang ala kadarnya yang tidak bisa dikatakan menutupi aurat apalagi menutupi lekuk tubuh mereka. Kepada Allahlah kita memohon pertolongan semoga kaum kita mau kembali kepada Rabb mereka dan  berusaha untuk  menunaikan apa yang diperintahkan Allah dan rasulNya secara sempurna dan menyeluruh. Sebagaimana firmanNya:
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu." (Al-Baqarah :208).

Wallahu’alam bish-shawwab...

Sumber : http://abufahmiabdullah.wordpress.com/2010/09/27/fathimah-radiyallahu-%E2%80%98anha-memahami-arti-jilbab-yang-sesungguhnya/


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Catatan ini kami tujukan untuk kami pada khususnya
dan untuk semua pembaca pada umumnya...
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan... Amin
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... Amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan sumbernya ya... Syukron

1 komentar: