Laman

Jumat, 25 Februari 2011

Perspektif CINTA dalam Al-Qur’an dan Penjelasan Tentang Makna Cinta

Dalam bahasa arab “Cinta” berasal dari kata “al-hubbu” yang berarti kasih sayang. Menurut Hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu).

Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga :
(1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,
(2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan
(3) lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri.

Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh SWT, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.

Dalam Al-Qur’an, cinta memiliki 8 pengertian :
  1. Cinta Mawaddah, adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
  2. Cinta Rahmah, adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
  3. Cinta Mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
  4. Cinta Syaghaf, Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
  5. Cinta Ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
  6. Cinta Shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)
  7. Cinta Syauq (rindu), Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al`Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa "barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba". Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi.
  8. Cinta Kulfah, yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)


So…. termasuk yang manakah CINTA anda???
1, 1-2, 1-3, 1-4, 1-5, 1-6, 1-7 ataukah semua, atau mungkin yang mana……..????
Tapi jangan sampai tidak ada diantara salah satunya yaww “berbahaya”

Sumber : http://kangfuad.wordpress.com/2010/11/29/perspektif-cinta-dalam-al-quran/


Penjelasan Tentang Makna Cinta
Cinta adalah kecenderungan watak pada sesuatu karena sesuatu tersebut terasa nikmat baginya. Sedangkan benci adalah menjauhnya perasaan dari suatu hal karena ia tidak cocok dengan hal tersebut. Semakin bertambah kenikmatan yang dirasakan, maka perasaan cinta akan semakin mendalam. Kenikmatan mata terletak pada penglihatannya. Kenikmatan telinga terletak pada pendengarannya. Kenikmatan alat penciuman terletak pada terciumnya bau yang baik. Demikian pula dengan seluruh panca indera lainnya, jika merasakan kenikmatan yang sesuai dengannya, maka ia pun akan mencintainya.

Nabi SAW bersabda,
“Ditanamkan rasa cinta kepadaku terhadap tiga hal dari dunia kalian, yaitu wewangian, wanita dan ketenangan batinku dalam shalat.”
Hadits ini menjelaskan bahwa di balik sesuatu yang dapat dirasa oleh lima panca indera, ada pula hal lain yang dapat dicintai dan dinikmati kelezatannya, yaitu kegiatan shalat yang kelezatannya tidak dapat dirasakan oleh lima panca indera yang ada.

Dengan demikian, penglihatan mata batin lebih kuat daripada penglihatan lahir, dan pandangan hati lebih kuat daripada penglihatan mata. Keindahan makna yang dinalar dengan akan lebih dahsyat dan lebih sempurna daripada keindahan bentuk yang tampak secara lahir. Dari sini dapat dipastikan bahwa masalah-masalah ketuhanan kelezatannya dapat dirasakan oleh hati secara lebih sempurna dan mendalam dibandingkan yang dirasakan oleh hati secara lebih sempurna dan mendalam dibandingkan yang dirasakan oleh panca indera, sehingga kecenderungan watak yang sehat pada kelezatan tersebut menjadi lebih kuat. Cinta tidak bermakna kecuali dengan munculnya kecenderungan pada sesuatu yang terasa nikmat. Dengan demikian, tidak ada yang mengingkari kenikmatan cinta kepada Allah SWT kecuali orang yang terhalang oleh berbagai keterbatasan sampai setingkat dengan level binatang sehingga panca inderanya tidak berfungsi dengan baik sama sekali.

Ketahuilah bahwa manusia sangat mencintai dirinya adalah sesuatu yang paling cocok untuk dicintai dan ia juga mencintai keberadaan dirinya yang kontinu. Selain itu, manusia juga cinta pada kebaikan karena manusia adalah hamba kebaikan. Terkadang manusia mencintai sesuatu karena zatnya, sebab zat tersebut tampak indah dan baik bagi dirinya. Inilah jenis cinta yang paling dalam, yang tidak bercampur atau disamarkan dengan sifat keduniawian. Jadi, segala sesuatu yang indah pasti dicintai.

Orang yang terpenjara dalam khayalan-khayalan yang sempit mungkin menganggap bahwa kebaikan dan keindahan itu tidak bermakna kecuali jika sesuai dengan ciptaan, bentuk dan warna indah yang dapat diindera oleh panca indera. Padahal segala sesuatu, kebaikan dan keindahannya dapat terasa sempurna sesuai dengan sesuatu tersebut sampai pada batas yang memungkinkan, sehingga kita mengetahui juga bahwa sesuatu yang baik untuk satu hal belum tentu baik untuk hal lain dan semua itu disukai. Jika ada yang membayangkan bahwa kebaikan dan keindahan semuanya diukur dengan panca indera perasa, namun kenyataannya ada yang disebut dengan akhlak yang baik, ilmu, kekuasaan, akal dan lain sebagainya yang semua itu adalah yang baik dan dicintai meskipun tidak dapat dirasa oleh indera perasa lahiriah melainkan dirasa oleh cahaya mata hati.

Oleh karena itu, mencintai Nabi SAW, para sahabatnya, imam Syafi’i dan imam mahzab lainnya adalah sesuatu yang mungkin, walaupun rasa cinta ini tidak dapat diindera dan tidak dapat dirasa oleh kelima panca indera. Jadi, ketika sesuatu sudah tidak dapat diindera, maka untuk mengetahuinya dapat menggunakan mata hati. Jika hal ini sudah ketetapan, maka tidak ada yang berhak untuk dicintai selain Allah SWT karena Dialah Sang Pencipta dan Pemberi Anugerah untuk fitrah asal. Dia pula penyebab kekekalan, keabadian dan kedamaian. Dengan demikian, dalam kondisi apa pun Dialah zat yang berbuat baik. Dialah zat yang indah dan baik di mana segala keindahan dan kebaikan berasal dari pancaran wujud-Nya.

Barangsiapa yang mencintai para nabi, sahabat, dan para imam dikarenakan kebersatuan mereka, maka ia berada dalam kebaikan karena segala kebaikan berasal dari-Nya dan kembali kepada-Nya. Dialah yang mempunyai keindahan, dimana segala keindahan terpancar dari-Nya. Engkau sudah mengetahui segala hal yang indah pasti akan dicintai, dan engkau juga mengetahui bahwa ada manusia-manusia khusus yang mungkin bisa menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang terpuji sehingga dikatakan, “Berakhlaklah dengan akhlak Allah.” Dalam batin manusia ada hakikat yang diciptakan Allah SWT dalam hati sebagai watak, yang disebut dengan cahaya Ilahi. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT,
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk [menerima] agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya [sama dengan orang yang membatu hatinya]?(QS. Az-Zumar [39]: 22)

Watak inilah yang dapat merasakan indahnya kehadiran Tuhan sesuai dengan ukuran kematiannya. Jika keindahan sudah dicintai, maka di dunia ini tidak ada lagi yang lebih tinggi, lebih luhur, lebih mulia dan lebih sempurna, selain dari keindahan anugerah-Nya. Seberapa dalam ia merasdakan keindahan tersebut, maka sebesar itulah nikmat yang ia rasakan. Dan seberapa besar nikmat yang dirasakan, maka sedalam itulah cintanya.

Sumber : http://ozimovic.wordpress.com/2010/11/01/penjelasan-tentang-makna-cinta/#more-394


Saat Aku Bertanya Tentang Cinta!

Aku bertanya pada alam semesta tentang arti “CINTA”, lalu satu demi satu mereka menjawab…

Bumi menjawab:
“CINTA adalah hamparan tempat tumbuh segala bahagia dan harapan akan itu. Ia memang diinjak dan dihinakan, tetapi ia tak peduli. Pikir Cinta hanya memberi, dan itu sajalah inginnya.”

Air menjawab:
“CINTA adalah hujan yang menumbuhkan benih-benih rasa kesukaan, kerelaan akan keterikatan, kerinduan dan kesenduan, atau samudera kasih yang luas sebagai naungan segala perasaan

Api menjawab:
“CINTA adalah panas yang membakar segala, ia memusnahkan untuk dapat hidup dan menyala. Demi merasakannya, makhluk rela terbakar dalam amarah dan kedurhakaan.”

Angin menjawab:
“CINTA adalah hembusan yang menebar sayang tanpa tahu siapa tujuannya. Orang bilang ia buta, sebab itu inginnya. Ia tak terlihat, tapi tanpanya segala raga akan hampa.”

Langit menjawab:
“CINTA adalah luasan tanpa batas. Luasnya tiada makhluk yang tahu. Kecuali bahwa cinta itu bahagia yang biru, atau derita kelam yang kelabu

Matahari menjawab:
“CINTA adalah hidup untuk memberi energi kehidupan dan cahaya harapan. Ia tak akan lelah memberi sampai ia padam dan mati.”

Pohon menjawab:
“CINTA adalah akar yang menopang segalanya. Ia tulus hingga tak perlu terlihat dan dikenal. Tapi ia terus memberi agar batang bahagia tetap kokoh abadi, berbuah dan berbunga indah.”

Gunung menjawab:
“CINTA adalah rasa yang menjulang tinggi. Rasa itu demikian tenang dan menyejukkan. Namun saat gundah, Ia akan meleburkan sekelilingnya dengan lautan larva cemburu yang membara.”

Lalu, Aku bertanya pada CINTA:
“Wahai CINTA, apakah sebenarnya arti dirimu??”

CINTA menjawab:
“CINTA adalah engkau patuh terhadap-Nya, meski kau tak melihat-Nya. Engkau tidak mencium-Nya atau meraba-Nya, tapi engkau patuh karena engkau merasa akan hadir-Nya. Sebab CINTA bukan indera, tapi adalah rasa.”

“CINTA adalah engkau takut akan amarah-Nya, dan takut jika Ia meninggalkanmu. Takut jika Ia tak menyukaimu lagi. Lalu engkau mencari-cari alasan untuk selalu dekat dengannya, bahkan jika engkau harus menderita, atau yang lebih mengerikan dari itu.”

“CINTA adalah engkau menyimpan segala harapan pada-Nya dan tidak pada yang lain. Engkau tidak mendua dalam harapan, dan demikian selamanya. Cinta adalah engkau setia menjadi budak-Nya, yang engkau hidup untuk-Nya dan mati untuk kesukaan-Nya akan dirimu, hidup dan mati untuk Dia. Engkau berusaha sekerasnya agar engkau diakui, hanya sebagai budak, sebagai hamba.”

“Diatas segalanya, CINTA adalah engkau merasa kasih sayang yang tunggal yang tidak engkau berikan pada yang lain, selain pada-Nya. Engkau rindu akan hadir-Nya dan melihat-Nya. Engkau suka apa yang Ia sukai dan benci apa yang Ia benci, engkau merasakan segala ada pada-Nya dan segala atas nama-Nya.”

Aku lantas bertanya pada CINTA:
“Bisakah aku merasakannya?”

Sambil berlalu CINTA menjawab:
“Selama engkau mengetahui hakikat penciptaanmu dan bersyukur dengan apa yang Dia beri, maka itu semua akan kau rasakan, percayalah padaku tambahnya….”

Aku pun Berteriak, “Wahai KAU SANG MAHA PECINTA terimalah cintaku yang sederhana ini, izinkanlah aku merasakan cintaMu yang Maha Indah…”

Sumber : http://konsultasipelajar.blogspot.com/2010/10/saat-aku-bertanya-tentang-cinta.html#more


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Catatan ini kami tujukan untuk kami pada khususnya
dan untuk semua pembaca pada umumnya...
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan... Amin
Wassalam...

Semoga Bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya... Amin
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut anda notes ini bermanfaat...

Catatan :
Lampirkan sumbernya ya... Syukron

3 komentar:

  1. Assalamualaikum Wr wb...Makasih bayak sobat atas notesnya...wat saya bisa jadi elajaran untuk mengenal cinta yg lebih baik dari sebelumnya...selai lagi terimakasih banyak
    ...Wassalaam
    Munawir hadi

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. 8 cinta tersebut ada rujukan bukunya ga Ka ?? :) *Syukria

    BalasHapus