Laman

Senin, 28 Februari 2011

ETIKA MAKAN DAN MINUM MENURUT PANDANGAN ISLAM

Orang Muslim melihat makanan dan minuman itu sebagai sarana, dan bukan tujuan. Ia makan dan minum untuk menjaga kesehatan badannya karena dengan badan yang sehat, ia bisa beribadah kepada Allah Ta’ala dengan maksimal. Itulah ibadah yang menyebabkannya memperoleh kemuliaan, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ia tidak makan minum karena makanan Dan minuman, serta syahwat keduanya saja. Oleh karena itu, jika ia tidak lapar ia tidak makan, dan jika ia tidak kehausan maka ia tidak minum.  

Rasulullah saw. bersabda,  “Kami adalah kaum yang tidak makan kecuali kami lapar, dan jika kami makan maka kami tidak sampai kekenyangan.”


Etika Sebelum Makan
Etika sebelum makan adalah sebagai berikut :
  1. Makanan dan minumannya halal, bersih dari kotoran-kotoran haram, dan syubhat, karena Allah Ta’ala berfirman,“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian.” (Al-Baqarah:172). Yang dimaksud rizki yang baik ialah halal yang tidak ada kotoran di dalamnya. 
  2. Ia meniatkan makanan dan minumannya untuk menguatkan ibadahnya kepada Allah Ta‘ala, agar ia diberi pahala karena apa yang ia makan, dan ia minum. Sesuatu yang mubah jika diniatkan dengan baik, maka berubah statusnya menjadi ketaatan dan seorang Muslim diberi pahala karenanya. 
  3. Ia mencuci kedua tangannya sebelum makan jika keduanya kotor, atau ia tidak dapat memastikan kebersihan keduanya. 
  4. Ia meletakkan makanannya menyatu di atas tanah, dan tidak di atas meja makan, karena cara tersebut lebih dekat kepada sikap tawadlu’, dan karena ucapan Anas bin Malik ra, “Rasulullah saw. pernah makan di atas meja makan atau di piring.” (Diriwayatkan Al-Bukhari). 
  5. Ia duduk dengan tawadlu dengan duduk berlutut, atau duduk di atas kedua tumitnya, atau menegakkan kaki kanannya dan ia duduk di atas kaki kirinya, seperti duduknya Rasulullah saw., karena Rasulullah saw. bersabda,"Aku tidak makan dalam keadaan bersandar, karena aku seorang budak yang makan seperti makannya budak, dan aku duduk seperti duduknya budak.”   (Diriwayatkan Al-Bukhari). 
  6. Menerima makanan yang ada, dan tidak mencacatnya, jika ia tertarik kepadanya maka ia memakannya, dan jika ia tidak tertarik kepadanya maka ia tidak memakannya, karena Abu Hurairah ra berkata, “Rasulullah saw. tidak pernah sekali pun mencacat makanan, jika beliau tertarik kepadanya maka beliau memakannya, dan jika beliau tidak tertarik kepadanya maka beliau meninggalkannya.” (Diriwayatkan Abu Daud). 
  7. Ia makan bersama orang lain, misalnya dengan tamu, atau istri, atau anak, atau pembantu, karena Rasulullah saw. bersabda, “Berkumpullah kalian di makanan kalian niscaya kalian diberi keberkahan di dalamnya.” (Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tirmidzi yang men-shahih-kannya).

Etika ketika sedang Makan
Di antara etika sedang makan ialah sebagai berikut:
  1. Memulai makan dengan mengucapkan basmalah, karena Rasulullah saw. bersabda,“Jika salah seorang dari kalian makan, maka sebutlah nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa tidak menyebut nama Allah, maka hendaklah ia menyebut nama Allah Ta‘ala pada awalnya dan hendaklah ia berkata, Dengan nama Allah, sejak awal hingga akhir.” (Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tirmidzi yang men-shahih-kannya). 
  2. Mengakhiri makan dengan memuji Allah Ta‘ala, karena Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa makan makanan, dan berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang memberi makanan ini kepadaku, dan memberikannya kepadaku tanpa ada daya dan upaya dariku’, maka dosa-dosa masa lalunya diampuni.” (Muttafaq Alaih). 
  3. Ia makan dengan tiga jari tangan kanannya, mengecilkan suapan, mengunyah makanan dengan baik, makan dari makanan yang dekat dengannya (pinggir) dan tidak makan dari tengah piring, karena dalil-dalil berikut. Rasulullah saw. bersabda kepada Umar bin Salamah,“Hai anak muda, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang dekat denganmu (pinggir).” (Muttafaq Alaih).“Keberkahan itu turun di tengah makanan. Maka oleh karena itu, makanlah dari pinggir-pinggirnya, dan janqan makan dari tengahnya.” (Muttafaq Alaih). 
  4. Mengunyah makanan dengan baik, menjilat piring makanannya sebelum mengelapnya dengan kain, atau mencucinya dengan air, karena dalil-dalil berikut : Rasulullah saw. bersabda,“Jika salah seorang dari kalian makan makanan, maka ia jangan membersihkan jari-jarinya sebelum ia menjilatnya.” (Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tirmidzi yang men-shahih-kannya). Ucapan Jabir bin Abdullah ra bahwa Rasulullah saw. memerintahkan menjilat jari-jari dan piring. Beliau bersabda,“Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di makanan kalian yang mana keberkahan itu berada.” (Diriwayatkan Muslim). 
  5. Jika ada makanannya yang jatuh, ia mengambil dan memakannya, karena Rasulullah saw. bersabda,“Jika sesuap makanan kalian jatuh, hendaklah ia mengambilnya, membuang kotoran daripadanya, kemudian memakan sesuap makanan tersebut, serta tidak membiarkannya dimakan syetan.” (Diriwayatkan Muslim). 
  6. Tidak meniup makanan yang masih panas, memakannya ketika telah dingin, tidak bernafas di air ketika minum, dan bernafas di luar air hingga tiga kali, karena dalil-dalil berikut: Hadits Anas bin Malik ra berkata, “Rasulullah saw. bernafas di luar tempat minum hingga tiga kali.” (Muttafaq Alaih). Hadits Abu Said Al-Khudri ra, bahwa Rasulullah saw. melarang bernafas di minuman. (Diriwayatkan At-Tirmidzi yang men-shahih-kannya). Hadits lbnu Abbas ra bahwa Rasulullah saw. melarang bernafas di dalam minuman, atau meniup di dalamnya. (Diriwayatkan At-Tirmidzi yang men-shahih-kannya). 
  7. Menghindari kenyang yang berlebih-lebihan, karena Rasulullah saw., bersabda, “Anak Adam tidak mengisi tempat yang lebih buruk daripada perutnya. Anak Adam itu sudah cukup dengan beberapa suap yang menguatkan tulang punggungnya. Jika ia tidak mau (tidak cukup), maka dengan seperti makanan, dan dengan seperti minuman, dan sepertiga yang lain untuk dirinya.” (Diriwayatkan Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim. Hadits ini hasan). 
  8. Memberikan makanan atau minuman kepada orang yang paling tua, kemudian memutarnya kepada orang-orang yang berada di sebelah kanannya dan seterusnya, dan ia menjadi orang yang terakhir kali mendapatkan jatah minuman, karena dalil-dalil berikut: Sabda Rasulullah saw.,“Mulai dengan orang tua. Mulailah dengan orang tua." Maksudnya, mulailah dengan orang-orang tua.Rasulullah saw. meminta izin kepada Ibnu Abbas untuk memberi makanan kepada orang-orang tua di sebelah kiri beliau, sebab Ibnu Abbas berada di sebelah kanan beliau, sedang orang-orang tua berada di sebelah kiri beliau. Permintaan izin Rasulullah saw. kepada Ibnu Abbas untuk memberikan makanan kepada orang-orang tua di sebelah kiri beliau itu menunjukkan bahwa orang yang paling berhak terhadap minuman ialah orang yang duduk di sebelah kanan. Sabda Rasulullah saw.,“Sebelah kanan, kemudian sebelah kanan.” (Muttafaq Alaib).“Pemberi minuman ialah orang yang paling akhir meminum.” 
  9. Ia tidak memulai makan, atau minum, sedang di ruang pertemuannya terdapat orang yang lebih berhak memulainya, karena usia atau karena kelebihan kedudukannya, karena hal tersebut melanggar etika, dan menyebabkan pelakunya dicap rakus. Salah seorang penyair berkata, "Jika tangan-tangan dijulurkan kepada perbekalan, Maka aku tidak buru-buru mendahului mereka, sebab orang yang paling rakus ialah orang yang paling buru-buru terhadap makanan." 
  10. Tidak memaksa teman atau tamunya dengan berkata kepadanya, ‘silakan makan’, namun ia harus makan dengan etis (santun) sesuai dengan kebutuhannya tanpa merasa malu-malu, atau memaksa diri malu-malu, sebab hal tersebut menyusahkan teman atau tamunya, dan termasuk riya’, padahal riya’ itu diharamkan. 
  11. Ramah terhadap temannya ketika makan bersama dengan tidak makan lebih banyak dari porsi temannya, apalagi jika makanan tidak banyak, karena makan banyak dalam kondisi seperti itu termasuk memakan hak (jatah) orang lain.
  12. Tidak melihat teman-temannya ketika sedang makan, dan tidak melirik mereka, karena itu bisa membuat malu kepadanya. Ia harus menahan pandangannya terhadap wanita yang makan di sekitarnya, dan tidak mencuri-curi pandangan terhadap mereka, karena hal tersebut menyakiti mereka membuat mereka marah dan ia pun mendapat dosa karena perbuatannya tersebut.
  13. Tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dipandang tidak sopan oleh masyarakat setempat. Misalnya, ia tidak boleh mengibaskan tangannya di piring, tidak mendekatkan kepalanya ke piring ketika makan agar tidak ada sesuatu yang jatuh dari kepalanya ke piringnya, ketika mengambil roti dengan giginya ia tidak boleh mencelupkan sisanya di dalam piring, dan tidak boleh berkata jorok, sebab hal ini mengganggu salah satu temannya, dan mengganggu seorang Muslim itu haram hukumnya.
  14. Jika ia makan bersama orang-orang miskin, ia harus mendahulukan orang miskin tersebut. Jika ia makan bersama saudara-saudaranya, ia tidak ada salahnya bercanda dengan mereka dalam batas-batas yang diperbolehkan. Jika ia makan bersama orang yang berkedudukan, maka ia harus santun, dan hormat terhadap mereka.


Etika Setelah Makan
Di antara etika setelah makan ialah sebagai berikut:
  1. Ia berhenti makan sebelum kenyang, karena meniru Rasulullah saw. agar ia tidak jatuh dalam kebinasaan, dan kegemukan yang menghilangkan kecerdasannya.
  2. Ia menjilat tangannya, kemudian mengelapnya, atau mencucinya. Namun mencucinya lebih baik.
  3. Ia mengambil makanan yang jatuh ketika ia makan, karena ada anjuran terhadap hal tersebut, dan karena itu adalah bagian dari syukur atas nikmat.
  4. Membersihkan sisa-sisa makanan di gigi-giginya, dan berkumur untuk membersihkan mulutnya, karena dengan mulutnya itulah ia berdzikir kepada Allah Ta‘ala, berbicara dengan saudara-saudaranya, dan karena kebersihan mulut itu memperpanjang kesehatan gigi.
  5. Memuji Allah Ta‘ala setelab ia makan, dan minum. Ketika ia minum susu, ia berkata, “Ya Allah, berkahilah apa yang Engkau berikan kepada kami, dan tambahilah rizki-Mu (kepada kami)”. Jika berbuka puasa di tempat orang, ia berkata, “Orang-orang yang mengerjakan puasa berbuka puasa di tempat kalian, orang-orang yang baik memakan makanan kalian, dan semoga para malaikat mendoakan kalian.”

Sumber : http://ustadchandra.wordpress.com/2010/01/07/etika-makan-dan-minum/


ADAB MAKAN DAN MINUM MENURUT ISLAM
Assalamualaikum warahmatullah,

Kita semua maklum, agama Islam mengajar umat beradab dalam melakukan setiap pekerjaan atau apa saja perkara, sehari-hari. Adab atau akhlak bererti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Budi pekerti ada yang baik dan ada yang buruk, yang baik disebut sifat mahmudah dan yang buruk pula disebut sifat mazmumah. Adab yang baik akan membentuk masyarakat yang harmoni dan yang buruk pula akan mengkucar-kacirkan keadaan.

Adab yang baik adalah penting, oleh yang demikian Nabi diutuskan oleh Allah untuk memperbaiki akhlak dan adab manusia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, “Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Alhamdulillah, hari ini LamanSeri berkesempatan kongsikan adab atau etika makan dan minum menurut Islam berdasarkan sunnah Rasulullah SAW.

Adab makan dan minum menurut Islam meliputi tiga perkara, iaitu adab sebelum makan, adab ketika makan dan adab sesudah makan.

Adab sebelum makan
1. Makanan yang halal
Hendaknya berusaha mendapatkan makanan yang halal dan baik serta tidak mengandung unsur-unsur yang haram, ini berdasarkan firman Allah SWT yang bermaksud, “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu ....” (Surah al-Baqarah, 172)

2. Betulkan niat
Niatkan tujuan dalam makan dan minum untuk menguatkan badan, agar dapat melakukan ibadah dan hal-hal lain yang berguna.

3. Mencuci tangan
Mencuci kedua tangan sebelum makan, jika dalam keadaan kotor atau ketika belum yakin dengan kebersihannya. Ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW yang bermaksud, “Apabila Rasulullah SAW hendak tidur sedangkan baginda dalam keadaan junub, maka baginda berwuduk terlebih dahulu dan apabila hendak makan, baginda mencuci ke dua tangannya terlebih dahulu.” (Hadis riwayat Ahmad)

4. Hidangkan makanan
Meletakkan hidangan makanan di atas sutrah atau seprah (alas yang biasa dipakai untuk meletakkan makanan) di atas lantai, tidak diletakan di atas meja makan, kerana hal itu lebih mendekatkan pada sikap tawaduk. Hal ini sebagaimana hadis dari Anas r.a., dia berkata “Rasulullah SAW tidak pernah makan diatas meja makan dan tidak pula di atas sukurrujah.” (Hadis riwayat Bukhari no. 5415)

5. Duduk dengan tertib
Hendaknya duduk dengan tawaduk, iaitu duduk di atas kedua lututnya atau duduk di aras punggung kedua kaki atau berposisi dengan kaki kanan ditegakkan dan duduk diatas kaki kiri. Sebagaimana posisi duduk Rasulullah SAW yang didasari dengan sabda baginda, “Aku tidak pernah makan sambil bersandar, aku hanyalah seorang hamba, aku makan sebagaimana layaknya seorang hamba makan dan aku pun duduk sebagaimana layaknya seorang hamaba duduk.” (Hadis riwayat Bukhari no.5399)

6. Bersyukur dengan apa yang dihidangkan
Hendaknya merasa syukur dan redha dengan makanan apa saja yang telah dihidangkan dan tidak mencela makanan, berdasarkan hadis Rasulullah. Dari Abu Hurairah r.a., “Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan apabila baginda berselera, baginda memakannya. Sedangkan jika tidak suka (tidak berselera), maka baginda meninggalkannya.” (Hadis riwayat Bukhari no. 3563)

7. Makan berteman
Hendaknya makan bersama-sama dengan orang lain, baik tamu, keluarga, kerabat, anak-anak atau pembantu, sebagaimana hadis Rasul Rasulullah SAW yang bermaksud, “Berkumpulah kalian dalam menyantap makanan kalian (bersama-sama), kerana di dalam makan bersama itu akan memberikan berkah kepada kalian.” (Hadis riwayat Abu Daud no. 3764)


Adab ketika makan
1. Mulakan dengan ucapan ‘basmalah’
Ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW dari Aisyah r.a. yang bermaksud, “Apabila salah seorang di antara kalian hendak makan, maka ucapkanlah ‘bismillah’ dan jika ia lupa untuk mengucapkan ‘bismillah’ di awal makan, maka hendaknya ia mengucapkan ‘bismillah awwaluhu wa akhirahu’.” (Hadis riwayat Abu Daud no 3767 dan at-Tirmidzi)

2. Gunakan tangan kanan (tangan kiri dilarang)
Dari Salamah bin al-Akwa’ r.a., seorang lelaki sedang makan dengan tangan kirinya berhampiran dengan Rasulullah SAW. Maka baginda berkata: “Makanlah dengan tangan kananmu.” Lelaki itu berkata: “Aku tak boleh.” Baginda menjawab, “Engkau tidak boleh!? Tidaklah yang menghalangnya kecuali sifat bongkak!!” Kemudian tidak dapat diangkat tangannya ke mulut. (Hadis riwayat Muslim)

Dari Jabir r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud, “Jangan engkau makan dengan (tangan) kirimu, sesungguhnya syaitan itu makan dan minum dengan (tangan) kirinya.” (Hadis riwayat Muslim)

3. Galakkan menggunakan 3 jari
Digalakkan makan dengan menggunakan tiga jari tangan kanan, menyedikitkan suapan, memperbanyak kunyahan, makan dengan apa yang terdekat darinya dan tidak memulai dari bahagian tengah piring.

Ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, “Wahai anak muda, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari apa-apa yang dekat denganmu.” (Hadis riwayat Bukhari no.5376) dan sabda baginda lagi, “Keberkahan itu turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari pinggir piring dan janganlah memulai dari bahagian tengahnya.” (Hadis riwayat Abu Daud no. 3772)

Dari Ka’ab bin Malik r.a., “Aku melihat Rasulullah SAW makan menggunakan tiga jari.... (ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah).” (Hadis riwayat Muslim)

4. Makan yang berhampiran
Dari Umar bin Abi Salamah r.a. berkata, aku merupakan hamba di rumah Rasulullah SAW dan pernah tanganku menjalar-jalar ke serata hidangan (ketika hendak makan). Maka Rasulullah SAW berkata : “Wahai budak, ucapkan ‘bismillah’, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang hampir denganmu.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

5. Mula makan dari tepi (pinggir)
Dari Ibn Abbas r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Keberkatan terdapat di tengah-tengah makanan, maka mulakan makan dari tepi dan jangan mulakan makan dari tengah.” (Hadis riwayat Abu Daud dan at-Tirmidzi)

6. Larangan mencela makanan
Dari Abu Hurairah r.a. berkata: “Tidak sekali-kali Rasulullah SAW mencela makanan. Jika Baginda menyukainya, maka Baginda makan. Jika Baginda tidak menggemarinya, maka Baginda tidak makan.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

7. Anjuran bernafas 3 kali dan tidak meniup makanan/minuman
Tidak meniup pada makanan yang masih panas dan tidak memakannya hingga menjadi lebih dingin. Tidak boleh juga untuk meniup pada minuman yang masih panas, apabila hendak bernafas maka dianjurkan bernafas di luar gelas sebanyak 3 kali, sebagaimana riwayat Anas bin Malik r.a., “Rasulullah SAW jika minum, baginda bernafas (meneguknya) tiga kali (bernafas di luar gelas).” (Hadis riwayat Bukhari)

Dari Anas bin Malik r.a. beliau mengatakan, “Ketika Rasulullah SAW minum baginda mengambil nafas di luar wadah air minum sebanyak tiga kali.” Dan baginda bersabda, “Hal itu lebih segar, lebih selesa dan lebih nikmat.” Anas mengatakan, “Oleh kerana itu ketika aku minum, aku bernafas tiga kali.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW juga bersabda dari Abu Said al-Khudri r.a., yang bermaksud, “Rasulullah SAW melarang untuk meniup (dalam gelas) ketika minum.” (Hadis riwayat at-Tirmidzi no.1887)

8. Kutip/pungut makanan jatuh
Memungut makanan yang jatuh ketika saat makan sebagai cermin rasa syukur kita. Apabila ada sesuatu dari makanan yang terjatuh, maka hendaknya dibersihkan bahagian yang kotornya kemudian memakannya.

Dari Jabir r.a., Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud, “Apabila jatuh sebahagian (kecil) makanan seorang dari kamu, ambil dan buang bahagian yang terkena kotoran dan makanlah ia, dan jangan tinggalkan ia untuk syaitan, dan jangan dia menyapu tangannya dengan kain sehingga dia menjilat jarinya dahulu kerana dia tidak mengetahui pada makanannya, bahagian mana yang terdapat keberkatan.” (Hadis riwayat Muslim)

Dalam riwayat yang lain, dari sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, “Apabila ada sesuap makanan dari salah seorang di antara kalian terjatuh, maka hendaklah dia membersihkan bahagiannya yang kotor, kemudian memakannya dan jangan membiarkannya untuk syaitan.” (Hadis riwayat Ahmad)

9. Tidak bersandar ketika makan
Dari Abi Juhaifah Wahb bin Abdullah r.a. berkata : Rasullah SAW bersabda, “Aku tidak makan sambil bersandar.” (Hadis riwayat Bukhari)


Adab sesudah makan
1. Makruh makan terlalu banyak atau terlalu sikit
Hendaknya menghindari diri dari kenyang yang melampaui batas. Menghentikan makan dan minum sebelum sampai kenyang, hal ini semata-mata meneladani Rasulullah SAW, yang menghindari (mengelakkan) diri dari kekenyangan yang menyebabkan sakit perut yang akut dan kerakusan dalam hal makan yang dapat menghilangkan kecerdasan.

Dari Miqdam bin Ma’di Karib, beliau menegaskan bahawasanya beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekadar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga). Maka jika tidak mahu (jika tidak ada pilihan lain), maka ia dapat memenuhi perutnya, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum, sepertiga lagi untuk nafasnya.” (Hadis riwayat Ahmad dan Ibnu Majah no. 3349)

2. Jilat jari setelah selesai
Hendaknya menjilati jari-jemarinya sebelum mencuci tangannya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, “apabila salah seorang di antara kalian telah selesai makan, maka janganlah ia mengusap tangannya hingga ia menjilatnya atau meminta dijilatkan (kepada isterinya atau anaknya).” (Hadis riwayat Bukhari no. 5456)

Dari Ibn Abbas r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang daripada kamu telah selesai makan makanan, maka jangan disapu jari-jari sehingga dijilat (terlebih dahulu) atau dijilatkan (oleh orang lain).” (Hadis riwayat Muslim)

3. Memuji Allah
Hendaknya memuji Allah Taala setelah makan dan minum, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang bermaksud, “barangsiapa sesudah selesai makan berdoa: “Alhamdulillaahilladzi ath‘amani haadzaa wa razaqaniihi min ghoiri haulin minni walaa quwwatin”, niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (Hadis riwayat Abu Daud no 4023)

4. Doa setelah selesai makan
Dari Abi Umamah r.a., aRasulullah SAW apabila selesai makan menyebut, “Alhamdulillahi katsiran toyyiban mubarakan fih, ghaira makfiyyin wa la muwaddi’n wa la mustaghnan ‘anhu rabbana.” (Hadis riwayat Bukhari)

Dari Muad bin Anas r.a. berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesiapa yang selesai makan, kemudian menyebut, “Alhamdulillaahilladzi ath‘amani haadzaa wa razaqaniihi min ghoiri haulin minni walaa quwwatin”, akan diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu." (Hadis riwayat at-Tirmidzi)

5. Berkumur atau bersugi
Membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di sela-sela giginya, dan berkumur untuk membersihkan mulutnya.


Lain-lain perkara

1. Menjawab salam
Imam Nawawi dalam al-Azkar mengatakan makruh hukumnya memberikan salam kepada orang yang sedang makan. Orang yang diberi salam pula tidak wajib menjawabnya.

Beliau menghuraikan apakah maksud hukum makruh itu. Katanya: “Hukum makruh itu ialah apabila makanan itu berada dalam mulutnya, jika mulutnya tiada makanan, maka tidak mengapa diberi salam dan salam itu wajib dijawab.” (al-Azkar, edisi tahqiq 2003, Daar al-Hadith, Cairo. ms 238)

2. Bercakap ketika makan
Dalam al-Adzkar, Imam Nawawi mengatakan, “Dianjurkan berbicara ketika makan. Berkenaan dengan ini terdapat sebuah hadis yang dibawakan oleh Jabir r.a. sebagaimana yang telah kami kemukakan dalam “Bab memuji makanan”. Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab al-Ihya mengatakan bahwa termasuk etika makan ialah membicarakan hal-hal yang baik sambil makan, membicarakan kisah orang-orang yang soleh dalam makanan.” (al-Adzkar hal 602, edisi terjemah cet. Sinar baru Algen Sindo)

Menurut al-Hafidz dan Syaikhul Islam Ibn al-Qayyim r.a., pendapat yang benar ialah Rasulullah SAW bercakap dan berbual semasa makan. Dalam kitabnya al-Zaad (2/397), ada kalanya Rasulullah SAW bertanya apakah menu pada hari ini dan memuji menu tersebut (Hadis riwayat Muslim: 2052), ada kala Rasulullah SAW mengajar adab dan susila makan kepada kaum keluarganya (Hadis riwayat Bukhari: 5061) dan ada ketika Rasulullah SAW sentiasa menggalakkan tetamu baginda supaya menambah lauk-pauk dan minuman. (Hadis riwayat Bukhari 6087).

Adalah tidak benar tempat mengadap makanan menjadi tempat yang kaku dan senyap sepi dari perbualan. Tetapi, tidaklah bercakap itu apabila makanan penuh di dalam mulut.

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
Aisyah r.a. mengatakan, “bahawa Rasulullah SAW bila hendak tidur dalam keadaan junub maka beliau berwudhu terlebih dahulu, dan apabila baginda hendak makan maka baginda mencuci kedua tangannya terlebih dahulu.” (Hadis riwayat Nasa’ie no. 256, Ahmad, 24353, dan lain-lain)

Mengenai mencuci tangan sesudah makan, Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, bahawa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang tidur dalam keadaan tangannya masih berbau daging kambing dan belum dicuci, lalu terjadi sesuatu, maka janganlah dia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.” (HR. Ahmad no. 7515, Abu Dawud no. 3852)

4. Berwuduk jika berjunub
Aisyah r.a. menyebutkan, “bahawa Rasulullah SAW jika dalam keadaan junub lalu hendak makan atau tidur, maka baginda berwuduk terlebih dahulu, seperti berwuduk untuk solat.” (Hadis riwayat Bukhari no 286 dan Muslim no 305)

5. Tidak melengahkan makan setelah terhidang
Dari Anas r.a., Rasulullah SAW bersabda, “Jika makan malam sudah disajikan dan Iqamah solat dikumandangkan, maka dahulukanlah makan malam.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

6. Jangan tergesa-gesa menghabiskan makan
Ibnu Umar menyatakan bahawa Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian tergesa-gesa menyelesaikan makan malam kalian jika sudah disajikan.” (Hadis riwayat Ahmad)

7. Tidak mengambil makanan lebih dari satu
“Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang mengambil makanan lebih dari satu kecuali sesudah minta izin kepada saudaranya.” (Hadis riwayat Bukhari no. 2455 dan Muslim no 2045) Ibnul Jauzi mengatakan, “Hadis ini berlaku pada saat makan bersama-sama. Pada saat makan bersama biasanya orang hanya mengambil satu kurma saja. Maka jika ada orang yang mengambil lebih dari satu, maka bererti dia lebih banyak daripada yang lain. Sehingga harus minta izin terlebih dahulu dari orang lain.” (Kasyful Musykil, 2/565)

8. Menyantap makanan setelah dingin
 Dalam Zaadul Ma’ad (4/223) Imam Ibnul Qoyyim mengatakan, “Rasulullah SAW tidak pernah menyantap makanan dalam keadaan masih panas.”

9. Makan dan minum sambil berdiri
Dalam riwayat Ahmad dinyatakan bahawa Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Apa yang kalian lihat jika aku minum sambil berdiri. Sungguh aku melihat Rasulullah SAW pernah minum sambil berdiri. Jika aku minum sambil duduk maka sungguh aku pernah melihat Rasulullah SAW minum sambil duduk.” (Hadis riwayat Ahmad no 797)

Dari Ibnu Umar, beliau mengatakan, “Di masa Rasulullah SAW (sebelum wafat), kami minum sambil berdiri dan makan sambil berjalan.” (Hadis riwayat Ahmad no 4587 dan Ibnu Majah no. 3301)

Mengenai hadis-hadis di atas ada Ulama yang berkesimpulan bahawa minum sambil berdiri itu diperbolehkan meskipun yang lebih baik adalah minum sambil duduk.

10. Penyedia minuman yang terakhir minum

Dari Abu Qatadah r.a., Rasulullah SAW mengatakan, “Sesungguhnya orang yang menyediakan minuman kepada sekelompok orang adalah orang yang minum terakhir kali.” (Hadis riwayat Muslim no. 281)

11. Anjuran makan bersama dalam satu pinggan
Dari Jabir bin Abdillah r.a., beliau menyatakan bahawa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Makan satu orang itu cukup untuk dua orang. Makanan dua orang itu cukup untuk empat orang. Makanan empat orang itu cukup untuk delapan orang.” (Hadis riwayat Muslim no 2059)

12. Larangan menghadiri jamuan yang menyediakan khamr (yakni arak)
Rasulullah SAW juga bersabda, “Barang siapa yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah menghadiri jamuan yang memberikan khamr (yakni arak).” (Hadis riwayat Ahmad no. 14241)

13. Galakan makan beramai-ramai
Dari Anas bin Malik r.a., “Sesungguhnya Rasulullah SAW tidaklah makan siang dan makan malam dengan menggunakan roti dan daging kecuali dalam hidangan bersama orang ramai.” (Hadis riwayat Ahmad, Abu Ya’la, Ibn Hibban dengan sanad sahih)

Namun, tidaklah dilarang makan bersendirian berdasarkan firman Allah SWT yang bermaksud, “Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian.” (Surah an-Nur 61)

Sekiranya ianya bertepatan dengan kebenaran maka datangnya dari Allah dan kiranya tersilap ianya dari kelemahan diri dan gangguan syaitan.

Semoga bermanfaat…

Sumber : http://laman-seri.blogspot.com/2010/07/adab-makan-dan-minum-menurut-islam.html


KESEHATAN MENURUT PANDANGAN ISLAM

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Maa’idah, 5: 3).

“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia” demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah berfirman:
”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman” (QS:Yunus 57).

Sehat menurut batasan World Health Organization adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rokhani, dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan. A.Kebersihan, membersihkan dan menyucikan diri
  1. Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah.
  2. Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: “Cucilah kedua tanganmu sebelum dan sesudah makan “, dan ” Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu dimana tangannya berada di saat tidur.”
  3. Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi.
  4. Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW sersabda: “Tutuplah bejana air dan tempat minummu ”
  5. Rumah: “Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu” sebagaimana dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan: “Menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah.”
  6. Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan.

Penanggulangan dan penanganan epidemi penyakit
  1. Karantina penyakit: Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua tombak dari orang yang berpenyakit lepra ”
  2. Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar penanganan dan penanggulangan berbagai penyakit infeksi yang membahayakan masyarakat (misalnya wabah kolera dan cacar), “Janganlah engkau masuk ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di dalamnya janganlah pergi meninggalkannya.”
  3. Islam menganjurkan umatnya melakukan upaya proteksi diri (ikhtiar) dari berbagai penyakit infeksi, misalnya dengan imunisasi.

Makanan
  1. Makanan yang diharamkan. Firman Allah SWT : “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. 2. Al Baqarah, 2:173 )
    Setiap makanan yang dilarang di dalam Al Quran ternyata saat ini memiliki argumentasi ilmiah yang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Makanan yang diharamkan dapat mengganggu kesehatan manusia, baik pengaruh buruk bagi kesehatan (kolesterol, racun) maupun mengandung berbagai penyakit yang membahayakan tubuh (Trichina, Salmonella, cacing pita, dll.).
  2. Makanan sehat dan halal: Islam memerintahkan umatnya untuk makan makanan yang baik dan halal, misalnya daging, ikan, madu dan susu. Makanan-makanan yang baik dan halal bermanfaat bagi tubuh. Islam menolak paham vegetarian. Pola konsumsi yang hanya tergantung pada jenis sayuran belaka tidak sehat bagi tubuh karena kebutuhan protein tidak dapat tercukupi hanya dari konsumsi sayuran saja.
  3. Menjaga perilaku muslim ketika makan: Islam menegaskan kepada orang muslim untuk menjaga etika ketika makan. Allah memerintahkan kita untuk makan tidak berlebih-lebihan sedangkan Rasulullah SAW mengatakan bahwa “perut adalah seburuk-buruk tempat untuk diisi”. Sebagian besar penyakit bersumber dari perut. Oleh karenanya Maha Benar Allah SWT dalam Firman-Nya :“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. (QS 4. An Nisaa’ : 79)

Olahraga
Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi Rabbani yang kuat dan sehat. Oleh karenanya, Islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-anaknya bagaimana cara memanah, berenang, dan berkuda.

Kesehatan seksual
Kehidupan seksual merupakan pokok bahasan yang sangat penting bagi orang muslim, karena sangat berpengaruh bagi kesehatan dan perilaku manusia, namun Islam menolak pendapat ilmuwan yang menekankan perilaku seksual sebagai motif utama seseorang untuk bertindak.
  1. Pendidikan seksual
  2. Islam mengajarkan kepada umat Islam, untuk memilih calon pasangan hidup yang baik dan berakhlaq mulia.
  3. Islam mengajarkan tata krama (adab) menggauli pasangannya agar mencapai kebahagiaan dalam membina keluarga yang sakinah dan rahmah.
  4. Islam sangat melarang perilaku berhubungan seks dengan sesama jenis dan binatang.
  5. Disunahkan untuk sirkumsisi (sunat) bagi laki-laki
  6. Islam membolehkan kaum pria untuk berpoligami untuk menghindari perzinahan, namun dengan syarat-syarat tertentu .
  7. Menjaga kebersihan dan kesucian organ-organ seksualitas, misalnya bersuci setelah buang air besar dan buang air kecil, larangan berhubungan seksual ketika istri sedang haid, berhubungan badan melalui dubur dan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan badan dan setelah selesai datang bulan.
F. Kesehatan jiwa
Islam memberikan jawaban bagi kehausan jiwa manusia terhadap ketenangan batin. Kesehatan jiwa mempengaruhi kesehatan badan.

G. Puasa
Puasa, bagian dari ibadah yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dalam menegakkan agama, sesudah pernyataan imannya. Konsekuensi beriman antara lain melaksanakan perintah puasa. Betapa pentingnya berpuasa sehingga Allah menempatkan posisi hamba-Nya yang berpuasa dengan posisi yang istimewa. ”Puasa itu untuk-Ku. Tidak ada yang tahu. Dan Aku akan memberi pahala semau-Ku.” Keistimewaan itu sudah barang tentu ada tujuan Allah agar mendapatkan hikmah pada dirinya, yaitu kesehatan dan sekaligus kebahagiaan. Janji Allah diberikan kepada orang yang berpuasa ditegaskan dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu’aim: ”Berpuasalah maka anda akan sehat.” Dengan berpuasa akan sehat jasmani, rohani dan hubungan sosial.
1. Manfaat bagi Kesehatan Badan (jasmani).
Tidak seorang pun ahli medis baik muslim maupun non muslim yang meragukan manfaat puasa bagi kesehatan manusia. Dalam buku yang berjudul ”Pemeliharaan Kesehatan dalam Islam” oleh Dr Mahmud Ahmad Najib (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Ain-Syams Mesir), ditegaskan puasa sangat berguna bagi kesehatan. Antara lain:
  • Puasa memperkecil sirkulasi darah sebagai perimbangan untuk mencegah keluarnya keringat dan uap melalui pori-pori kulit serta saluran kencing tanpa perlu menggantinya. Menurutnya curah jantung dalam mendistribusikan darah keseluruh pembuluh darah akan membuat sirkulasi darah menurun. Dan ini memberi kesempatan otot jantung untuk beristirahat, setelah bekerja keras satu tahun lamanya. Puasa akan memberi kesempatan pada jantung untuk memperbaiki vitalitas dan kekuatan sel-selnya.
  • Puasa memberi kesempatan kepada alat-alat pencernaan untuk beristirahat setelah bekerja keras sepanjang tahun. Lambung dan usus beristirahat selama beberapa jam dari kegiatannya, sekaligus memberi kesempatan untuk menyembuhkan infeksi dan luka yang ada sehingga dapat menutup rapat. Proses penyerapan makanan juga berhenti sehingga asam amoniak, glukosa dan garam tidak masuk ke usus. Dengan demikian sel-sel usus tidak mampu lagi membuat komposisi glikogen, protein dan kolesterol. Disamping dari segi makanan, dari segi gerak (olah raga), dalam bulan puasa banyak sekali gerakan yang dilakukan terutama lewat pergi ibadah.
2. Manfaat bagi Kesehatan Rohani (Mental).
Perasaan (mental) memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Mendapat rasa senang, gembira, rasa puas serta bahagia, merupakan tujuan bermacam-macam ikhtiar manusia sehari-hari. Bila seseorang menangani gangguan kesehatan, tidak boleh hanya memperhatikan gangguan badaniah saja, tetapi sekaligus segi kejiwaan dan sosial budayanya. Rohani datang dari Allah, maka kebahagiaan hanya akan didapat apabila makin dekat kepada pencipta-Nya.
Di dalam bulan puasa disunahkan untuk makin berdekat diri dengan Allah SWT baik lewat shalat, membaca Alquran, zikir, berdoa, istighfar, dan qiyamul lail. Selama sebulan secara terus-menerus akan membuat rohani makin sehat, jiwa makin tenang. Dengan memperbanyak ingat kepada Allah, makin yakin bahwa semua yang ada datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya jua.

Hal ini dijelaskan dalam firman Allah antara lain:
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS:Al Baqarah 45).

”Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim kecuali merugi.” (QS:Al-Isra’ 82)

”Orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS:Ar-Ra’d 28).

”Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.”(QS:Al Fajr 27-30).

3. Manfaat Puasa bagi hubungan sosial.
Dalam mengajarkan nilai ibadah itu adalah terwujudnya keseimbangan antara cinta kepada Allah dan cinta kepada manusia. Demikian juga nilai ibadah puasa, tidak hanya terjalinnya hubungan yang semakin dekat kepada Allah, tetapi juga semakin dekat dengan sesamanya. Makin seringnya beribadah bersama, bersama keluarga, tetangga, dan masyarakat sekeliling, maka makin kenal akan sesamanya, makin menyadari kebutuhan hidup bermasyarakat. Makin timbul keinginan berbagi rahmat bersama-sama di dunia dan makin ingin bersama-sama masuk surga. Pahala nilai shodaqoh berlipat ganda termasuk memberi buka puasa kepada orang yang berpuasa. Menyakiti hati orang lain dan aneka gangguan terhadap sesamanya sangat dianjurkan untuk ditinggalkan. Kalau tidak maka nilai puasa seseorang sangatlah rendah.

Hal ini dijelaskan di dalam firman Allah SWT:
Hai orang-orang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rizki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab, dan tidak ada lagi syafa’at. Dan oang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.” (QS:Al Baqarah 254)

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”(QS:Al Hujurat 10)

”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya langit dan bumi dan disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang bebuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”(QS Al Imran 133-135).

Sumber : http://ustadchandra.wordpress.com/2010/02/07/kesehatan-menurut-pandangan-islam/


Wallahu a’lam bish-shawabi... (hanya Allah yang Mahatahu Kebenarannya)
Catatan ini kami tujukan untuk kami pada khususnya
dan untuk semua pembaca pada umumnya...
Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini...
Itu hanyalah dari kami...
dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan...

Semoga Allah SWT. memberi kekuatan untuk kita amalkan... Amin
Wassalam...

Semoga Bermanfaat...
Silahkan COPY atau SHARE ke rekan anda jika menurut Anda note ini bermanfaat...

Lampirkan sumbernya ya... Syukron

Tidak ada komentar:

Posting Komentar